Edukasi Bahaya Stroke dan Penyakit Otak, Prof Eka Julianta Putar Film 3D Bedah Syaraf dan Kehebatan Otak

Melalui film dokumenter berdurasi 60 menit, Prof Eka ingin mengedukasi langsung mengenai bahaya penyakit tumor otak dan stroke.

oleh Pramita Tristiawati diperbarui 11 Okt 2022, 19:00 WIB
Diterbitkan 11 Okt 2022, 19:00 WIB
Prof Eka Julianta
Prof Eka Julianta menghadiri pemutaran film tiga dimensi (3D) bertemakan kehebatan otak, stroke dan bedah syaraf, di Cinepolis Maxxbox, Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, Selasa (11/10/2022). (Foto: Liputan6.com/Pramita Tristiawati)

Liputan6.com, Jakarta - Memperingati Hari Stroke Sedunia, dokter dan guru besar spesialisasi bidang bedah saraf (neurosurgeon) Profesor Eka Julianta Wahjoepramono kembali menghadirkan film tiga dimensi (3D) bertemakan kehebatan otak, stroke dan bedah syaraf, di Cinepolis Maxxbox, Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, Selasa (11/10/2022).

Seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran UPH dan perwakilan dari IDI serta Perhimpunan Spesialis Bedah Saraf Indonesia (Perspebsi) ikut menyaksikan pemutaran film tersebut. Bahkan, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin turut hadir dalam kesempatan edukasi yang digagas oleh profesor yang juga menjabat sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan (UPH) itu. 

Melalui film dokumenter berdurasi 60 menit, Prof Eka Julianta ingin mengedukasi langsung mengenai bahaya penyakit tumor otak dan stroke. Eka pun menyampaikan pesan akan pentingnya hidup sehat sejak dini. Diketahui, beberapa tahun terakhir, stroke tak hanya mengintai usia lanjut atau lansia, melainkan juga usia muda.

"Ini cara kami mengedukasi, kalau orang hanya diberitahu begitu akan sulit percaya. Tapi ini kami coba hadirkan dalam bentuk cinema 3D.  Melalui film tadi, orang bisa lihat sendiri pasien-pasiennya, suasana ICU seperti apa, operasi otak seperti apa, sehingga mereka bisa sadar betapa penting hidup sehat dan rajin chek up kesehatan otak," tutur Eka di Kelapa Dua, Tangerang, Selasa, 11 Oktober 2022.

Melalaui film tersebut, para penonton di dalam studio Max diperlihatkan fungsi otak, ribuan jaringan neuron beserta fungsinya, hingga proses bedah otak dengan berbagai kasus penyakit. Mulai dari tumor kecil dan besar, pemasangan chip, hingga memperlihatkan suasana ICU pasca-penanganan operasi.

"Jadi hari stroke sedunia ini, kami semua punya misi, sebab dari pengalaman kami, bedah otak stroke itu sangat berat. Kalau sudah kena, tingkat kesembuhannya dibawah 5 persen," ungkap Eka.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Penyakit Paling Mematikan Nomor 2 di Dunia

Berdasarkan data dunia, stroke menjadi penyakit mematikan nomor dua di dunia. Dan nomor satu penyebab kecacatan di dunia.

Maka dari itu, dia menginginkan edukasi menyelamatkan diri dari stroke. Menurutnya, stroke bisa dihindari dengan berbagai pola hidup dan asupan yang sehat.

"Misi kami, ada penurunan penderita stroke di Indonesia. Mulai sekarang, perhatikan pola hidup sehat, lakukan check up otak dan medical cek up," katanya.

Dia pun mengajak seluruh mahasiswa kedokteran di UPH untuk ikut terjun langsung mengkampanyekan kesehatan syaraf dan otak ke daerah-daerah di Indonesia. Sebab, mahasiswa inilah yang menjadi corong kampanye kesehatan otak di daerah-daerah. 


Pemutaran Film Bedah Otak 3D di 2016

Pada Agustus 2016 lalu, Eka pun pernah menggelar kuliah umum serupa di bioskop Cinemaxx Lippo Village Tangerang digelar 3D Cinema Lectures.

Sama seperti video 3D pada umumnya, peserta kuliah dapat merasakan pengalaman seolah-olah sedang berada langsung di tempat kejadian, yang dalam hal ini adalah operasi bedah saraf. Pengalaman itu yang ingin dihadirkan Eka lewat kuliah tersebut.

"Idenya adalah agar para mahasiswa seolah-olah berada persis seperti sedang ada di kamar operasi," ujarnya waktu itu. 

Lewat metode ini juga diharapkan para mahasiswa dan peserta kuliah ini bisa lebih mudah dimengerti. Di samping itu, tak tertutup kemungkinan bagi mahasiswa yang ingin fokus ke bidang saraf otak dapat, metode ini dapat memberi kesan lebih menarik dan juga efektif.


Dihadiri Peserta dari Negara-Negara Lain

Kala itu, ratusan peserta dari Indonesia serta 16 negara lainnya datang khusus untuk melihat sinema tiga dimensi neurosurgery ini. Mulai dari dokter bedah saraf maupun dokter yang terkait dengan otak dari negara-negara Asia Tenggara dan Asia lalu Tunisia, Italia, hingga Amerika Serikat datang.

"Banyak peserta lain yang juga hadir dari India dan beberapa negara lain. Mereka datang karena penasaran dengan konsep yang ditawarkan, karena belum pernah menemukan metode serupa di negaranya masing-masing," ujar Eka. 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya