Tedak Siten Adalah Tradisi Masyarakat Jawa, Ketahui Rangkaian Prosesnya

Tedak siten adalah rangkaian tradisi masyarakat Jawa.

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 26 Sep 2022, 17:35 WIB
Diterbitkan 26 Sep 2022, 17:35 WIB
Potret Meriah Prosesi Tedak Siten Anak Momo Geisha
Selepas menikah, Momo tak lagi tinggal di Jakarta. Ia mengikuti sang suami tinggal di Malang Jawa Timur. Momo dan suami sepertinya ingin terus mempertahankan tradisi adat Jawa di keluarganya lewat acara tedak siten ini. (Liputan6.com/IG/@lies1801)

Liputan6.com, Jakarta Tedak Siten adalah salah satu tradisi dalam adat Jawa. Proses adat ini dilakukan ketika seorang bayi berusia tujuh bulan dan mulai belajar duduk serta berjalan di tanah. Secara keseluruhan, upacara ini juga memiliki tujuan agar kelak anak yang dilakukan upacara menjadi mandiri di masa depan.

Melansir dari laman Dapobas Kemendikbud.go.id, tedak siten adalah upacara daur hidup yang dilakukan oleh masyarakat setempat untuk memperingati bayi yang telah berusia sekitar tujuh lapan atau delapan bulan. Tedak Siten adalah prosesi adat yang berasal dari kata tedhak yang memiliki arti turun dan siti yang artinya tanah sehingga upacara ini juga disebut dengan istilah upacara turun tanah. Menurut kepercayaan warga setempat, hal ini merupakan suatu simnbol bagi anak ketika menjalani hidup melalui tuntunan orang tua yang tentu penuh harapan agar menjadi anak yang mandiri.

Dalam pelaksanaannya, upacara ini dihadiri oleh keluarga inti serta lainnya, yang ikut mendoakan agar anak yang bersangkutan terlindung dari gangguan setan. Tedak Siten adalah tradisi, di mana selain ritual yang penting, persyaratan yang harus disiapkan oleh orangtua juga menjadi hal yang perlu diperhatikan. 

Berikut ini tedak siten adalah tradisi masyarakat Jawa Tengah yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (26/9/2022). 

Mengenal Tedak Siten

Tedak siten
Tedak siten sumber: Wikimedia

Tedak Siten adalah rangkaian upacara adat budaya Jawa atau yang dikenal dengan istilah turun tanah. Tradisi ini dilakukan sebagai peringatan bagi manusia akan pentingnya makna hidup di atas bumi yang mempunyai relasi,. Relasi yang dimaksud adalah relasi antara manusia dengan Tuhan, dengan sesama manusia, dan dengan lingkungan alam di sekitarnya.

Mengutip dari laman resmi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, upacara Tedhak Siten merupakan suatu upacara yang mengandung harapan orang tua terhadap anaknya. Ketika bayi mulai belajar duduk dan berjalan di tanah, maka menurut para leluhur, adat budaya ini dilaksanakan sebagai penghormatan kepada bumi tempat anak menginjakkan kakinya ke tanah. Sehingga dalam istilah Jawa disebut dengan Tedak Siten.

Dalam upacara ini, terdapat simbol yang tersirat untuk masa depan bayi. Sedangkan maksud diadakannya upacara Tedak Siten memiliki harapan, kelak saat dewasa akan kuat dan mampu berdiri sendiri dalam menempuh kehidupan yang penuh tantangan dan harus dihadapinya untuk mencapai cita-cita.

Selain itu upacara ini juga sebagai perwujudan rasa syukur karena pada usia ini si anak akan mulai mengenal alam di sekitarnya dan mulai belajar berjalan. Tujuan lain dari upacara ini adalah untuk mengenalkan si anak kepada ibu pertiwi. Dalam masyarakat Jawa terdapat ungkapan “Ibu Pertiwi Bapa Angkasa” yang berarti bumi sebagai ibu dan langit sebagai bapak.

Sebagaimana masyarakat Jawa pada umumnya, sebelum melakukan segala sesuatu selalu diawali dengan ritual “slametan” atau selamatan, di mana tradisi serta ritual ini masih dilestarikan oleh sebagian besar masyarakat Jawa hingga sekarang.  Istilah selamatan sendiri berasal dari bahasa arab yakni Salamah yang memiliki arti selamat atau bahagia.

Sementara itu, jika merujuk pada pendapat Clifford Geertz, selamatan bisa berarti “ora ono opo-opo” (tidak ada apa-apa). Secara tradisional acara selamatan akan dimulai dengan doa bersama, dengan duduk bersila di atas tikar serta melingkari nasi tumpeng dengan lauk pauk.

Rangkaian Prosesi Tedak Siten

tedak siten
Tradisi tedak siten/copyright shutterstock.com/Rindang arlistiawan

Sebelum melakukan upacara Tedak Siten, akan diadakan acara “slametan” yang merupakan perwujudan dari doa agar mendapatkan keselamatan secara bersama-sama, serta mengalami kelancaran dan terhindar dari halangan sehingga tidak akan terjadi apa-apa.

Adapun sesaji yang disediakan dalam selamatan ini yaitu terdiri dari nasi tumpeng dengan sayur mayur (kacang panjang, kangkung, kecambah) dan iwak ingkung (lauk ayam utuh), bubur merah dan putih, bubur boro-boro, kembang boreh, jajan pasar lengkap, serta aneka umbi-umbian.

Arti Sesaji

a. Tumpeng disimbolkan sebagai bentuk permohanan orang tua agar si anak kelak menjadi anak yang berguna.

b. Sayur kacang panjang sebagai simbol umur panjang dan kangkung sebagai simbol kesejahteraan.

c. Kecambah sebagai simbol kesuburan, sedangkan ayam merupakan simbol kemandirian.

d. Bubur merah yang melambangkan darah, sedangkan bubur putih yang melambangkan air mani.

e. Bubur boro-boro ialah bubur yang terbuat dari bekatul, sesaji ini ditujukan untuk kakang kawah dan adhi ari-ari yang merupakan saudara yang dilahirkan bersama dengan anak tersebut.

f. Kembang boreh merupakan bumbu dapur dan kinangan, sesaji yang ditujukan untuk nenek moyang.

g. Jajan Pasar yaitu melambangkan dalam berkehidupan kita akan melakukan banyak interaksi, serta menemukan beragam karakter sehingga si anak dapat mudah untuk bersosialisasi. 

h. Aneka pala pandem memiliki makna agar si anak mempunyai sifat andap asor atau tidak sombong.

Setelah acara selamatan, maka akan ada rangkaian prosesi acara Tedak Siten sebagai berikut;

- Pertama, orang tua anak membimbing si anak menginjakkan kakinya di tanah kemudian menginjakkannya ke “jadah” atau “tetel” yang berjumlah tujuh warna. 

- Kemudian anak akan dibimbing menaiki tangga tebu, lalu diturunkan untuk menapaki tanah lagi. Hal ini memiliki harapan di mana ketika anak menjalani kehidupan harus dengan tekad yang kuat dan hati yang mantap.

- Selanjutnya anak akan dituntun untuk berjalan dionggokan pasir yang ditempatkan dalam satu wadah, dengan tujuan si anak setelah dewasa akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. 

- Setelah itu masuk pada proses selanjutnya di mana anak dibimbing untuk masuk kurungan ayam yang telah tersedia beberapa barang seperti barang perhiasan, alat-alat tulis, padi, barang-barang mainan, dan lain-lain. Anak biasanya tertarik untuk memperhatikan dan kemudian mengambil barang yang tersedia. 

- Prosesi selanjutnya ayah dan kakek akan menebarkan “udik-udik”, yaitu beras kuning, dengan tujuan sewaktu dewasa menjadi orang yang dermawan dan suka menolong orang lain. 

- Masuk pada rangkaian prosesi Tedak Siten yang terakhir, di mana anak akan dimandikan ke dalam air bunga setaman lalu dipakaikan baju baru. 

Perlengkapan Upacara Tedak Siten

[Fimela] Tedak siten anak kedua Momo Geisha
Tedak siten anak kedua Momo Geisha (Youtube/Momo Youtube Channel)

Selain proses yang sangat penting, terdapat perlengkapan atau “uba rampe” yang diperlukan dalam upacara Tedak Siten antara lain:

- Nasi tumpeng

- Jenang (bubur) merah dan putih

- Jenang boro-boro

- Jajan pasar lengkap

- Jadah tujuh warna

- Kembang setaman

- Tangga yang terbuat dari tebu

- Kurungan (sangkar) ayam dihiasi janur kuning dan kertas warna-warni

- Pasir dalam wadah

- Beras kuning dan beberapa lembar/coin uang

- Barang-barang perhiasan, antara lain kalung, gelang, peniti

- Barang-barang yang bermanfaat, misalnya buku dan alat-alat tulis

 

Simbol Tedak Siten

8 Momen Tedak Siten Ameena Anak Atta dan Aurel Hermansyah, Kental Adat Jawa
Momen tedak siten Ameena Hanna Nur Atta. (Sumber: YouTube/AH)

Terdapat beberapa simbol dalam upacara Tedak Siten yang dapat ditafsirkan sebagai berikut :

- Jadah adalah makanan yang terbuat dari beras ketan yang dicampur dengan kelapa dan garam, serta memiliki rasa yang gurih, namun setelah diberi beberapa warna alami, rasa dan makna yang dikandung pun jadi lain. Makanan ini menggambarkan kehidupan yang penuh cobaan, suka dan duka sehingga membutuhkan keuletan. Jadah juga memiliki tujuh warna yang melambangkan arti harapan dan doa yang berbeda-beda.

a. Hitam

Memiliki arti kecerdasan, saat anak dewasa, diharapkan cerdas dalam menghadapi cobaan hidup apapun.

b. Ungu

Memiliki arti ketenangan, saat beranjak dewasa anak dapat bersikap tenang dalam mengambil keputusan.

c. Biru

Warna biru merupakan simbol yang memiliki arti kesetiaan, di mana anak diharapkan untuk menjadi orang yang setia.

d. Hijau

Hijau memiliki arti kemakmuran, kelak anak akan memiliki kehidupan yang makmur sejahtera.

e. Merah

Memiliki arti keberanian, ketika beranjak dewasa orang tua berharap memiliki keberanian dalam menjalani kehidupannya kelak.

f. Kuning

Memiliki arti kekuatan, ketika mulai beranjak dewasa diharapkan anak memiliki kekuatan dalam hidupnya dan mencapai kejayaan.

g. Putih

Memiliki arti kesucian, saat tumbuh dewasa kelak orang tua berharap anak memiliki kesucian hati dikemudian hari.

- Tangga tebu wulung memiliki arti bahwa anak kelak diharapkan untuk memantapkan hati, serta memiliki pendirian yang teguh.

- Menaiki tebu wulung, dengan tujuan perjalanan hidup dan mencapai cita-cita yang tinggi dan luhur serta tersedia tekad dalam mengejar tingkatan hidup yang lebih baik.

- Kurungan ayam jago melambangkan dunia fana yang terbatas, atau suatu lingkungan masyarakat yang akan dimasukinya dengan mematuhi segala peraturan dan adat-istiadat setempat.

- Kembang setaman melambangkan sifat suci dalam tingkatan hidup yang akan dijalani. Maka ketika anak mandi dengan air kembang setaman menggambarkan bahwa anak tetap sehat jasmani dan rohani. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya