Apa yang Dimaksud dengan Rububiyyah dalam Ilmu Tauhid? Ketahui Maknanya

Tauhid Rububiyyah, pilar penting dalam Islam, menekankan keesaan Allah sebagai Pencipta, Pemelihara, dan Pengatur alam semesta. Pahami makna, ciri, dan pentingnya dalam artikel ini!

oleh Ayu Rifka Sitoresmi Diperbarui 24 Mar 2025, 14:13 WIB
Diterbitkan 23 Mar 2025, 09:36 WIB
Apa yang Dimaksud dengan Rububiyyah dalam Ilmu Tauhid? Ketahui Maknanya
Ilustrasi Islami, muslim. (Photo by Paras Upadhyay on Pexels)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Tauhid merupakan pondasi utama dalam Islam. Salah satu pilar pentingnya adalah Tauhid Rububiyyah, yang menekankan keesaan Allah sebagai Pencipta, Pemelihara, dan Pengatur alam semesta. Memahami konsep ini krusial bagi setiap muslim untuk mencapai keimanan yang utuh.

Apa yang dimaksud dengan Rububiyyah dalam ilmu Tauhid berfokus pada pengakuan mutlak Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang berkuasa atas segala sesuatu. Konsep ini menegaskan bahwa tidak ada sekutu bagi Allah dalam menciptakan, mengatur, dan memelihara alam semesta dan seisinya. Ini merupakan pengakuan atas kekuasaan Allah yang maha luas dan maha sempurna.

Meskipun konsep ini mungkin tampak sederhana, pemahaman yang mendalam tentang Tauhid Rububiyyah sangat penting. Karena, pemahaman yang dangkal dapat menyebabkan penyimpangan aqidah. Berikut ini Liputan6.com ulas mengenai apa yang dimaksud dengan Rububiyyah dalam ilmu Tauhid yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Minggu (23/3/2025). 

Promosi 1
Makna Tauhid Rububiyyah

Makna Tauhid Rububiyyah

Apa yang Dimaksud dengan Rububiyyah dalam Ilmu Tauhid? Ketahui Maknanya
Ilustrasi mengaji di malam Lailatu Qadar. Photo by Indonesia Bertauhid on Unsplash... Selengkapnya

Tauhid Rububiyyah secara harfiah berarti keesaan Allah dalam rububiyyah-Nya. Rububiyyah merujuk pada segala bentuk kekuasaan Allah sebagai Rabb  yang menciptakan, memelihara, dan mengatur alam semesta.

Secara etimologi, Rububiyah berasal dari perkataan rabb. Kalimah ini mempunyai beberapa pengertian seperti pemimpin, pemilik, penguasa dan pemelihara. Ini mencakup seluruh aspek penciptaan, dari yang terkecil hingga yang terbesar.

Sedangkan Tauhid Rububiyyah bermaksud Allah ialah Tuhan pengatur segala sesuatu, Dia pemiliknya, Dia pencipta aturannya dan pemberi rezekinya. Sesungguhnya Dia yang menghidupkan, yang mematikan, yang memberi manfaat, yang mendatangkan hukum mudarat dan Dia menerima doa terutama dalam kesukaran. Semua perkara adalah bagi-Nya, ditangan-Nya terletak seluruh kebaikan, Dia berkuasa atas apa sahaja yang Dia kehendaki dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam hal ini, termasuklah qada’ dan qadar seseorang. Semua hamba-Nya berhajat kepada Allah sahaja. Allah berfirman,

“Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (Surat Fathir ayat 15)

Selain itu, dalil mengenai tauhid Rububiyyah tertera juga dalam Al-Qur'an surah Al-A'raf ayat 54, yang berbunyi:

“Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Rabb semesta alam.”

Allah SWT adalah satu-satunya yang berhak menerima pujian atas segala ciptaan-Nya. Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat, berada di bawah kendali dan kekuasaan-Nya. Tidak ada yang dapat menandingi kekuasaan dan kebesaran-Nya.

Pemahaman ini menuntut kita untuk mengakui sepenuhnya ketergantungan kita kepada Allah. Kita menyadari bahwa segala rezeki, kesehatan, dan keberhasilan yang kita peroleh semata-mata karena karunia dan rahmat-Nya. Tanpa izin-Nya, kita tidak akan mampu berbuat apa pun.

Ciri-Ciri Tauhid Rububiyyah

Beberapa ciri utama Tauhid Rububiyyah antara lain pertama, keyakinan akan keesaan Allah sebagai pencipta alam semesta. Kedua, keyakinan akan keesaan Allah sebagai pemelihara alam semesta. Ketiga, keyakinan akan keesaan Allah sebagai pengatur alam semesta.

Lebih rinci, ciri-ciri Tauhid Rububiyyah meliputi pengakuan atas kekuasaan Allah yang mutlak dalam menciptakan segala sesuatu ex nihilo (dari ketiadaan). Allah SWT tidak membutuhkan bantuan siapa pun dalam proses penciptaan. Ia Maha Kuasa dan Maha Sempurna.

Selanjutnya, Tauhid Rububiyyah juga mencakup keyakinan bahwa Allah SWT senantiasa memelihara dan mengatur alam semesta. Segala sesuatu berjalan sesuai dengan kehendak dan hukum-hukum yang telah ditetapkan-Nya. Tidak ada yang dapat menghalangi ketetapan-Nya.

Terakhir, Tauhid Rububiyyah mengajarkan kita untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat dan karunia yang telah Allah berikan. Kita harus menyadari bahwa segala sesuatu yang kita miliki berasal dari-Nya dan kita wajib mensyukuri nikmat tersebut.

Perbedaan Tauhid Rububiyyah dan Tauhid Uluhiyah

Apa yang Dimaksud dengan Rububiyyah dalam Ilmu Tauhid? Ketahui Maknanya
Ilustrasi mesjid dengan tulisan Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Foto: Abdullah Oguk/Unsplash.com... Selengkapnya

Penting untuk memahami bahwa Tauhid Rububiyyah tidak berdiri sendiri. Ia merupakan bagian integral dari keimanan yang utuh, yang harus diiringi dengan Tauhid Uluhiyah, yaitu keesaan Allah dalam ibadah dan penghambaan.

Kaum musyrik di zaman jahiliyah mungkin mengakui keesaan Allah sebagai pencipta (Tauhid Rububiyyah), namun mereka menyimpang dalam Tauhid Uluhiyah karena menyembah berhala-berhala. Hal ini menunjukkan bahwa pengakuan Tauhid Rububiyyah tanpa Tauhid Uluhiyah tidaklah cukup.

Oleh karena itu, seorang muslim harus meyakini dan mengamalkan kedua bentuk tauhid ini secara seimbang. Pengakuan atas kekuasaan Allah sebagai Pencipta, Pemelihara, dan Pengatur alam semesta harus diiringi dengan penghambaan dan ibadah hanya kepada-Nya. 

Perbedaan Tauhid Rububiyyah dan Tauhid Uluhiyah yakni terletak pada maknanya. Tauhid Rububiyyah  adalah keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta, Pemilik, dan Pengatur seluruh alam semesta. Dalam aspek ini, seorang Muslim meyakini bahwa segala sesuatu di dunia ini terjadi atas kehendak dan kekuasaan Allah, termasuk penciptaan makhluk hidup, pemberian rezeki, kehidupan, dan kematian. Sedangkan Tauhid Uluhiyah menuntut seorang Muslim untuk menolak segala bentuk syirik atau menyekutukan Allah dalam ibadah. Dalil mengenai Tauhid Uluhiyah terdapat dalam Surah Al-Baqarah ayat 163, yang berbunyi:

Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang." 

Inti dakwah para nabi, termasuk Nabi Muhammad SAW, adalah mengajak manusia untuk beribadah hanya kepada Allah tanpa mempersekutukan-Nya. Oleh karena itu, seseorang dianggap memiliki keimanan yang sempurna jika ia tidak hanya mengakui kekuasaan Allah (Tauhid Rububiyyah) tetapi juga mengesakan Allah dalam segala bentuk ibadah (Tauhid Uluhiyah). 

Penerapan Tauhid Rububiyyah dalam Kehidupan Sehari-hari

Apa yang Dimaksud dengan Rububiyyah dalam Ilmu Tauhid? Ketahui Maknanya
Ilustrasi Membaca Al Qur’an Credit: pexels.com/Tayeb... Selengkapnya

Penerapan Tauhid Rububiyyah dalam kehidupan sehari-hari dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan. Kita juga dapat menerapkannya dengan senantiasa berikhtiar dan berusaha dalam kehidupan, namun tetap bertawakal kepada Allah SWT. Keberhasilan dan kegagalan merupakan bagian dari rencana Allah yang harus diterima dengan lapang dada.

Selain itu, kita juga dapat menerapkan Tauhid Rububiyyah dengan menjaga kelestarian alam ciptaan Allah. Kita harus bertanggung jawab atas lingkungan sekitar dan tidak merusak alam semesta. Dengan memahami dan mengamalkan Tauhid Rububiyyah, kita dapat hidup lebih bermakna dan lebih dekat kepada Allah SWT.

Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya