Liputan6.com, Jakarta - Beberapa orang merasa tidak perlu lagi melakukan vaksinasi COVID-19 sebab menganggap pandemi telah berakhir.
"Mereka merasa bahwa pandemi itu sudah berakhir sehingga udah enggak perlu lagi, nih untuk melengkapi vaksinasi COVID-nya baik itu untuk melengkapi yang primernya. Apalagi untuk melengkapi dalam dosis booster-nya," ujar Plt. Direktur Pengelolaan Imunisasi Ditjen P2P Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dr. Prima Yosephine, MKM dalam talkshow “Pemerataan Vaksinasi, Kunci Menuju Endemi" pada Senin (7/11/2022).
Baca Juga
Faktanya, pandemi COVID-19 belum berakhir. Bahkan, kini kasus COVID-19 kembali merangkak naik akibat mutasi subvarian XBB dengan peningkatan kasus aktif 64,4 persen dan perawatan di rumah sakit dalam dua minggu terakhir 3,3 persen.
Advertisement
Oleh sebab itu, Pemerintah kembali menggalakkan vaksinasi COVID-19. Hingga saat ini, pemerintah terus memperhatikan pemerataan vaksin di berbagai daerah untuk memastikan stok yang dimiliki cukup.
Prima menuturkan, penanganan pemerataan stok vaksin COVID-19 dilakukan dengan melakukan realokasi dari daerah-daerah yang masih memiliki banyak stok vaksin (untuk lebih dari 14 hari) ke daerah dengan stok vaksin minim (kurang dari 7 hari).
"Kita lakukan pendekatan dan mereka mau. Kemudian kita realokasikan vaksin yang ada di mereka ke daerah-daerah yang stok vaksinnya minim," ujar Prima.
Beberapa waktu lalu, Indonesia diketahui telah mendapatkan 5 juta dosis vaksin yang sebagian sudah didistribusikan ke provinsi yang telah mengajukan permintaan kebutuhan vaksin.
Prima mengatakan, daerah yang merasa membutuhkan stok vaksin harus menghubungi pusat untuk mengajukan permintaan. Sementara daerah yang tidak mengajukan permintaan dianggap memiliki stok yang memadai.
"Saat ini kami tidak lagi mengirimkan tanpa permintaan dari daerah," ujar Prima.
Hal ini dilakukan sebagai strategi mencegah vaksin kedaluwarsa sebelum digunakan.
Â
Â
Â
Strategi Mix and Match
Selain itu, strategi mix and match juga dilakukan untuk mengatasi kekosongan vaksin tertentu.
"Mix and match, jadi artinya, berbeda vaksin tetapi tetap dapat diberikan," ujar Ketua Umum Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia  Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, SpPD, K-AI dalam kesempatan yang sama.
Misalnya, seseorang yang melakukan vaksinasi primer Moderna dapat menggunakan vaksin Pfizer sebagai alternatif untuk booster.
Tindakan mix and match tidak akan menyebabkan masalah asal sesuai dengan penelitian yang ada.
Tak hanya itu, Iris menuturkan, Indonesia juga sudah mampu membuat vaksin dalam negeri yang dapat segera digunakan bulan depan atau akhir bulan ini.
Meskipun demikian, ada sejumlah tantangan terkait pelaksanaan vaksinasi COVID-19. Pandemi yang telah berlangsung selama 2 tahun ini masih belum mampu mematahkan anggapan masyarakat bahwa vaksin membuat sakit dan lemah. Padahal, sebenarnya vaksin membantu tubuh membentuk antibodi untuk melawan jangkitan virus.
Beberapa orang juga berpikir tidak perlu melakukan vaksinasi sebab sudah pernah terpapar COVID-19, yang berarti tubuhnya telah membentuk antibodi.
Â
Â
Â
Advertisement
Pembentukan Antibodi
Vaksin memang tidak bisa membuat tubuh kebal 100 persen dari infeksi COVID-19. Namun, seseorang yang terinfeksi COVID-19 setelah vaksinasi memiliki risiko sakit parah yang lebih rendah.
Memang benar bahwa seseorang yang terinfeksi COVID-19 membentuk antibodi alami. Akan tetapi, antibodi ini akan menurun dalam satu sampai 3 bulan. Terlebih, ini tidak menciptakan sel memori. Selain itu, enggan melakukan vaksinasi setelah terinfeksi COVID-19 dapat menyebabkan reinfeksi.
Sebaliknya, Iris mengungkapkan bahwa vaksinasi membentuk sel memori. Sel memori bisa menciptakan kembali antibodi terhadap virus COVID-19 meskipun efikasi vaksin mulai menurun enam bulan setelah penyuntikan. Namun, bukan berarti Anda tidak perlu melakukan vaksinasi lagi.
Dengan demikian, masyarakat diharapkan dapat melengkapi vaksinasi sebagai upaya untuk mencapai herd community.
"Untuk mencapai herd community, memang caranya dengan vaksin yang paling cepat," tutur Iris.
Vaksinasi penting bukan hanya untuk menjaga kesehatan sendiri tetapi juga orang di sekitar Anda. Katakanlah Anda memiliki imunitas tubuh yang cukup baik, bukan berarti orangtua Anda juga demikian. Mereka yang memiliki imunitas rendah dan rentan terinfeksi harus dilindungi.
"Jangan kita menjadi pembawa, carrier, menyebabkan penyakit bagi orang lain."
Cara Kerja Vaksin
"Ketika tubuh menerima vaksin, maka itu akan terjadi reaksi dalam tubuh kita," ujar Iris.
Tetap akan terjadi reaksi imun yang serupa dengan infeksi masuk ke tubuh kita hanya dalam kadar yang lebih ringan dan terkontrol, tuturnya.
"Artinya, kalau infeksi masuk kita terjadi infeksi, tapi kalau vaksin itu tidak terjadi infeksi."
Vaksinasi memang dapat meninggalkan beberapa efek samping. Iris menyatakan, beberapa pasien akan merasa kaget dan pegal, nyeri tempat suntikan, nyeri otot serta demam setelah vaksinasi.
Meskipun demikian, itu merupakan suatu reaksi normal dari pembentukan antibodi atas respon terhadap vaksin.
Ini merupakan reaksi normal sebagai respon setelah ada sesuatu yang masuk ke tubuh—dalam hal ini vaksin. Hal ini menyebabkan reaksi inflamasi yang bersifat sementara dan akan hilang dalam beberapa saat, jelas Iris.
Prima menambahkan, efek yang ditimbulkan setelah vaksinasi jauh lebih ringan dan singkat jika dibandingkan dengan loss of productivity yang diakibatkan oleh infeksi COVID-19.
"Ini tentu jauh lebih banyak menyita waktu mereka, ya. Tidak bisa bekerja, gitu, karena harus istirahat, 8 sampai 12 hari gitu jika mereka terkena penyakit ini."
Â
(Adelina Wahyu Martanti)
Advertisement