Kebenaran Anjuran Berbuka dengan yang Manis, Jangan Sampai Keliru

Berbuka dengan yang manis tak boleh sembarangan.

oleh Anugerah Ayu Sendari diperbarui 17 Apr 2021, 17:15 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2021, 17:15 WIB
Amalan Sunnah di Hari Arafah
Ilustrasi Berbuka Puasa Credit: pexels.com/pixabay... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Kalimat "berbukalah dengan yang manis" pasti sudah tak asing di bulan Ramadan. Makanan manis memang disarankan untuk berbuka karena dapat membantu mengembalikan energi dengan cepat. Ketika waktu berbuka tiba, dianjurkan untuk segera membatalkan puasa. Untuk membatalkan puasa inilah biasanya orang mengonsumsi makanan dan minuman manis. 

Makanan manis identik menjadi takjil berbuka. Selain kurma, minuman berbuka lainnya seperti es buah, sirup, es cendol, dan banyak lagi. Namun, tak jarang anjuran berbuka dengan yang manis ini juga kerap disalah artikan dengan mengonsumsi makanan manis berlebihan.

Dalam Al-Qur'an dan hadis, anjuran berbuka dengan yang manis terkait dengan konsumsi kurma dan air putih. Namun, adakah hadis khusus tentang berbuka dengan yang manis? Berikut makna istilah berbuka dengan yang manis, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin(12/4/2021).

Hadis terkait dengan berbuka dengan yang manis

Ilustrasi buka puasa dengan kurma
Ilustrasi buka puasa dengan kurma (sumber: iStock)... Selengkapnya

Sebenarnya tidak ada hadis yang secara khusus menerangkan tentang berbuka dengan makanan atau minuman yang manis. Hadis yang mendekati anjuran makan makanan manis untuk berbuka adalah hadis Rasulullah yang berbunyi:

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,

ﻛَﺎﻥَ ﺭَﺳُﻮ ﻝُ ﺍﻟﻠِّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪً ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻳُﻔْﻄِﺮُ ﻋَﻠَﻰ ﺭُﻃَﺒَﺎﺕٍ ﻗَﺒْﻞَ ﺃَﻥْ ﻳُﺼَﻠِّﻲَ ﻓَﺈِﻥْ ﻟَﻢْ ﺗَﻜُﻦْ ﺭُﻃَﺒَﺎ ﺕٌ ﻓَﻌَﻠَﻰ ﺗَﻤَﺮَﺍﺕٍ ﻓَﺈِﻥْ ﻟَﻢ ﺗَﻜُﻦْ ﺣَﺴَﺎ ﺣَﺴَﻮﺍﺕٍ ﻣِﻦْ ﻣَﺎﺀٍ

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berbuka dengan kurma basah (ruthab), jika tidak ada ruthab maka berbuka dengan kurma kering (tamr), jika tidak ada tamr maka minum dengan satu tegukan air.” (HR. Ahmad, Abu Dawud)

Hadis ini menjelaskan bahwa Rasulullah berbuka dengan kurma basah atau ruthab. Jika tidak menemukan ruthab makan Rasulullah berbuka dengan tamr atau kurma kering, dan jika tidak menemukannya, maka Rasulullah berbuka dengan air putih.

Hadis ini tidak menyebutkan secara langsung tentang berbuka dengan yang manis. Namun, sejumlah ulama meng-qiyas-kan kurma dengan makanan yang manis.

Hadis terkait dengan minuman manis

ilustrasi minuman manis harus dihindari untuk asam urat/pexels
ilustrasi minuman manis/pexels... Selengkapnya

Ada satu hadis lain yang menerangkan tentang minuman yang disukai Rasulullah. Hadis ini berbunyi:

Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,

“Minuman yang paling disukai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ialah yang dingin dan manis.” (HR Ahmad & At Tirmidzi).

Namun, hadis ini tidak secara khusus menerangkan minuman dingin dan manis tersebut untuk berbuka. Minuman dingin dan manis ini bisa diminum pada kapan saja, tak cuma pada waktu berbuka.

Ibnul Qayyim Al-Jauziyah menafsirkan terkait minuman manis ini. Menurutnya, minuman manis ini punya dua arti. Pertama, minuman kesukaan Rasulullah ini berasal dari mata air segar yang manis. Kedua, yang dimaksud minuman manis adalah campuran madu dan kurma.

Anjuran berbuka sesuai hadis

Kebiasaan Buruk
Ilustrasi Berbuka Puasa Credit: pexels.com/fauxels... Selengkapnya

Hadis pertama menerangkan khusus tentang makanan dan minuman yang dikonsumsi Rasulullah untuk berbuka. Hadis tersebut menyebutkan dua istilah, ruthab dan tamr yang keduanya berarti kurma. Bedanya, ruthab adalah kurma segar dan tamr adalah kurma kering.

Sementara hadis mengenai anjuran berbuka dengan yang manis sebenarnya tidak ditemukan. Sehingga, anjuran tersebut bukan berasal dari Rasulullah SAW. Tapi, bukan berarti anjuran tersebut tidak ada dasarnya. Beberapa ulama ada yang menganjurkan berbuka dengan makanan manis.

Mereka menafsirkan perintah berbuka dengan ruthab atau kurma bertujuan untuk memulihkan penglihatan menurun akibat puasa. Jika dua jenis kurma ini tidak ada, bisa diganti dengan makanan manis. Ulama yang berpendapat demikian seperti Al Hattab Ar Ru'aini. Ulama Mazhab Maliki ini menuliskan pendapatnya dalam kitab Mawahibul Jalil fi Syarhi Mukhtashar Khalil. Pendapat ini berbunyi:

" Syeikh Zarruq berkata dalam syarahnya: Di antara sunah-sunah puasa adalah menyeragakan berbuka, sebagai bentuk kasih sayang kepada orang yang lemah, menyayangi diri dan menjadi pembeda dengan orang yahudi. Dan dengan memakan kurma atau apa yang semakna dari yang manis-manis, agar mengembalikan penglihatan yang berkurang lantaran puasa."

Namun demikian, anjuran berbuka yang manis menjadi pendapat yang masih diperdebatkan.

Berbuka dengan yang manis menurut kesehatan

Ilustrasi makanan manis
Ilustrasi makanan manis. Sumber foto: unsplash.com/Thomas Kelley.... Selengkapnya

Berdasarkan European Journal of Clinical Nutrition, kadar gula darah, cairan, dan elektrolit dalam tubuh biasanya menurun saat puasa. Ini karena tubuh tidak mendapat asupan makanan selama berpuasa. Karena itu, saat berbuka puasa disarankan untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang mengembalikan energi dengan cepat.

Selain mengonsumsi air, pilihan lainnya adalah karbohidrat sederhana. Jenis karbohidrat ini terbukti mengembalikan energi dengan cepat. Salah satu sumber karbohidrat sederhana adalah gula. Sesuai prinsip gizi seimbang, tentang anjuran konsumsi GGL(gula, garam, lemak), konsumsi gula yang disarankan adalah 4 sendok makan atau 50 gram.

Sayangnya, kebanyakan orang menyantap sajian manis seperti makanan tinggi gula dan sirup secara berlebihan saat buka puasa. Ini pada akhirnya akan meningkatkan kadar gula darah yang membuat tubuh cepat merasa lapar dan memicu makan berlebihan.

Maka dari itu, anjuran berbuka dengan yang manis perlu diperhatikan dengan serius. Konsumsi makanan manis harus tetap dibatasi dan tidak boleh berlebihan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya