Liputan6.com, Jakarta Masyarakat yang kehilangan gigi kerap memasang gigi tiruan untuk memperbaiki penampilan dan mengembalikan rasa percaya diri.
Survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2018 menyatakan bahwa penduduk berumur lebih dari 65 tahun menempati peringkat paling atas sebagai pengguna gigi tiruan. Diikuti penduduk yang berumur 35-44 tahun.
Advertisement
Baca Juga
Peningkatan penggunaan gigi tiruan ini harus diimbangi dengan pengetahuan dan perkembangan ilmu yang lebih lanjut tentang perawatan gigi tiruan. Dan diiringi dengan peningkatan pemanfaatan akan keanekaragaman hayati di antaranya bahan alami kitosan yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai lahan pengembangan industri bidang medik.
Advertisement
Hal ini disampaikan Dosen Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Titik Ismiyati saat dikukuhkan sebagai guru besar dalam Bidang Ilmu Prostodonsia, Kamis 4 Januari 2024.
Kitosan atau Chitosan adalah zat berserat yang dapat menghambat penyerapan lemak dan kolesterol dari makanan. Kitosan juga didefinisikan sebagai polisakarida atau jenis karbohidrat yang paling banyak terkandung dalam makanan.
Adapun kitosan sebagai bahan untuk pembuatan gigi tiruan merupakan polisakarida alami yang diperoleh dari proses yang disebut deasetilasi kitin pada limbah cangkang udang, kepiting, dan tiram.
“Limbah cangkang udang memiliki potensi untuk diolah menjadi bahan gigi tiruan. Sebab, limbah cangkang udang terdiri dari tiga komponen utama yaitu protein (25-44 persen), kalsium karbonat (45-50 persen), dan kitin (15-20 persen). Kandungan kitin pada limbah cangkang udang sekitar 20-50 persen berat,” kata Titik mengutip laman resmi UGM, Rabu (10/1/2024).
Sudah Diteliti dalam Pembuatan Gigi Tiruan Berbahan Termoplastik Nilon
Penelitian kitosan pada bahan pembuat gigi tiruan, lanjut Titik, telah dilakukan pada bahan basis gigi tiruan flexible denture yaitu termoplastik nilon.
Bahan termoplastik nilon merupakan bahan yang banyak digunakan untuk basis gigi tiruan lepasan (gigi tiruan sebagian). Namun kini gigi tiruan flexible denture merupakan alternatif pembuatan gigi tiruan yang bersifat lentur.
“Bahan termoplastik nilon mempunyai kelenturan lebih baik dibandingkan termoplastik resin sehingga dalam pemakaiannya lebih nyaman, disamping itu dalam desainnya tanpa menggunakan klamer logam sebagai cengkeram,” paparnya.
Pada pemakaiannya, gigi tiruan dari kitosan tersebut lebih estetis karena tidak terlihat adanya kawat yang menempel pada gigi.
Namun, kelemahan bahan termoplastik nilon adalah:
- Mudah abrasi tidak tahan terhadap goresan
- Bersifat higroskopis dan berpori sehingga mudah menyerap pewarnaan dan molekul–molekul dalam saliva (ludah) sehingga menyebabkan mudah berubah warna.
“Hal ini dapat mengawali proses terbentuknya koloni mikroba seperti Candida albicans pada gigi tiruan termoplastik nilon,” imbuhnya.
Advertisement
Membersihkan Gigi Tiruan
Menurutnya penghambatan pertumbuhan Candida albicans dapat dilakukan dengan pembersihan pada gigi tiruan.
Terdapat dua metode yang sering dilakukan untuk membersihkan gigi tiruan yaitu, metode mekanis dan kimia.
Metode mekanis dilakukan dengan menyikat gigi tiruan dengan pasta gigi, sedangkan metode kimia dilakukan dengan cara merendam dalam larutan pembersih peroksida alkali, alkali hipoklorit, asam, agen desinfektan dan enzim dan Klorheksidin 2 persen.
Namun kedua metode mempunyai Efek negatif, yaitu terjadi perubahan warna, goresan dan penipisan pada bahan resin akrilik. Penghambatan pertumbuhan Candida albicans selain dilakukan dengan cara pembersihan gigi tiruan dapat dilakukan dengan kitosan.
Penggunaan kitosan dalam menghambat Candida albican dengan metode pencampuran antara termoplastik nilon dengan nano kitosan berat molekul tinggi, dan hasilnya campuran tersebut dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans.
Upaya Pengembangan Gigi Tiruan Kitosan Terus Dilakukan
Upaya pengembangan gigi tiruan terus dilakukan oleh peneliti-peneliti dari kedokteran gigi. Perkembangan bahan dan alat dalam pembuatan gigi tiruan sangat dinamis dan diiringi dengan nilai biaya yang tinggi.
Oleh karena itu, bahan konvensional memerlukan kecepatan dan kecermatan dalam melakukan riset dengan inovasinya.
Namun, tidak menutup kemungkinan bisa menemukan hasil bahan yang bersifat biokompatibel, antifungi, antibakteri dan berkekuatan mekanik dan fisik serta berharga murah yang dapat diaplikasikan dalam pembuatan gigi tiruan.
“Sampai saat ini percobaan tersebut juga masih berlangsung di bidang Ilmu Prostodonsia FKG UGM,” pungkasnya.
Advertisement