Banyak Jemaah Haji Indonesia yang Sakit Saat Lempar Jumrah

Umumnya, jemaah haji bugar saat berangkat dari tenda, tetapi keletihan saat harus kembali ke tenda.

oleh Liputan6.comDevira Prastiwi diperbarui 23 Agu 2018, 07:08 WIB
Diterbitkan 23 Agu 2018, 07:08 WIB
Jemaah Calon Haji Indonesia
Para kiai memberikan dukungan bagi jemaah calon haji asal Indonesia yang sedang sakit. (MCH Indonesia)

Liputan6.com, Jakarta - Jemaah haji Indonesia banyak tumbang saat melakukan amalan haji melempar batu atau jumrah di Jamarat yang berbatasan dengan area Makkah.

Hal ini disampaikan oleh anggota tim Pertolongan Pertama Pada Jemaah Haji (P3JH) dr Pradipta Suarsyaf.

"Banyak jemaah tumbang karena kelelahan dan heat stroke," ujar Pradipta, seperti dilansir Antara, Kamis (23/8/2018).

Berdasarkan pengamatan Antara, Jamarat dengan tenda Mina tempat jemaah haji menginap setengah hari atau mabit berjarak sekitar 2-3 kilometer.

Umumnya, kata Pradipta, jemaah bugar saat berangkat dari tenda, tetapi keletihan saat harus kembali ke tenda. Total jarak Mina-Jamarat pulang pergi adalah 4-6 kilometer dengan lintasan tergolong landai.

"Akan tetapi, jemaah mengalami kendala terkena cuaca panas dan paparan cahaya matahari langsung yang terik dengan suhu lebih dari 40 derajat celcius," ucapnya.

Pradipta yang dalam beberapa kesempatan mendampingi pasien jemaah haji terkendala kesehatan ini mengatakan, heat stroke mengancam jemaah Indonesia, sebab mereka harus berjalan jauh yang melelahkan di bawah terik matahari.

"Beberapa kasus, jemaah terkena heat stroke ditangani hingga cukup bugar untuk kembali ke tendanya di Mina," kata Pradipta.

 

 

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: 

Tak Memaksakan Diri

Jemaah haji sakit di Madinah
Jemaah haji sakit di Madinah (Liputan6.com/ Muhammad Ali)

Pradipta menyarankan agar jemaah tidak memaksakan kehendak jika kondisi fisik tidak memungkinkan. Apalagi sebelum berangkat sudah mengalami gejala demam, lemas, mual, muntah, dan pingsan.

"Penting juga memperhatikan dan mengikuti saran dokter kelompok terbangnya," tutur dia.

Adapun pada 10 Zulhijah yang bertepatan dengan 21 Agustus 2018 merupakan hari jumrah pertama dan menjadi yang terpadat. Dalam beberapa kesempatan, jemaah nampak berdesakan untuk melakukan jumrah aqabah.

Di tiga hari berikutnya, mereka akan melakukan jumrah di hari Tasyrik. Tetapi diperkirakan kepadatan jemaah di Jamarat tidak berjejal, karena terdapat pilihan melempar batu di antara tiga hari yang ditentukan. Sementara, jumrah aqabah hanya dilakukan pada 10 Zulhijah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya