Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik, Upaya Kemenkes Atasi DBD yang Meningkat

Pada 2022, Kementerian Kesehatan mencatat jumlah kumulatif kasus Dengue di Indonesia hingga minggu ke-22 ada 45.387 yang dilaporkan. Sementara, jumlah kematian akibat DBD mencapai 432 kasus.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Jun 2022, 09:06 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2022, 09:06 WIB
Ilustrasi Demam Berdarah Dengue (Istimewa)
Ilustrasi Demam Berdarah Dengue (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan dan ancaman serius di sejumlah wilayah Indonesia. Penyakit yang disebabkan oleh nyamuk aedes aegypti ini tidak hanya berdampak terhadap sektor kesehatan, melainkan juga sektor sosial dan ekonomi masyarakat.

Kasus DBD masih terus meningkat, terutama ketika musim hujan tiba. Pada 2022, Kementerian Kesehatan mencatat jumlah kumulatif kasus Dengue di Indonesia hingga minggu ke-22 ada 45.387 yang dilaporkan. Sementara, jumlah kematian akibat DBD mencapai 432 kasus.

Plt Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dr Tiffany Tiara Pakasi menyampaikan, kasus Dengue di Indonesia tersebar di 34 provinsi.

“Kasus dengue sudah dilaporkan di 449 kabupaten/kota yang tersebar di 34 provinsi dengan kematian tersebar di 162 kabupaten/kota di 31 provinsi,” katanya dalam Temu Media Hari Demam Berdarah Dengue ASEAN pada Selasa, 15 Juni 2022.

Tiffany mengatakan, temuan Insidence rate DBD (jumlah kasus DBD per 100.000) tertinggi terjadi di 10 provinsi diantaranya Bali, Kalimantan Utara, Bangka Belitung, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Timur, DKI Jakarta, Jawa Barat, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Barat dan DI Yogyakarta.

“Provinsi yang terbanyak melaporkan yaitu provinsi Lampung Jawa Barat, dan DI.Yogyakarta,” lanjutnya.

Dalam mengatasi penyebaran DBD, Kementerian Kesehatan telah melakukan berbagai upaya pencegahan dan pengendalian DBD terutama di daerah-daerah endemik.

Mengingat DBD cenderung meningkat saat musim hujan, Kementerian Kesehatan mendorong agar masyarakat aktif melakukan upaya promotif preventif melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J).

Libatkan Masyarakat Bersihkan Lingkungan Rumah

Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik melibatkan peran aktif masyarakat khususnya anggota keluarga untuk melakukan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus di lingkungan rumah, tempat – tempat umum dan tempat – tempat institusi untuk mencapai Angka Bebas Jentik ≥ 95 %.

Gerakan G1R1J dilaksanakan serentak di 154 kabupaten/kota dengan melibatkan 6.122 koordinator Jumantik, 4.498 supervisor, dan 1.047 Kader Jumantik Pelabuhan (KJP).

“Terima kasih atas partisipasi teman-teman di daerah yang telah mendukung Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J),” ungkapnya.

Hari Demam Berdarah Dengue ASEAN diperingati setiap tanggal 15 Juni. Penetapannya dilakukan saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-19 di Hanoi pada 30 Oktober 2010.

Peringatan ADD bertujuan untuk memperkuat kerja sama negara-negara ASEAN dalam mencegah dan mengendalikan demam berdarah. Mengingat masih ada beberapa negara yang endemik penyakit tahunan ini.

Tahun ini tema global ADD mengangkat tentang “ASEAN’s Resilience Against Dengue Amid COVID-19 Pandemic” atau “Ketahanan ASEAN terhadap DBD di Tengah Pandemi COVID-19”. Sementara tema nasional ADD adalah “Wujudkan Indonesia Bebas Dengue” dengan sub tema “Basmi Dengue dengan PSN 3M-Plus” yang mana fokus dari tema ini adalah pembasmian nyamuk langsung kepada vektornya agar jentik-jentik dan sarang nyamuknya terbasmi sampai tuntas.

 

Jika Bergejala

 

Virus dengue yang ditularkan lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti bisa membuat orang yang terinfeksi alami sakit bahkan meninggal.

Memang sebagian orang ada yang mengalami dengue tanpa gejala, ada juga yang ringan. Namun, bila memperlihatkan gejala kurang baik, segera dibawa ke puskesmas atau rumah sakit untuk mencegah keparahan akibat dengue.

Baik anak, remaja atau orang dewasa yang terinfeksi harus segera mendapatkan perawatan di rumah sakit bila mengalami gejala demam mendadak lebih dari tiga hari. Lalu, diikuti dengan mual, muntah, nyeri otot, nyeri di belakang telinga, sakit kepala.

"Jadi, kalau sudah demam tinggi mendadak lebih dari tiga hari itu harus mencari pertolongan (medis). Apalagi disertai gejala mual, muntah, ditamnbah badan nyeri, sakit kepala," kata dokter spesialis anak konsultan Profesor Sri Rezeki Hadinegoro dalam konferensi pers bersama Kemenkes bertajuk Asean Dengue Day 2022 pada Rabu (15/6/2022).

"Jadi, kalau datang ke fasilitas pelayanan kesehatan di fase awal, yakni demam itu, insyaAllah tertolong," katanya.

Jangan Sampai Kritis

Pada fase awal atau fase demam, pasien memerlukan minum yang cukup karena demam tinggi. Memang nafsu makan dan minum menurun pada fase ini tapi tetap perlu minum.

Bila tidak ditangani dengan bail lalu berlanjut ke fase kritis yang bisa menyebabkan terjadi kebocoran dari pembuluh darah. Dari bagian tersebut rembes keluar cairan. Hal ini membuat tekanan darah anak turun.

"Kalau tekanan darah turun terus akan jadi syok. Jangan sampai fase kritis ini terjadi," pesan Sri.

Secara geografis memang Indonesia ini 'rumah' yang nyaman bagi nyamuk belang-belang hitam putih itu berkembang biak.

"Pertama, temperatur udara kita hangat. Lalu, dua kelembapan kita cocok untuk dia bertelur atau berkembangbiak. Nyaman buat nyamuk itu," kata wanita yang sudah sejak 1980-an menjadi dokter ini.

Meski Indonesia nyaman untuk perkembangbiakan nyamuk, hal yang bisa diupayakan mencegah nyamuk tersebut berkembang biak. Caranya dengan memastikan tidak ada genangan air bersih di sekitar rumah kita.

"Ingat ya nyamuk ini suka pada air bersih," katanya.

Jadi, selain tidak ada tampungan air di luar rumah, di dalam rumah pun tidak ada. Pastikan bagian menaruh gelas di dispenser itu kering. Lalu, tempat menaruh tetesan AC juga kerap dibuang agar tidak jadi tempat nyamuk berkembang biak.

"Hal-hal sepele seperti itu kerap yang jadi tempat perindukan nyamuk," kata Sri.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya