Liputan6.com, Jakarta - Cuaca ekstrem diprediksi terjadi pada pekan terakhir Februari 2023, yakni mulai tanggal 22 hingga 28. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pun meminta masyarakat agar mewaspadai potensi bencana alam hidrometeorologi.
Fenomena Monsun Asia yang membuat angin berembus periodik dari Benua Asia melewati garis khatulistiwa menuju Benua Australia berdampak pada turunnya hujan di wilayah Indonesia.
Baca Juga
Apabila cuaca ekstrem sedang berlangsung di Indonesia, pola konvergensi dan perlambatan kecepatan angin akan terjadi di beberapa wilayah, oleh karena itu uap air yang menjadi awan hujan akan terkonsentrasi di suatu wilayah sehingga air yang turun intensitasnya tinggi. Hujan lebat dan dalam waktu lama dapat terjadi akibat konvergensi dan perlambatan tersebut.
Advertisement
Cuaca ekstrem di Indonesia seperti hujan lebat disertai petir dan angin kencang juga disebabkan faktor suhu hangat permukaan laut Indonesia dan sekitarnya. Hal itu memicu air mudah menguap dan terkumpul menjadi awan hujan dan fenomena gelombang atmosfer. Gelombang tersebut bisa meningkatkan potensi udara basah di sejumlah wilayah di Indonesia yang menyebabkan hujan.
Saat hujan disertai angin kencang turun dalam waktu lama, masyarakat perlu menjaga kesehatan tubuh dari infeksi penyakit. Pada musim penghujan, setidaknya ada sejumlah penyakit yang perlu diwaspadai para orangtua karena anak-anak menjadi kelompok yang mudah terinfeksi.
Berikut penyakit-penyakit yang perlu diwaspadai ketika musim hujan berlangsung cukup lama, dikutip dari laman Klikdokter.
1. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang disebarkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Nyamun dengan belang khas itu bisa berkembang biak di genangan air yang biasa ditemukan ketika musim hujan.
Kondisi demam yang mendadak tinggi, bahkan bisa mencapai 40 derajat Celsius dan terjadi malam hari disertai nyeri kepala, nyeri belakang bola mata, nyeri otot dan sendi serta wajah kemerahan atau ruam kulit, mual, dan muntah serta nyeri perut perlu diwaspadai sebagai gejala DBD.
DBD pada anak perlu dianggap serius karena akan lebih mudah mengalami syok dan bisa berakibat fatal.
2. Gastroenteritis
Ini merupakan penyakit yang menyerang saliuran cerna. Penyebabnya bisa berupa virus, bakteri, parasit ataupun jamur.
Gejala gastroenteritis kerap berupa:
- diare
- demam
- nyeri perut
- sakit kepala
- nafsu makan hilang atau berkurang
- lemah
- mual
- muntah
- myalgia (nyeri otot)
- rewel dan gelisah
"Diare pada anak perlu diwaspadai. Karena tubuh anak 80 persennya terdiri atas cairan, sehingga akan mudah sekali mengalami dehidrasi akibat diare," kata dr Nadia Octavia dari Klikdokter.
Oleh karena itu, penting untuk mengawasi asupan cairan pada anak.
Advertisement
3. Influenza
Influenza yang dikenal juga dengan pilek atau selesma adalah suatu reaksi peradangan saluran pernapasan yang disebabkan oleh infeksi virus.
"Gejalanya antara lain demam, pilek, batuk, nyeri otot dan sendi, nyeri tenggorokan dan nyeri kepala," ujar dr Nadia.
Influenza tergolong penyakit kategori self limiting disease yaitu penyakit yang bisa sembuh dengan sendirinya.
Saat musim hujan, kata Nadia, anak banyak menghabiskan waktu di dalam ruangan sehingga akan lebih mudah tertular virus influenza dengan sendirinya. Oleh karena itu, anak akan berisiko tinggi mengalami influenza jika memang ada penderita di sekelilingnya.
4. Demam Tifoid
Penyakit yang lebih populer disebut tifus atau tipes ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Samonella typhi yang ditularkan melalui makanan.
Gejala demam tifoid berupa demam, sakit kepala, nyeri sendi, sakit tenggorokan, sembelit, penurunan nasfu makan dan nyeri perut. Terkadang penderitanya juga bisa merasakan nyeri saat berkemih, batuk, serta perdarahan dari hidung.
Saat musim hujan, ketika sistem kekebalan tubuh anak menurun dan rentan makan makanan yang tidak higienis, maka akan berisiko terinfeksi penyakit ini.
Advertisement
5. Leptospirosis
Penyakit yang disebabkan infeksi bakteri leptospirosa ini disebarkan melalui hewan seperti tikus, sapi, babi, dan anjing. Namun, tikus menjadi penyebab paling umum penyakit ini.
Saat musim hujan, air yang tergenang rentan terkontaminasi urine tikus.
Gejala leptospirosis menyerupai flu ringan, menggigil, sakit kepala, dan nyeri otot. Anak juga bisa mengalami mual muntah dan ruam.