Liputan6.com, Kutai Kartanegara - Siapa sangka, harga tomat yang sering jatuh di pasaran membuat petani mulai memutar otak agar tak merugi. Harga yang rendah membuat petani enggan memanen hasil kebunnya.
Menghadapi situasi itu, sekelompok wanita tani di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur mengolah tomat menjadi jajanan mirip kurma. Apalagi jajanan seperti ini sangat dinanti masyarakat untuk berbuka puasa selama Bulan Ramadan.
Olahan ini sengaja dibuat untuk meningkatkan nilai ekonomis tomat yang harganya sering fluktuatif. Kreasi para kaum ibu juga menyelamatkan perekenomian rumah tangga yang sangat tergantung hasil jual panen.
Advertisement
Kelompok Wanita Tani (KWT) Karya Bersama berdiri di Dusun Antai, Desa Sebulu Modern, Kecamatan Sebulu. Kelompok yang berdiri di pemukiman penduduk di tengah perkebunan ini awalnya berdiskusi merencanakan olahan yang akan dibuat.
“Awalnya, hasil tomat dari kebun petani itu kan anjlok. Kemudian kami punya inisiatif bagaimana caranya agar hasil tomat yang murah itu bisa dijadikan produk yang lebih baik. Punya nilai tambah,” kata Suliah, anggota KWT Karya Bersama membuka obrolan dengan liputan6.com.
Pertemuan di awal Bulan Ramadan 2021 itu juga dihadiri anggota kelompok lainnya. Di rumah Suliah, tampak komunitas ibu rumah tangga ini asyik mendiskusikan olahan makanan dari kebun masing-masing yang telah berhasil dikemas.
Suliah mengaku, produk unggulan kempok ini adalah kurma tomat. Ide pembuatan kurma tomat juga didapat dari menonton youtube dan hasil jalan-jalan dari daerah lain.
“Keuntungannya luar biasa. Bisa dua kali lipat dari harga tomat biasa,” kata Suliah.
Penjualannya pun kini sudah semakin luas. Tak hanya didistribusikan di Kabupaten Kutai Kartanegara saja, kini produk olahan kelompok ini sudah sampai ke Kota Samarinda.
Kurma tomat bisa menjadi jajanan tambahan untuk berbuka puasa di bulan Ramadan. Rasanya yang unik dan manis, bisa jadi teman berbuka puasa yang lengkap.
Simak juga video pilihan berikut
Proses Pembuatan
Untuk membuat kurma tomat dimulai dengan membersihkan tomat yang baru dipanen. Tomat kemudian dilubangi dengan tusuk gigi di seluruh permukaan tomat agar mengkerut seperti kurma saat diolah.
Tomat kemudian direndam di larutan kapur selama satu jam. “Perendaman dengan kapur agar tomat tidak mudah lembek dan hancur saat dimasak,” papar Suliah.
Setelah direndam, tomat segar dimasak bersama air hingga mendidih. Tidak lupa ditambahkan gula pasir agar tomat nantinya menjadi manis.
“Perbandingan gula dengan tomat yaitu satu banding empat. Jadi satu kilogram tomat dikasih seperempat kilogram gula pasir,” sambungnya.
Perebusan dilakukan hingga air habis dan tomat mengerucut mirip kurma. Satu buah tomat menghasilkan satu kurma tomat.
Setelah kering, kurma tomat lalu disusun di nampan untuk selanjutnya dijemur. Penjemuran dilakukan agar kurma tomat lebih kering secara alami.
Penjemuran dengan sinar matahari dilakukan di tempat yang steril. Kelompok wanita di desa ini sengaja membuat tempat pengeringan kurma tomat yang lebih tertutup agar tidak ada binatang maupun kotoran masuk saat proses penjemuran.
“Mengolahnya cukup mudah dan biayanya juga murah,” sambung Suliah.
Kurma tomat kemudian dikemas dalam sebuah wadah dengan tampilan yang layak jual. Satu kemasan kurma tomat dengan berat 100 gram dijual dengan harga Rp10 ribu.
“Alhamdulillah peminatnya sudah mulai banyak. Selain melayani pesanan, kita juga menitipkan di warung atau toko,” katanya.
Advertisement
Kerupuk Jengkol dan Minuman Jahe Instan
Ibu-ibu yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani Karya Bersama ini juga memiliki banyak produk olahan selain kurma tomat. Produk-produk ini juga berbahan baku hasil kebun masing-masing.
Kebanyakan produk olahan adalah minuman instan hingga makanan siap saji. Untuk minuman, kelompok ini membuat jahe merah dan temulawak. Minuman berbahan dasar tanaman herbal ini siap minum, hanya tinggal diseduh dengan air panas.
Olahan lain yang tidak kalah menarik adalah kerupuk jengkol. Kerupuk jengkol terbuat dari jengkol yang diolah sehingga menjadi kerupuk siap makan.
“Ide membuat olahan ini karena sering jalan-jalan jadi ada ide ingin buat produk sendiri. Lagipula supaya ada kerjaan di rumah buat (pendapatan) sampingan,” kata Winarti yang juga anggota KWT Karya Bersama.
Untuk pemasaran, selain menggunakan media sosial, kaum ibu di desa ini juga telah berhasil memasarkan di berbagai outlet di beberapa kota di Kalimantan Timur.
Winarti mengakui, keberadaan komunitas para ibu rumah tangga seperti KWT ini dapat membantu ekonomi keluarga dan menambah wawasan soal mengolah produk, pengemasan, hingga penjualan.
“Dari kelompok ini kita bisa menambah perekonomian keluarga. Bisa buat tambahan belanja kebutuhan rumah tangga,” sambunngnya.
Kini kaum ibu di Kabupaten Kutai Kartanegara mulai terbiasa dengan fluktuasi harga di pasaran. Hasil kebun masing-masing tidak lagi dijual murah saat harga anjlok.
Dengan kerjasama dalam berkreasi, beragam produk olahan berhasil dibuat dan mampu diserap pasar. Kelebihan dari kreasi para ibu rumah tangga ini tentu saja mendapatkan nilai tambah dari hasil kebunnya sendiri.