Mengupas Tuntas Snowflake Generation, Generasi yang Dianggap Mudah Tersinggung

Di balik namanya yang terdengar indah, Snowflake Generation justru kerap dianggap terlalu sensitif atau mudah tersinggung dalam berbagai situasi sosial.

oleh Miranti diperbarui 07 Okt 2024, 16:52 WIB
Diterbitkan 07 Okt 2024, 16:52 WIB
remaja wanita stress, sedih
Alasan Gen-Z Mementingkan Kesehatan Mental Copyright/Freepik

Liputan6.com, Jakarta Istilah "Snowflake Generation" mungkin masih asing di telinga banyak orang, terutama di Indonesia. Namun, seiring dengan semakin banyaknya label generasi seperti strawberry generation dan sandwich generation, istilah generasi kepingan salju ini mulai mendapat perhatian.

Di balik namanya yang terdengar indah, Snowflake Generation justru kerap dianggap terlalu sensitif atau mudah tersinggung dalam berbagai situasi sosial. Sebutan ini memicu perdebatan di banyak kalangan, terutama ketika menyangkut perilaku dan cara pandang generasi muda saat ini dalam menghadapi tantangan kehidupan.

Di bawah ini akan dipaparkan ulasan mengenai definisi lengkap snowflake generation hingga pengaruhnya pada lingkungan sekitar. Berikut penjelasan selengkapnya sebagaimana dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber pada Senin (7/10/2024):

1. Definisi Generasi Snowflake

Pengertian Generasi Snowflake
Gambar snowflake. (Hak Cipta Pexels/Jill Wellington)

Istilah "generasi snowflake" sering digunakan untuk merujuk pada generasi yang dianggap terlalu sensitif dan mudah merasa tersinggung, terutama ketika berhadapan dengan pandangan atau ide yang berbeda. Generasi ini umumnya terdiri dari individu yang tumbuh besar di era modern, di mana perkembangan teknologi dan media sosial berlangsung dengan pesat.

Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Applied Social Psychology menunjukkan bahwa generasi ini memiliki tingkat kepekaan yang lebih tinggi terhadap isu-isu sosial, seperti kesetaraan, diskriminasi, dan kesehatan mental. Namun, meskipun kesadaran mereka terhadap isu-isu ini meningkat, mereka juga dinilai lebih rentan terhadap tekanan sosial dan ketidaksetujuan, sehingga sering kali mencari lingkungan yang lebih "aman" secara emosional. Hal ini menimbulkan kritik bahwa generasi ini kurang mampu menghadapi tantangan yang lebih berat atau menerima kritik yang konstruktif, yang sering kali diperlukan dalam lingkungan kerja atau sosial yang dinamis.

2. Penyebab Munculnya Istilah Snowflake Generation

Penyebab Munculnya Istilah Snowflake Generation
Gambar pembentukan kepingan salju. (Hak cipta Pexels/MART PRODUCTION)

Istilah "generasi snowflake" muncul sebagai tanggapan terhadap perubahan sosial dan budaya di era modern, terutama di kalangan generasi muda yang tumbuh dalam lingkungan yang lebih protektif. Salah satu faktor penyebabnya adalah meningkatnya perhatian terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan emosional. Generasi ini dibesarkan dengan pola asuh yang lebih melindungi, serta terpapar secara terus-menerus pada media yang menekankan pentingnya menjaga kesehatan mental dan emosional. Akibatnya, mereka lebih cenderung menghindari konflik dan mencari lingkungan yang aman secara emosional.

Selain itu, perkembangan teknologi dan media sosial juga memiliki peran signifikan dalam membentuk perilaku generasi ini. Dengan adanya platform online, individu dapat menciptakan "ruang gema" di mana mereka hanya berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki pandangan serupa. Hal ini membuat generasi snowflake lebih jarang terpapar perbedaan pendapat, sehingga ketika menghadapi kritik atau tantangan yang berbeda dari lingkungan digital mereka, reaksi emosional yang kuat cenderung muncul.

3. Dampak Fenomena Snowflake Generation di Masyarakat

Dampak Fenomena Snowflake Generation di Masyarakat
Ilustrasi pembentukan snowflake. (Hak cipta Pexels/Pavel Danilyuk)

Kehadiran generasi snowflake memberikan dampak sosial yang cukup besar, terutama dalam cara mereka berinteraksi di tempat kerja dan dalam masyarakat. Di satu sisi, generasi ini menekankan pentingnya empati, inklusivitas, dan perhatian terhadap kesehatan mental.

Mereka lebih terbuka dalam memperjuangkan hak-hak sosial serta isu-isu seperti kesetaraan gender, lingkungan, dan diskriminasi. Hal ini mengakibatkan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap isu-isu tersebut, terutama di lingkungan profesional dan pendidikan.

Namun, di sisi lain, generasi ini juga mengalami kritik karena dianggap kurang siap menghadapi tekanan atau konflik yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan sehari-hari. Di tempat kerja, misalnya, mereka sering digambarkan sebagai individu yang kesulitan menerima kritik atau beradaptasi dengan situasi yang penuh tekanan. Fenomena ini dapat menyebabkan generasi muda memiliki daya tahan yang lebih rendah dalam menghadapi tantangan hidup, yang pada akhirnya dapat berdampak pada produktivitas dan kemampuan mereka untuk bersaing di lingkungan global.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya