Liputan6.com, Jakarta Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit akibat infeksi virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Bila baru sembuh DBD beberapa minggu lalu, kemungkinan paling cepat kena DBD sekitar tiga hingga enam bulan kemudian.
"Sudah kena DBD memang masih bisa kena DBD lagi, tapi biasanya sesudah tiga hingga enam bulan kemudian, karena antibodi IGM masih bisa bertahan hingga tiga bulan," kata dokter spesialis anak konsultan Mulya Rahma Karyanti.
Baca Juga
Rahma menjelaskan bahwa kemungkinan bisa kembali terkena DBD lantaran virus penyebab dengue ada empat serotipe. Misalnya kemarin terkena infeksi virus dengue serotipe 1, maka masih ada kemungkinan terinfeksi tiga serotipe virus dengue lainnya.
Advertisement
"Virus dengue ada empat serotipe, artinya orang bisa kena empat kali tergantung serotipe yang mana," kata Rahma dalam live Instagram bersama Radio Kesehatan Kemenkes RI ditulis Jumat, 28 Juni 2024.
Efek Kena DBD Kedua, Bisa Lebih Fatal
Bila seseorang terkena infeksi dengue yang kedua dengan virus serotipe yang sama dengan sebelumnya makan biasanya ringan. Namun, bila kali kedua terinfeksi DBD dengan varian serotipe berbeda bisa gejala yang muncul lebih berat.
Infeksi kedua bisa menyebabkan kompleks antibodi. Di mana menyebabkan virus bertambah banyak yang bikin reaksi imunitas bertambah.
Kunci Keberhasilan Penanganan DBD
Di kesempatan berbeda, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan dr. Imran Pambudi, MPHM menyebutkan kewaspadaan orangtua menjadi kunci keberhasilan dalam penanganan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) pada anak-anak.
Imran kewaspadaan orang tua memahami perubahan yang dialami pada anak diperlukan apabila agar apabila anak mengalami perburukan DBD maka penanganan dari tenaga medis yang tepat bisa lebih cepat didapatkan oleh anak dan mencegah fatalitas dari DBD.
Â
Advertisement
Anak Belum Bisa Menjelaskan Gejala
Imran mengatakan bahwa anak belum bisa mengungkapkan sakit yang dirasa, maka orangtua mesti mampu menjelaskan kondisi anak ke dokter.
"Padahal dalam diagnosis dokter sering mengandalkan anamnesis (wawancara medis). Lewat wawancara penyakit bisa terjawab dan tidak harus menggunakan hasil laboratorium. Dengan pertanyaan hampir 60 persen bisa diduga. Sehingga ketika anak DBD orang tua harus tahu kondisi anaknya," kata Imran mengutip Antara.