Kit Diagnostik BioColoMelt-Dx, Terobosan Deteksi Kanker Usus Besar

Deteksi kanker usus besar terkini menggunakan kit diagnostik BioColoMelt-Dx.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 20 Jul 2022, 07:00 WIB
Diterbitkan 20 Jul 2022, 07:00 WIB
Kit Diagnostik BioColomelt-Dx untuk Kanker Usus Besar
Induk Holding BUMN Farmasi PT Bio Farma meluncurkan produk terbarunya berupa kit PCR diagnostik dengan analisis High Resolution Melting (HRM) yang dinamakan BioColomelt-Dx untuk kanker usus besar (kolorektal) di Auditorium Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta pada Selasa, 19 Juli 2022. (Dok Liputan6.com/Fitri Haryanti Harsono)

Liputan6.com, Jakarta - Terobosan baru untuk mendeteksi dini kanker usus besar (kolorektal) dapat menggunakan kit diagnostik bernama BioColoMelt-Dx. Alat ini merupakan hasil kolaborasi PT Bio Farma dan PathGen -- PT PathGen Diagnostik Teknologi -- yang melibatkan berbagai industri, instansi penelitian dan pendidikan, serta fasilitas kesehatan nasional maupun internasional.

Peneliti dari PathGen, Dr. Susanti menjelaskan cara kerja BioColoMelt-Dx untuk deteksi kanker usus besar. Caranya, pengambilan sampel menyasar jaringan dengan menggunakan pemeriksaan jenis polymerase chain reaction (PCR). PCR adalah pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi keberadaan material genetik dari sel, bakteri atau virus.

Dalam hal ini, DNA seseorang dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui gen mana yang mutasi.

"Ambil sampel dari jaringan. Nanti DNA diekstraksi, di jaringan tumor pasien dari hasil operasi atau biopsi. Kemudian nanti DNA pasien tersebut di PCR (menggunakan kit diagnostik BioColoMelt-Dx)," jelas Susanti saat konferensi pers Launching BioColoMelt-Dx di Auditorium RS Kanker Dharmais Jakarta pada Selasa, 19 Juli 2022.

"Jadi, nanti kita tahu gen-gen mana yang termutasi. Nah, informasi gen yang termutasi itu nanti digunakan oleh dokter untuk menentukan terapi mana yang tepat untuk pasien yang bersangkutan."

Selanjutnya, BioColoMelt-Dx juga ditujukan untuk mengetahui, apakah pasien tersebut (berpotensi) mengidap kanker kolorektal yang bisa saja ada kelainan genetik turunan.

"Itu bermanfaat untuk keluarga-keluarga pasien tadi, supaya bisa dimonitor lebih dini," terang Susanti.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tentukan Jenis Terapi yang Tepat

Ciri-Ciri Usus Buntu
Ilustrasi Usus. Credit: pexels.com/Maria

Sebagai informasi secara rinci, BioColoMelt-Dx adalah kit diagnostik molekuler untuk mendeteksi kelainan genetik yang terutama terjadi pada pasien kanker kolorektal. Hasil pemeriksaan BioColoMelt-Dx berupa informasi profil mutasi kanker.

Informasi profil kanker ini digunakan oleh dokter atau tenaga medis lainnya untuk menentukan jenis obat yang memberikan respons terapi paling optimal pada pasien kanker kolorektal yang bersangkutan.

Selain itu, BioColoMelt-Dx juga dapat digunakan untuk penapisan (skrining) Lynch syndrome -- suatu kondisi yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengidap berbagai macam kanker dan bersifat keturunan.

Lynch syndrome menyebabkan risiko terkena kanker usus besar sekitar 80 persen sepanjang hidupnya. Kelainan pada orang yang berisiko kanker usus besar ini disebabkan karena adanya gen cacat bawaan, yakni MLH1 atau MSH2.

Berkat diperolehnya informasi Lynch syndrome dari hasil penapisan menggunakan BioColoMelt-Dx, keluarga pasien yang diduga kemungkinan mengidap sindrom ini dapat menjalani pengawasan untuk pencegahan atau penanganan kanker usus besar sedini mungkin.

Sudah dapat Izin Edar Kemenkes

Kit Diagnostik BioColomelt-Dx untuk Kanker Usus Besar
Induk Holding BUMN Farmasi PT Bio Farma meluncurkan produk terbarunya berupa kit PCR diagnostik dengan analisis High Resolution Melting (HRM) yang dinamakan BioColomelt-Dx untuk kanker usus besar (kolorektal) di Auditorium Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta pada Selasa, 19 Juli 2022. (Dok Liputan6.com/Fitri Haryanti Harsono)

Produk BioColoMelt-Dx telah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Rl dengan nomor KEMENKES RI AKD 20306220065 yang dirilis pada 1 Juli 2022. Adanya BioColoMelt-Dx ini, pasien dapat memeroleh akses yang lebih mudah untuk pemeriksaan ketepatan jenis terapi dan penanganan dini pada keluarga pasien dengan Lynch syndrome.

Diharapkan dapat berdampak positif pada optimalisasi ekonomi untuk ekosistenm kesehatan di Indonesia. Adapun kanker kolorektal merupakan sebutan lain untuk kanker yang menyerang usus besar (kolon), rektum, ataupun keduanya.

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2018, kanker kolorektal menempati peringkat ketiga dunia untuk jenis kanker yang paling umum terjadi. Di Indonesia, data Globocan tahun 2020 mencatat, kanker kolorektal menduduki peringkat keempat kanker dengan kasus baru terbanyak.

Setidaknya, terdapat 35.000 jumlah pasien yang terdiagnosis kanker kolorektal setiap tahunnya. Kemudian 35 persen di antaranya menyerang penduduk Indonesia yang berusia produktif (di bawah 40 tahun), sedangkan angka kematian di Indonesia mencapai 6,7 persen dari 100.000 kasus.

Sebagian Besar Faktor Keturunan

Fungsi Usus Halus dalam Pencernaan
Fungsi Usus dalam Pencernaan sumber: Pixabay

Berdasarkan data UT Southwestern Medical Center Amerika Serikat (AS), 1 dari 18 orang (sekitar 5,5 persen) terkena kanker usus besar di dalam tubuh mereka. Dari semua kasus kanker usus besar, sekitar 5-10 persen berasal dari faktor keturunan. Hal ini berkaitan dengan mutasi gen yang diwarisi ibu atau ayah.

Beberapa gen dikaitkan dengan kanker usus besar, tetapi, mutasi pada gen yang terkait dengan sindrom Lynch (MLH1, MSH2, MSH6, PMS2, EPCAM) adalah penyebab paling umum dari penyakit keturunan.

Sekitar 25-35 persen kanker usus besar bersifat familial. Artinya, penyakit ini lebih sering terjadi pada anggota keluarga dibanding kelompok populasi secara umum.

Pada kasus kanker kolorektal dalam keluarga, penyebab spesifiknya tidak diketahui. Namun, kemungkinan karena kombinasi berbagai faktor risiko, termasuk genetik, gaya hidup, dan lingkungan yang meningkatkan risiko kanker usus besar dalam keluarga.

Orang dengan riwayat kanker kolorektal dalam hubungan tingkat pertama (orangtua, saudara kandung, atau anak) berisiko lebih tinggi. Risiko bahkan lebih tinggi jika anggota keluarga dekat tersebut didiagnosis menderita kanker kolon ketika berusia kurang dari 50 tahun.

Mengutip KlikDokter, risiko kanker kolorektal juga besar bila ada lebih dari satu kerabat tingkat pertama yang terkena kanker tersebut. Lalu, memiliki anggota keluarga yang mengalami polip adenomatosa (polip pada usus besar yang cenderung berkembang menjadi kanker) juga berkaitan dengan risiko kanker usus besar yang lebih tinggi.

Infografis 6 Cara Ampuh Hilangkan Bekas Jerawat
Infografis 6 Cara Ampuh Hilangkan Bekas Jerawat. (Liputan6.com/Lois Wilhelmina)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya