Liputan6.com, Jakarta Bulan-bulan Islam adalah nama bulan yang terdapat dalam kalender hijriyah. Seperti yang diketahui, Islam menggunakan penanggalan hijriyah sebagai penanda waktu-waktu ibadah, seperti puasa Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri, Haji, Hari Raya Idul Adha, dan sebagaimana.
Baca Juga
Advertisement
Seperti halnya sistem kalender masehi, kalender hijriyah pun terdiri dari 12 bulan. Akan tetapi, jika perhitungan kalender masehi didasarkan pada waktu revolusi bumi terhadap matahari, maka kalender hijriyah didasarkan pada Al Qur'an, yaitu sistem kalender bulan (qomariyah).
Maka tidak mengherankan jika kalender hijriyah juga disebut sebagai kalender Islam. Meski demikian nama-nama bulan Islam yang dipakai dalam kalender hijriyah diambil dari nama-nama bulan yang memang berlaku di kalangan kaum Quraisy di masa kenabian. Namun Allah SWT memerintahkan untuk menghapus adanya praktek interkalasi (Nasi').
Praktik Nasi' memungkinkan kaum Quraisy menambahkan bulan ke-13 atau lebih tepatnya memperpanjang satu bulan tertentu selama 2 bulan pada setiap sekitar 3 tahun agar bulan-bulan qomariyah tersebut selaras dengan perputaran musim atau matahari.
Adapun nama-nama bulan Islam dalam kalender hijriyah adalah sebagai berikut, sebagaimana telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Rabu (22/3/2023).
1. Muharram
Satu dari nama-nama bulan Islam adalah Muharram. Bulan ini diperingati sebagai tahun baru Islam bagi seluruh umat muslim.
Penentuan Muharram sebagai nama bulan Islam pertama dalam tahun Hijriyah dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab. Muharram disebut sebagai bulan mulia sekaligus selesainya umat Islam dalam melaksanakan ibadah haji.
2. Safar
Satu dari nama-nama bulan Islam berikutnya adalah Safar. Bulan safar memiliki arti kosong, ini sebuah peringatan bagi para pemuda Arab untuk pergi merantau dari kampungnya.
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah bersabda:
"Tidak ada 'Adwa (penyakit menular), tidak Thiyarah (merasa sial), tidak ada Hamah (burung hantu)m dan tidak ada Shafar (bulan Safar yang mendatangkan kesialan). Hindarilah penyakit kusta layaknya engkau menghindari singa." (HR. Bukhari)
3. Rabi’ul Awal
Satu dari nama-nama bulan Islam berikutnya adalah Rabi’ul Awal. Ini bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Rabi’ul awal artinya bulan pulangnya para pemuda dari perantauan menuju kampung halaman mereka.
"Itu adalah hari aku dilahirkan, diangkat menjadi Nabi, dan diturunkannya kepadaku Al-Qur'an (pertama kali)." (HR. Muslim)
4. Rabi’ul Akhir
Satu dari nama-nama bulan Islam berikutnya adalah Rabi’ul Akhir. Ini momen di mana kegiatan beternak atau menggembala unta dan domba dilakukan oleh para pemuda sepulangnya mereka dari perantauan.
Advertisement
5. Jumadil Awal
Satu dari nama-nama bulan Islam yang kelima adalah Jumadil Awal. Ini bulan saat dimulainya musim kekeringan. Pada bulan Islam ini, umumnya akan banyak lahan yang mengering sehingga sulit untuk bercocok tanam.
6. Jumadil Akhir
Satu dari nama-nama bulan Islam yang keenam adalah Jumadil Akhir. Bulan penyambutan dari bulan baru yang dilakukan untuk mengakhiri masa sulit pada bulan sebelumnya seperti masa kekeringan.
7. Rajab
Satu dari nama-nama bulan Islam yang ketujuh adalah Rajab. Bulan ini memiliki arti mulai dan menahan diri. Rajab adalah bulan yang istimewa karena terdapat peristiwa Isra’ Mi'raj. Kementerian Agama atau Kemenag RI mendefinisikan bulan Rajab sebagai bulan yang istimewa.
Bulan Rajab artinya mulai atau menahan diri, yang jatuh pada urutan ke-7 dalam deretan bulan-bulan qamariyah diyakini memiliki kemuliaan tersendiri. Pada bulan ini, Rasulullah ketika menyebut urutan bulan-bulan haram (yang dimuliakan) yakni Dzul Qaidah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab, secara khusus beliau membuat kalimat penegasan: "Rajab mudhar yang ada di antara bulan Jumad dengan Sya'ban."
8. Syaban
Satu dari nama-nama bulan Islam yang kedelapan adalah Syaban. Syaban merujuk pada kelompok. Penamaan bulan Islam ini, mulanya karena masyarakat terbagi menjadi beberapa kelompok untuk mempertahankan komunitasnya.
Aisyah RA berkata:
“Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW melakukan puasa satu bulan penuh kecuali puasa bulan Ramadhan dan aku tidak pernah melihat beliau lebih banyak berpuasa sunah melebihi (puasa sunah) di bulan Sya'ban.” (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)
9. Ramadhan
Satu dari nama-nama bulan Islam yang kesembilan adalah Ramadhan. Ramadhan menjadi bulan penuh berkah dan ampunan karena seluruh umat Islam diwajibkan melaksanakan ibadah puasa sekaligus menunaikan zakat fitrah.
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim No. 860)
10. Syawal
Satu dari nama-nama bulan Islam yang kesepuluh adalah Syawal. Syawal disebut pula sebagai bulan berburu bagi umat Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW.
Abu Ayyub al-Ansari (semoga Allah SWT ridho atasnya) melaporkan Rasulullah SAW berkata:
"Dia yang berpuasa selama Ramadhan dan melanjutkannya dengan enam hari puasa saat bulan Syawal akan seperti melakukan puasa terus menerus." (HR Muslim)
11. Dzulkaidah
Satu dari nama-nama bulan Islam yang kesebelas adalah Dzulkaidah. Makna nama bulan Islam ini bulan istirahat.
“Rasulullah saw berumrah sebanyak empat kali, semuanya pada bulan Dzulqa’dah kecuali umrah yang dilaksanakan bersama haji beliau, yaitu satu umrah dari Hudaibiyah, satu umrah pada tahun berikutnya, satu umrah dari Ji’ranah ketika membagikan rampasan perang Hunain dan satu lagi umrah bersama haji.” (HR. al-Bukhari)
12. Dzulhijjah
Satu dari nama-nama bulan Islam yang terakhir adalah Dzulhijjah. Ini bulan ketika umat Islam di seluruh dunia melaksanakan ibadah haji.
“Tidak ada hari yang amal shalih lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari yang sepuluh ini (10 awal Dzulhijjah).” Para sahabat bertanya: “Apakah lebih baik daripada jihad fii sabiilillaah ?” Beliau bersabda, “Iya. Lebih baik daripada jihad fii sabiilillaah, kecuali seseorang yang keluar berjihad dengan harta dan jiwa raganya kemudian dia tidak pernah kembali lagi (mati syahid).” (HR. Al Bukhari)
Advertisement
Penetapan Tahun Pertama Hijriyah
Kemunculan kalender Hijriah dilatarbelakangi oleh suatu masalah yang muncul pada masa Khalifah Umar bin Khattab, tepatnya di tahun 638 Masehi. Diceritakan bahwa Abu Musa al Asy'ari menulis kepada Umar:
"Surat-surat sampai kepada kami dari Amirul Mu'minin, tetapi kami bingung bagaimana menjalankannya. Kami membaca sebuah dokumen tertanggal Sya'ban, namun kami tidak tahu ini untuk tahun yang lalu atau tahun ini." (Syaikh Abdurrahman al Jabarti, 1825).
Untuk mengatasi masalah tersebut, Umar bin Khattab pun kemudian mengumpulkan para sahabat dan semua orang yang bertugas di pemerintahan.
Diceritakan dari Ibnu Abbas bahwa semenjak Nabi datang ke Madinah, tidak ada tahun yang digunakan dalam penanggalan, demikian juga saat Abu Bakar menggantikan beliau sebagai khalifah, dan juga di empat tahun pertama pemerintahan Umar bin Khattab.
Umar, dalam pertemuan tersebut berkata: "Perbendaharaan negara semakin banyak. Apa yang kita bagi dan sebarkan selama ini tidak memiliki catatan tanggal yang pasti. Bagaimana kita bisa mengatasi ini?"
Setelah mengumpulkan para sahabat dan orang-orang yang ada di pemerintahan, muncul empat peristiwa yang bisa dijadikan rujukan sebagai tahun pertama kalender Hijriah. Empat opsi tersebut di antaranya adalah tahun Rasulullah lahir, tahun wafatnya Rasulullah, tahun Rasulullah diangkat menjadi Rasul, dan juga tahun hijrahnya Rasulullah ke Madinah.
Atas usulan dan rekomendasi Utsman Bin Affan serta Ali Bin Abi Thalib, Umar pun memilih opsi terakhir sebagai hitungan pertama tahun Hijriyah.