Keistimewaan Pemondokan Jemaah Haji Indonesia di Makkah

Konsultan Ibadah Daerah Kerja Mekkah KH DR Ahmad Kartono mengatakan beribadah termasuk shalat lima waktu di pondokan haji jemaah Indonesia di Mekkah sama utamanya dengan beribadah di Masjidil Haram.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Jul 2019, 16:03 WIB
Diterbitkan 23 Jul 2019, 16:03 WIB
pemondokan haji
Jemaah haji Indonesia membawa nasi dan lauk pauk seusai antre untuk makan siang gratis di pemondokan mereka di sektor 10, Haffair, Kota Mekkah, Arab Saudi. (Antara)

Liputan6.com, Jakarta - Terhitung sampai 22 Juli 2019 sudah sebanyak 2.065 calon haji Indonesia disertai petugas haji telah berada di Kota Makkah.

Dilansir dari Antara, Konsultan Ibadah Daerah Kerja Mekkah KH DR Ahmad Kartono mengatakan beribadah termasuk shalat lima waktu di pondokan haji jemaah Indonesia di Mekkah sama utamanya dengan beribadah di Masjidil Haram.

Hal tersebut bedasarkan bahwa lokasi pemondokan haji Indonesia berada di 7 zona dan seluruhnya masih berada di lingkup Tanah Haram,Makkah.

"Beribadah di pemondokan atau di masjid di sekitar Tanah Haram semuanya pahalanya sama dengan shalat di Masjidil Haram, yakni setara 100.000 pahala," kata Ahmad Kartono.

Pemondokan jemaah haji Indonesia terdiri dari 7 zona sesuai dengan embarkasi masing masing jemaah, terjauh jaraknya 4,3 km dari Masjidil Haram yakni Zona Syisyah.

Kartono menekankan bahwa zona-zona tersebut masih merupakan bagian dari Tanah Haram sehingga beribadah di pemondokan atau masjid sekitar sama utamanya dengan beribadah di Masjidil Haram.

Dikarenakan kesamaan tersebut, para calon haji lansia dan yang memiliki risiko tinggi karena masalah kesehatan, hal tersebut dapat menjadi alternatif dalam beribadah.

"Berhaji itu mempertimbangkan kemampuan secara fisik, finansial, kemudian aman dalam perjalanan. Berkaitan dengan jamaah lansia, risiko tinggi dalam situasi tertentu maka hukum memberikan keringanan dapat melakukan ibadah dengan pilihan yang lebih ringan yang secara hukum dibenarkan sesuai dengan hukum syariat yang disampaikan oleh para ulama ahli hukum fiqih," katanya.

Kartono juga meminta para jemaah yang lebih memilih salat di Masjidil Haram, sebaiknya menjaga fisik karena harus lebih mengutamakan kesehatan. Hal tersebut dianjurkan karena jemaah haji akan menghadapi wukuf dan rukun haji yang lebih besar risikonya saat puncak haji nanti.

Pahala Dilipatgandakan

Masjidil Haram
Ribuan umat muslim dari penjuru dunia saat melakukan Thawaf di Masjidil Haram, Mekah, Saudi Arabia, Kamis, (17/8). (Antara)

Kartono mengatakan Masjidil haram, Masjid Nabawi dan Masjidil Aqso merupakan ketiga masjid yang memiliki keistimewaan.

Saat salat di Masjidil Haram pahalanya dilipatgandakan 100.000 dibandingkan salat di masjid yang lain. Sementara salat di Masjid Nabawi pahalanya dilipatgandakan 1000 keutamaannya dibandingkan masjid lain dan salat di Masjidil Aqsa pahalanya dilipatgandakan 500 dibanding salat di masjid lain.

“Yang dimaksud salat berlipat ganda ternyata ini berlaku bukan di Masjidil Haram saja tapi berlaku di seluruh Tanah Haram Mekkah,” katanya.

Keutamaan Kota Mekkah juga disebutkan Kartono yang ia kutip bedasarkan kitab Al Asybah wan Nadhoir karangan Imam As Suyuti bahwa sekali shalat di Masjidil Haram yang dilipatgandakan maksudnya adalah bukan dikhususkan di Masjidil Haram saja tetapi berlaku untuk seluruh Tanah Haram.

“Maka itulah sebabnya jemaah ketika dalam keadaan ‘crowded’ sangat padat membahayakan keadaan, seluruh masjid dan sekitarnya penuh, maka pilihan hukum seperti ini menjadi sangat baik dipilih terutama bagi kaum lansia, risti, dan uzur agar dapat melakukan ibadah di luar Masjidil Haram asal masih di lingkup Tanah Haram Mekkah Al Mukarramah,” katanya.

 

Reporter : Nabila Bilqis

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya