Liputan6.com, Jakarta - Wabah kutu busuk (bedbug) dilaporkan mulai mewabah di Singapura, setelah membuat kegaduhan di Prancis dan Korea Selatan. Indonesia sebagai negara tetangga Singapura diharapkan dapat memerhatikan kebersihan atau sanitasi terhadap serangan kutu busuk.
Peneliti Global Health Security Dicky Budiman menyebut, kutu busuk yang bernama ilmiah Cimex lectularius juga ada di Indonesia. Bahkan ada variasi penyebutan nama kutu busuk di Indonesia dalam bahasa Jawa dan Sunda.
Baca Juga
"Untuk diketahui, di Indonesia ada juga kutu busuk. Kalau dalam bahasa Jawa namanya tinggi. Kalau saya kan dari Sunda, jadi nyebut kutu busuk itu namanya tumbila," kata Dicky kepada Health Liputan6.com baru-baru ini.
Advertisement
Biasakan Kebersihan di Panti Jompo dan Sekolah
Agar kutu busuk tidak mewabah di Indonesia, Dicky menekankan pentingnya menjaga kebersihan di beberapa tempat, utamanya panti jompo dan sekolah.
"Dalam konteks Indonesia ya kita bangun literasi soal kutu busuk. Lalu pada lokasi-lokasi, tempat-tempat seperti panti jompo atau sekolah dibiasakan adanya upaya membersihkan dan meningkatkan sanitasi serta personal hygiene maupun kebersihan lingkungannya," tegasnya.
Berkaitan dengan kutu busuk, sebuah penelitian tahun 2015 melaporkan, 58 persen profesional hama di Amerika Serikat (AS) mengalami serangan hama ini di panti jompo, 36 persen di rumah sakit, dan 33 persen di kantor dokter.
Perkiraan biaya untuk mendisinfeksi rumah dengan insektisida standar dan mengganti barang-barang yang terpapar kutu busuk seperti pakaian dan tempat tidur memakan sekitar $2500–$3000 (USD).
Kutu busuk sendiri termasuk insekta pengisap darah. Kutu busuk aktif di malam hari dan mengisap darah manusia saat manusia tertidur.
Tempat Kutu Busuk Bersembunyi
Kutu busuk biasanya bersembunyi atau hidup di lipatan kasur, celah kayu, bantal, dan tempat lembab serta gelap yang kurang terkena sinar matahari.
"Cimex ini bersembunyi saat siang hari pada celah sempit tadi atau retakan dan aktif di malam hari. Satu ekor Cimex dapat menghisap darah manusia itu 10-15 menit dan biasanya anak-anak, wanita dan juga lansia ya," Dicky Budiman menerangkan.
"Jadi yang mobilitasnya kurang lebih berisiko digigit. (Gigitan) Kutu busuk ini juga berkaitan dengan ketebalan kulit dari manusia itu sendiri."
Sampai saat ini, belum ada penyakit yang ditularkan dari kutu busuk.
"Syukurnya, sejauh ini belum terdeteksi penyakit yang bisa ditularkan ya oleh tumbila atau gigitan kutu busuk. Tapi menyebabkan gangguan kenyamanan, termasuk orang yang alergi," sambung Dicky yang juga epidemiolog.
Advertisement
Kutu Busuk di Singapura
Ahli entomologi Joachim Lee mengatakan, di Pestbusters, Singapura terjadi peningkatan setidaknya 10 hingga 15 persen dalam jumlah pertanyaan dan kasus kutu busuk selama enam bulan terakhir.
"Jumlahnya terus meningkat dan saya menduga jumlahnya mungkin masih sedikit meningkat karena musim liburan sudah dekat," kata Joachim, dikutip dari Channel News Asia.
Jaga Kebersihan Barang
Manajer penjualan perusahaan pembersih hama, Pierce Chan, mencatat bahwa ada potensi kutu busuk menjangkit secara global, yang mana Paris dan Korea Selatan lebih dulu mengalaminya.
Namun, wisatawan yang bepergian ke belahan dunia mana pun perlu waspada.
"Kebersihan pribadi merupakan faktor yang sangat penting. Tinggal kita mewaspadai tempat-tempat yang kita datangi, terutama kamar hotel dan barang-barang yang akan kita bawa dari luar negeri," pesan Pierce.
Ia juga memperkirakan jumlah infeksi akibat kutu busuk akan meningkat sebesar 20 hingga 30 persen pada kuartal pertama tahun 2024. Hal itu bisa terjadi setelah orang-orang kembali dari perjalanan ke luar negeri selama liburan sekolah pada bulan Desember nanti.
Kekhawatiran Kutu Busuk di Korea Selatan
Sementara itu, pejabat di Korea Selatan mengatakan, bahwa pemerintah saat ini sedang berkolaborasi dengan perusahaan pengendalian hama swasta untuk mendapat pemahaman lebih komprehensif mengenai situasi wabah kutu busuk.
Tidak hanya secara individu, keengganan melaporkan kasus kutu busuk juga dibayangi kekhawatiran akan berdampak negatif terhadap bisnis. Pemerintah Korea Selatan begitu khawatir sehingga mempercepat impor jenis pestisida baru jika pestisida yang sudah tersedia di negara tersebut tidak cukup kuat untuk membasmi kutu busuk.
Dikutip dari CNN, perusahaan pengendalian hama di Korea Selatan melaporkan, mereka dibanjiri permintaan bantuan, sedangkan beberapa situs web telah membuat bagian khusus untuk mengatasi masalah tersebut. Mereka menawarkan medium yang memungkinkan pengguna berbagi tips tentang cara menangani hama.
Sarannya mulai dari menghindari bioskop hingga berdiri di transportasi umum. Beberapa komentar mencerminkan ketakutan dan kebingungan masyarakat yang sudah bertahun-tahun tidak perlu menangani jenis hama ini.
Dalam perdebatan online, banyak warganet yang merasa khawatir, bahkan lebih takut dengan kutu busuk dibandingkan COVID-19. Wabah yang terjadi saat ini kemungkinan akan jadi lebih buruk sebelum membaik kembali, kata para ahli, yang percaya bahwa penyebab utama kekhawatiran ini adalah ketakutan masyarakat akan stigma jika mereka tergigit.
Advertisement