Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid Saadi menyampaikan tiga tingkatan orang yang menjalankan ibadah puasa menurut pendapat Imam Ghazali.
Tiga tingkatan orang yang menjalankan ibadah puasa tersebut yaitu puasanya orang awam, khusus, dan sangat khusus.
Baca Juga
"Puasa yang dimensinya ritual formal, ritual mencegah melakukan segala yang membatalkan seperti makan, minum, bersetubuh dengan pasangan sah, ini disebut puasanya orang awam," ujar Zainut dalam telekonferensi Obroloan Seputar Soal Islam (Obsesi) yang dipantau dari Jakarta, seperti dikutip dari Antara, Selasa (5/5/2020).
Advertisement
Dia menjelaskan, tingkatan orang berpuasa berikutnya adalah puasa khusus dengan ritual formal ditambah spiritual sehingga melebihi golongan awam.
"Puasa awam hanya berhenti pada ritual formal saja. Sementara puasa orang khusus ini ditambah dengan puasa melalui panca inderanya," ucap Zainut.
Kemudian, kata Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini, tingkatan ketiga adalah puasa sangat khusus. Jenis puasa ini menurut dia dimensinya sampai pada tingkatan intelektual.
"Menahan lapar, dahaga, nafsu, panca indera, menghindari yang dilarang hati nurani. Di sini akal pikiran kita juga ikut berpuasa," ucap Zainut.
Â
Puasa untuk Memulai Kembali
Wamenag mengatakan, puasa dari kelompok orang yang sangat khusus dapat menemukan jati dirinya.
"Orang yang dapat mengetahui dirinya maka dia dapat mengenal Tuhannya (man 'arafa nafsahu, 'arafa rabbahu)," kata dia.
Zainut mengibaratkan puasa itu seperti proses menghidupkan ulang atau restart komputer. Manusia akan memulai kembali dengan sesuatu yang segar setelah komputer tersebut dimatikan.
"Proses restart itu penting karena metode itu untuk mengintegrasikan software atau rohani dan hardware atau jasmani. Jangan sampai puasa ini hanya mendapat lapar dan dahaga saja," tegas Zainut.
Advertisement