Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin sebelumnya memprediksi puncak COVID-19 di Indonesia terjadi pada Juli 2022. Namun, saat ini sudah pertengahan Agustus, adakah prediksi terbaru kapan Indonesia mengalami puncak COVID-19?
Puncak kasus COVID-19 akibat subvarian Omicron BA.4 dan BA.5, menurut Budi Gunadi mengalami perubahan. Walau begitu, ia belum memberikan penjelasan lebih lanjut di balik perubahan prediksi puncak COVID-19 tersebut.
Baca Juga
"Ya, kita puncak COVID-19 kan berubah karena ada BA.4 dan BA.5. Sekarang kami lagi rekalibrasi -- proses verifikasi bahwa suatu akurasi sesuai dengan rancangannya -- seperti apa perkembangan selanjutnya," kata Budi Gunadi usai konferensi pers Peluncuran Buku Vaksinasi COVID-19 dan Diskusi Panel Evaluasi, Tantangan, dan Capaian Vaksinasi COVID-19 di Gedung Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Jakarta, ditulis Senin (15/8/2022).
Advertisement
"Ditanya kapan kira-kira prediksi (terbaru) puncaknya? Nanti diupdate (diperbarui) lagi (informasi) sama epidemiolog."
Pada konferensi pers Juni 2022, Budi Gunadi memprediksi puncak kasus COVID-19Â Omicron subvarian BA.4 dan BA.5 terjadi satu bulan usai temuan kasus pertama. Artinya, puncak kasus terjadi pada pekan kedua atau ketiga Juli 2022.Â
"Pengamatan kami nih, puncak gelombang BA.4 dan BA.5 itu terjadi satu bulan setelah penemuan kasus pertama. Jadi, minggu kedua atau ketiga Juli kita akan lihat puncak dari kasus BA.4 dan BA.5," terangnya saat memberikan Keterangan Pers Menteri Terkait Ratas Evaluasi PPKM di Kantor Presiden Jakarta, Senin (13/6/2022).
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Puncak COVID-19 Lewat dari Juli
Prediksi puncak COVID-19, lanjut Budi Gunadi Sadikin masih diamati. Prediksi dan jumlah kasus COVID-19 yang diperkirakan naik bisa saja berubah seiring dengan kepulangan jemaah haji.
Dalam hal ini bisa saja puncak gelombang COVID-19 lewat dari bulan Juli 2022.
"Kita lihat dengan pulangnya jemaah haji, kita lihat profil (karakteristik) mungkin agak berubah karena memang jemaah haji pada berdatangan dan ada beberapa juga yang kena (positif COVID-19)," ujar Menkes Budi Gunadi usai Launching BioColomelt-Dx di RS Kanker Dharmais Jakarta pada Selasa, 19 Juli 2022.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sudah melakukan analisis data terkait kasus BA.4 dan BA.5 di Afrika Selatan, negara pertama dengan temuan dua varian Corona tersebut. Hasilnya, penularan BA.4 dan BA.5 sepertiga dari puncak kasus Delta dan Omicron.
Tingkat hospitalisasi sekitar sepertiga dari kasus varian Delta dan Omicron.
"Lalu, kematian sekitar satu persepuluh dari kasus kematian dari gelombang Delta dan Omicron," imbuh Budi Gunadi.
Â
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Masa Rawan sampai Oktober 2022
Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, untuk memprediksi puncak kasus gelombang COVID-19 sekarang lebih kompleks. Ada beberapa hal yang menjadi dasar prediksi seperti jumlah populasi di wilayah yang masih rentan.
Namun, ketika pandemi berlangsung, ada yang sudah divaksinasi plus mendapat imunitas dari infeksi.
"Hal ini menambah kompleksitas prediksi itu. Meski ada data sero survei maupun cakupan vaksinasi, tapi ada yang menurun proteksinya," jelas Dicky dalam keterangannya, ditulis Rabu (20/7/2022).
Namun, epidemiolog menduga gelombang keempat COVID-19 di Tanah Air berakhir masa rawannya pada Oktober 2022. Kondisi ini melihat dari situasi kasus COVID-19 di Tanah Air, kasus testing yang pasif, karakter masyarakat, dan respons masyakarat.
Selain itu, turut mempertimbangkan karakter BA.4 dan BA.5 yang bisa menginfeksi juga mereinfeksi.
"Prediksi secara kasar, saya lihat masa krisis sampai Oktober. Kita berharap setidaknya awal Oktober atau akhir September 2022 adalah akhir masa rawan dari BA.4 dan BA.5," sambung Dicky.
Kemungkinan Puncak Tiba Agustus 2022
Dalam keterangan baru-baru ini, Dicky Budiman menyampaikan, prediksi puncak COVID-19 akibat varian Omicron, terutama BA.5 bisa saja tiba pada akhir Agustus 2022.
"Saya lebih cenderung memprediksi paling cepat itu akhir Agustus puncaknya, kalau melihat kondisi terkini. Walaupun bukan tidak mungkin sebelum (akhir Agustus) ini (mencapai puncak), namun tampaknya kecil (kemungkinan)," ucapnya dalam keterangan, Kamis (11/8/2022).
Melihat perkembangan pada negara-negara lain, puncak kasus subvarian BA.5 ini memang lebih lambat dibanding subvarian sebelumnya. Di negara lain, puncak kasus subvarian BA.5 terlihat memakan waktu lebih dari satu bulan.
Selain tingkat pelacakan dan pemeriksaan yang rendah, masyarakat kini memiliki modal imunitas yang lebih tinggi vaksinasi maupun infeksi alamiah. Hal ini jauh berbeda saat varian Delta menyerang pada Juli 2021 ketika jumlah vaksinasi masih rendah.
"Selain memang juga keterbatasan testing, ini juga agak cukup menyulitkan melihat peta situasi sebenarnya. Jadi, saat ini saya lihat belum dan bahkan ada kemungkinan akhir Agustus," tutur Dicky.
Advertisement