Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini, WHO melaporkan kematian pertama akibat virus flu burung H5N2, menambah daftar panjang kasus kematian akibat flu burung di dunia.
Pada 11 Juni 2024, WHO kembali mempublikasikan Disease Outbreak News mengenai flu burung di India dan kasus H5N1 di Australia, menunjukkan peningkatan frekuensi kasus flu burung.
Baca Juga
Virus flu burung diklasifikasikan berdasarkan dua jenis protein di permukaannya, yaitu hemagglutinin (H) dan neuraminidase (N), sehingga dinamakan H sekian dan N sekian.
Advertisement
Laporan terbaru WHO mengonfirmasi kasus kedua flu burung H9N2 di India, setelah kasus pertama pada tahun 2019. Ini berbeda dari jenis flu burung yang ditemukan di Meksiko dan Australia, meskipun kasus di Australia tersebut juga terkait dengan perjalanan ke India.
Kasus H9N2 di India dilaporkan oleh International Health Regulations (IHR) National Focal Point (NFP)' Kementerian Kesehatan India ke WHO.
Menurut aturan internasional, kasus infeksi flu burung pada manusia harus dilaporkan ke WHO karena berpotensi menimbulkan dampak kesehatan masyarakat yang besar.
Hal ini dilakukan India, sebagaimana sebelumnya Meksiko dan Australia juga melaporkan kasus mereka.
Â
Kasus H9N2 di India Melibatkan Anak Umur 4 Tahun
Kasus H9N2 di India melibatkan seorang anak berusia 4 tahun dari West Bengal. Pasien awalnya didiagnosis dengan penyakit lain seperti 'hyperreactive airway disease' dan 'post-infectious bronchiolitis', sebelum akhirnya terdiagnosis flu burung.
Kondisi pasien memburuk hingga mengalami gagal napas berat berulang, namun akhirnya berhasil sembuh dan keluar dari ICU.
Riwayat kontak dengan unggas di rumah dan sekitarnya ditemukan melalui anamnesis mendalam, menegaskan pentingnya menanyakan riwayat kontak dengan unggas pada kasus demam dan gangguan saluran napas.
Kasus berturut-turut di India, Australia, dan Meksiko mengingatkan kita untuk tetap waspada. Surveilans ketat di seluruh penjuru negeri dengan pendekatan One Health yang melibatkan kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan sangat penting.
Pencegahan yang baik, deteksi cepat, dan respons segera adalah kunci untuk mengendalikan flu burung di dunia, termasuk di Indonesia.
Prof Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pascasarjana Universitas YARSI, Guru Besar FKUI, Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit serta Mantan Kabalitbangkes
Advertisement