3 Tingkatan Puasa Menurut Imam Ghazali

Tiga tingkatan orang yang menjalankan ibadah puasa tersebut yaitu puasanya orang awam, khusus, dan sangat khusus.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Mei 2020, 18:00 WIB
Diterbitkan 05 Mei 2020, 18:00 WIB
Ilustrasi Masjid (Istimewa)
Ilustrasi Masjid (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid Saadi menyampaikan tiga tingkatan orang yang menjalankan ibadah puasa menurut pendapat Imam Ghazali.

Tiga tingkatan orang yang menjalankan ibadah puasa tersebut yaitu puasanya orang awam, khusus, dan sangat khusus.

"Puasa yang dimensinya ritual formal, ritual mencegah melakukan segala yang membatalkan seperti makan, minum, bersetubuh dengan pasangan sah, ini disebut puasanya orang awam," ujar Zainut dalam telekonferensi Obroloan Seputar Soal Islam (Obsesi) yang dipantau dari Jakarta, seperti dikutip dari Antara, Selasa (5/5/2020).

Dia menjelaskan, tingkatan orang berpuasa berikutnya adalah puasa khusus dengan ritual formal ditambah spiritual sehingga melebihi golongan awam.

"Puasa awam hanya berhenti pada ritual formal saja. Sementara puasa orang khusus ini ditambah dengan puasa melalui panca inderanya," ucap Zainut.

Kemudian, kata Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini, tingkatan ketiga adalah puasa sangat khusus. Jenis puasa ini menurut dia dimensinya sampai pada tingkatan intelektual.

"Menahan lapar, dahaga, nafsu, panca indera, menghindari yang dilarang hati nurani. Di sini akal pikiran kita juga ikut berpuasa," ucap Zainut.

 

Puasa untuk Memulai Kembali

Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid saat membuka seleksi petugas haji non kloter tingkat pusat, di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Rabu (18/3/2020). (foto: Dokumentasi Kementerian Agama)
Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid saat membuka seleksi petugas haji non kloter tingkat pusat, di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Rabu (18/3/2020). (foto: Dokumentasi Kementerian Agama)

Wamenag mengatakan, puasa dari kelompok orang yang sangat khusus dapat menemukan jati dirinya.

"Orang yang dapat mengetahui dirinya maka dia dapat mengenal Tuhannya (man 'arafa nafsahu, 'arafa rabbahu)," kata dia.

Zainut mengibaratkan puasa itu seperti proses menghidupkan ulang atau restart komputer. Manusia akan memulai kembali dengan sesuatu yang segar setelah komputer tersebut dimatikan.

"Proses restart itu penting karena metode itu untuk mengintegrasikan software atau rohani dan hardware atau jasmani. Jangan sampai puasa ini hanya mendapat lapar dan dahaga saja," tegas Zainut.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Berbuka Puasa
Ilustrasi Berbuka Puasa Credit: pexels.com/Kaboompics
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya