Liputan6.com, Jakarta - Para ahli telah mengembangkan metode untuk mengumpulkan air minum di daerah gurun dengan memanen kabut menggunakan jaring khusus. Pendekatan ini menawarkan solusi potensial untuk masalah kekurangan air di wilayah kering.
Masyarakat di daerah gurun kering telah lama memanen tetesan kecil kabut sebagai sumber air minum segar. Penelitian selama setahun di dekat kota di Gurun Atacama, Chili utara, menunjukkan bahwa hingga 5 liter air kabut dapat dikumpulkan per meter persegi setiap hari.
Advertisement
Melansir laman Science News pada Kamis (06/03/2025), temuan ini dipublikasikan pada 20 Februari di jurnal Frontiers in Environmental Science. Di kota Alto Hospicio, hampir semua air minum diangkut dengan truk dari akuifer yang berjarak sekitar 70 kilometer.
Advertisement
Baca Juga
Dengan keterbatasan ini, penduduk setempat bergantung pada sumber air alternatif seperti pemanenan kabut. Selama musim dingin dan semi, wilayah ini menerima kabut pantai yang disebut "camanchaca", yang berarti kegelapan dalam bahasa lokal Aymara.
Kabut ini menyuburkan kehidupan gurun yang tandus, termasuk kaktus, lumut, dan ganggang. Fenomena camanchaca terjadi akibat perbedaan suhu antara udara hangat dari pedalaman dan udara dingin dari Samudra Pasifik yang membentuk lapisan kabut tebal.
Pengumpulan air kabut dilakukan dengan menggantung lembaran jaring berukuran 1 meter persegi secara vertikal, menghadap angin yang membawa kabut. Air terkumpul pada jaring dan kemudian menetes ke selokan, lalu disalurkan ke tangki penyimpanan.
Material jaring yang digunakan bervariasi, mulai dari nilon hingga polietilena yang dilapisi dengan bahan hidrofilik untuk meningkatkan efisiensi pengumpulan air. Para peneliti menemukan bahwa antara 0,2 hingga 5 liter air kabut dapat dipanen per meter persegi per hari di lokasi-lokasi sekitar kota selama bulan-bulan berkabut, dengan potensi lebih besar di daerah yang lebih tinggi.
Namun, volume air ini masih belum mencukupi untuk memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat. Total kebutuhan konsumsi Alto Hospicio adalah sekitar 300.000 liter per minggu, yang memerlukan 17.000 meter persegi jaring untuk memenuhinya.
Kebutuhan ini diperkirakan akan meningkat seiring pertumbuhan populasi kota. Oleh karena itu, strategi pengelolaan air perlu mencakup pemanenan kabut sebagai salah satu solusi tambahan.
Meskipun demikian, dengan meningkatnya masalah air akibat perubahan iklim dan pertumbuhan populasi, pemanenan kabut dapat memberikan harapan di padang pasir. Teknologi serupa telah diterapkan di berbagai negara, seperti Maroko melalui proyek CloudFisher, yang meniru cara jaring laba-laba mengumpulkan tetesan embun dari kabut.
Proyek ini telah berhasil memasok air minum bersih bagi wilayah yang mengalami kekeringan di Pegunungan Anti-Atlas, Maroko. Pengumpulan kabut paling sesuai untuk lokasi yang sering mengalami periode kabut, terutama di daerah dataran tinggi atau pesisir dengan kecepatan angin antara 3 hingga 12 meter per detik dan tanpa rintangan terhadap aliran angin.
Air yang dikumpulkan umumnya memiliki kualitas baik dan layak untuk diminum dengan sedikit atau tanpa penanganan tambahan. Di beberapa tempat, pemanenan kabut juga dikombinasikan dengan teknologi pemurnian sederhana seperti penyaringan karbon aktif atau sinar UV untuk memastikan kualitas air yang lebih baik.
(Tifani)