Penyebab Vagina Terasa Gatal, Mulai dari Efek Mencukur hingga Iritasi

Ada berbagai penyebab yang berkontribusi pada vagina yang terasa gatal. Lalu, apa sajakah itu?

oleh Diviya Agatha diperbarui 29 Nov 2022, 20:00 WIB
Diterbitkan 29 Nov 2022, 20:00 WIB
Ilustrasi vagina
Ilustrasi vagina. Photo by Timothy Meinberg on Unsplash

Liputan6.com, Jakarta Sebagian besar wanita mungkin sudah pernah merasakan vagina gatal. Ternyata, kondisi gatal pada vagina menjadi salah satu keluhan paling umum yang dirasakan wanita dan dapat disebabkan oleh persoalan ringan hingga mengkhawatirkan.

Dokter obstetri dan ginekologi di Brigham and Women's Hospital, Boston, Amerika Serikat, Julianna Schantz-Dunn menyarankan untuk memeriksakan kondisi untuk rasa gatal yang tidak biasa. Terutama jika gejala gatal yang muncul bertahan lebih dari dua hari.

"Atau jika bersamaan dengan rasa gatal itu, Anda mengalami gejala lain seperti ada pendarahan atau muncul lesi yang tidak biasa pada vagina," ujar Julianna mengutip Health, Selasa (29/11/2022).

Di samping itu, ada sederet kemungkinan penyebab vagina gatal. Apa sajakah itu? Berikut diantaranya.

1. Efek Mencukur Rambut Pubis

Mencukur rambut pubis atau rambut kemaluan menjadi penyebab paling umum dari vagina gatal. Saat Anda mencukur, rasa halus akan terasa pada permukaan kulit vagina di awal.

Namun, rasa gatal itu bisa muncul saat rambut mulai tumbuh kembali. Pada beberapa wanita, kondisi inipun seringkali menimbulkan rasa gatal yang cukup parah.

"Banyak wanita yang mengenal tubuh mereka dengan baik dan mereka tahu bahwa mereka akan merasa kesal karena gatal usai mencukur. Jadi saya sarankan untuk tidak melakukan itu," kata Julianna.

Sehingga bila panjang dari rambut pubis sudah mengganggu, Julianna menyarankan untuk menempuh cara yang lebih ramah untuk kulit vagina yakni dengan memotong rambut pubis sedikit atau melakukan waxing.

2. Infeksi Jamur

Ilustrasi Infeksi Jamur
Ilustrasi Infeksi Jamur | Credit: pexels.com/Hun

Penyebab selanjutnya yang paling banyak ditemui terkait vagina gatal adalah infeksi jamur. Infeksi tersebut sangatlah umum dan sekitar tiga perempat wanita pernah mengalaminya dalam beberapa titik kehidupan.

Gejala khasnya adalah rasa gatal yang ekstrem disertai dengan cairan putih kental yang tidak berbau. Jika mengalami hal ini, Julianna menyarankan untuk melakukan diskusi dengan dokter dibandingkan menanganinya sendiri.

"Kami menyarankan untuk setidaknya menghubungi dokter Anda untuk mendiskusikan gejala itu, daripada pergi ke toko obat sendiri untuk melakukan pengobatan mandiri," kata Julianna.

"Karena jika Anda mengobati sendiri dan ternyata itu bukan infeksi jamur, maka Anda dapat memperburuk kondisi yang terjadi pada vagina," tambahnya.

3. Perubahan Hormon

Salah satu penyebab vagina gatal lainnya adalah perubahan hormon. Pasca menopause atau saat menstruasi berhenti selama lebih dari satu tahun, sumber gatal bisa terjadi pada vagina.

Hal tersebut lantaran saat menopause, tubuh akan mengalami penurunan hormon estrogen dan dapat menipiskan lapisan mukosa pada vagina.

"Setelah mengesampingkan penyebab lain, kita bisa mengobati itu dengan krim atau tablet estrogen vagina," ujar Julianna.

4. Iritasi

Ilustrasi celana dalam. Photo by Fahad Waseem on Unsplash
Ilustrasi celana dalam. Photo by Fahad Waseem on Unsplash

Julianna mengungkapkan bahwa tiga penyebab paling umum dari gatal pada vagina adalah iritasi yang disebabkan oleh kain atau produk tertentu.

"Kami sering berbicara dengan pasien tentang kebersihan vagina yang baik," ujarnya.

Merawat vagina dengan baik artinya tidak menggunakan pantyliner atau pembalut beraroma, menghindari sabun beraroma, dan sama sekali tidak melakukan douching, menggunakan semprotan atau bedak beraroma untuk vagina.

Hal tersebut lantaran bisa memicu masalah pada vagina dan menggaruknya dapat menyebabkan iritasi dan infeksi. Selain itu, produk pewangi dan iritasi lainnya juga dapat mengubah pH pada vagina dan membuat Anda menjadi lebih rentan pada infeksi.

"Vagina juga perlu 'bernapas'. Mencekiknya dengan pakaian dalam yang memerangkap kelembapan pada kulit dapat membuatnya iritasi. Beralihlah pada celana dalam yang berbahan katun," kata Julianna.

5. Vaginosis Bakterialis dan IMS

Gambar Ilustrasi Cara Merawat Vagina
Sumber: Freepik

Vaginosis bakterialis dapat menyebabkan vagina terasa gatal. Namun, Julianna mengungkapkan bahwa gejala yang lebih seringnya adalah keputihan yang berbau busuk.

Selain itu, Infeksi Menular Seksual (IMS) seperti Trikomoniasis pun dapat menyebabkan vagina terasa gatal, terbakar, perubahan cairan, atau retakan putih di luar kulit.

Begitupun dengan herpes. Tidak semua kasus herpes akan memiliki lesi yang menonjol dan mudah terlihat. Banyak orang memiliki gejala ringan bahkan tidak bergejala.

"Pada herpes, Anda mungkin merasa gatal atau nyeri saat buang air kecil. Tapi gejalanya mungkin tidak separah yang Anda kira," kata Julianna.

Sehingga bila Anda hendak mencari tahu rasa gatal yang muncul secara tidak biasa atau sangat mengganggu, penting untuk segera memeriksakan kondisi dan melakukan penanganan yang tepat.

Infografis Vaksin Covid-19 Berdampak pada Kesuburan Pria dan Perempuan?
Infografis Vaksin Covid-19 Berdampak pada Kesuburan Pria dan Perempuan? (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya