Naskah Ceramah Ramadhan: Hikmah Berpuasa

Naskah Ceramah Ramadhan: Hikmah Berpuasa

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Mar 2024, 11:59 WIB
Diterbitkan 24 Mar 2023, 18:30 WIB
Ilustrasi ceramah Ramadhan
Ilustrasi ceramah Ramadhan. (Photo created by storyset on www.freepik.com)

Liputan6.com, Jakarta - Berikut ini adalah naskah ceramah Ramadhan, yang bisa disampaikan dalam kajian ilmu atau majelis lainnya. Tema ceramah ini adalah hikmah berpuasa.

Teks ceramah ini disusun oleh Yudi Yansyah S.Pd.i, Penyuluh Agama Islam Kecamatan Bojong Genteng, Kementerian Agama Kabupaten Sukabumi, dan dikutip dari jabar.kemenag.go.id.

Semoga teks materi ceramah Ramadhan ini bermanfaat. Amin.

 

 

Naskah Ceramah: Hikmah Berpuasa

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ وَلاَ عُدْوَانَ اِلاَّ عَلى الظَّالِمِيْنَ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللّهُمَّ صَلِّ عَلى مُحَمَّدٍ وَعَلى الِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ. أَمَا بَعْدُ فَيَاعِبَادَاللهِ اُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَاتَّقُوْا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

Hadirin rohimakumulloh

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah Swt yang telah menciptakan kita dan telah ditunjukiNya kepada jalan yang lurus.

Sholawat beserta salam semoga selamanya senantiasa dicurah-limpahkan kepada junjunan kita Nabi Muhammad SAW berikut keluarga, para sahabat serta orang-orang yang senantiasa mengikuti sunnahnya.

Hadirin rohimakumulloh

Puasa merupakan salah satu rukun Islam yang semestinya dilaksanakan dengan penuh kesungguhan oleh segenap kaum muslimin. Namun masih ada ummat islam yang belum menyadari sepenuhnya akan kewajiban puasa.

Sebahagian orang masih beranggapan bahwa ibadah bukan merupakan kebutuhan hidup. Tapi justru dianggap suatu beban hidup. Allah memerintahkan kita agar  beribadah kepadaNya bukan berarti Allah Swt membutuhkan pengabdian dari kita, tapi karena Allah sayang kepada kita. Allah memerintahkan kita untuk melaksanakan berbagai kewajiban ibadah, karena justru kita membutuhkan ibadah itu baik untuk kehidupan di dunia melalui hikmah-hikmah ibadah itu sendiri, maupun untuk kehidupan di akhirat berupa pahala yang telah dijanjikan Allah Swt. Jadi, jika kita berbuat baik dengan melakukan amal sholeh maka hal itu untuk kebaikan diri kita juga. Firman Allah dalam surat Fushilat ayat 46 :

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهٖ ۙوَمَنْ اَسَاۤءَ فَعَلَيْهَا ۗوَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيْدِ

“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh Maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu Menganiaya hamba-hambaNya”.

Manusia saat ini pada umumnya telah dirasuki faham materialistik, begitupula dengan sebagian ummat islam yang memiliki pondasi iman yang lemah. Mereka menilai penting atau tidak pentingnya sesuatu dengan ukuran kepentingan duniawi. Sehingga sesuatu yang dianggap tidak menguntungkan akan ia tinggalkan meskipun hal itu merupakan kewajiban.

Oleh karena itu, disamping memahami kewajiban puasa melalui dalil-dalil syar’i baik Al-Quran maupun Al-Hadits kita pun harus memahami hikmah-hikmah puasa. 

Hadirin rohimakumulloh

Firman Alloh Swt dalam surat Al-Baqoroh ayat 183-185:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.

اَيَّامًا مَّعْدُوْدٰتٍۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗوَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍۗ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗ ۗوَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗوَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗيُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖوَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”

Hadirin rohimakumulloh

Tak ada sesuatupun yang diciptakan Allah Swt yang merupakan sesuatu yang sia-sia. Begitu pula apapun yang diperintahkan-Nya kepada kita. Semuanya mengandung hikmah. Baik yang langsung kita rasakan, maupun yang tidak. Sehubungan dengan hal ini Allah Swt menyatakan dalam Surat Ali Imran ayat 191 :

الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًاۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.”

Begitu pula dengan ibadah puasa yang diwajibkan kepada setiap hamba yang beriman. Ibadah ini memiliki banyak hikmah, baik yang berhubungan dengan masalah kesehatan jasmani, kesehatan rohani maupun soasial. 

Berikut hikmah-hikmah puasa ramadhan :

a.  Menjaga kesehatan alat pencernaan.

Para ahli medis telah sepakat bahwa hampir semua penyakit bersumber dari pola makan dan minum yang tidak sehat sehingga mempengaruhi organ-organ pencernaan di dalam perut. Organ pencernaan merupakan salah satu organ yang bekerja terus-menerus dan hampir tidak pernah istirahat bahkan ketika kita tidur sekalipun perut  tetap bekerja. Perut kita tak ubahnya seperti mesin. Jika digunakan secara terus-menerus tanpa istirahat mesin tidak akan dapat bekerja secara optimal bahkan akhirnya mengalami kerusakan. Begitu pula dengan perut kita, jika perut bekerja terus-menerus tanpa istirahat maka ia akan mengalami banyak gangguan sehingga tidak bisa mencerna dan menyerap sari makanan dengan sempurna. Apalagi jika pola makan tidak sehat, perut diisi terlau  kenyang tentu akan berbahaya. Sebagaimana sabda Rosululloh SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Miqdam Bin Ma’di Kariba :

عن المقدام بن معد كرب يقول سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول ما ملاء ادميي وعاء شرا من بطن حسب الادمي لقيمات يقمن صلبه فان غلبت الادمي نفسه فثلث للطعام و ثلث للشراب و ثلث للنفس  ( رواه ابن ماجه )

Dari Al-Miqdam bin Ma’di Kariba ra. ia berkata :   “Aku mendengar Rosulullah SAW bersabda : ‘Tidak ada seorang anak Adam mengisi penuh suatu wadah yang lebih jelek/berbahaya dari pada mengisi penuh perutnya sendiri. Cukup bagi anak Adam beberapa suap yang bisa menegakan punggungnya. Jika anak Adam tidak bisa menahan diri (dari banyak makan) maka hendaklah perut itu dibagi tiga tempat, sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiganya lagi untuk bernafas.” (HR. Ibnu Majah)

Sehingga untuk menjaganya agar tetap sehat, perut harus diistirahatkan dengan berpuasa. Ketika berpuasa, perut kita akan istirahat sehari penuh dari mulai terbit fajar sampai terbenam matahari. Selama istirahat itu organ pencernaaan kita akan diservis dan dibersihkan sehingga setelah selesai puasa akan kembali sehat dan bekerja secara optimal.

b.  Puasa berfungsi sebagai detoksifikasi racun dari dalam tubuh.

Misalnya, ada sebuah pabrik yang rata-rata membutuhkan kacang kedelai sebanyak 100 kg per hari untuk diolah menjadi tahu. Jika konsumen banyak yang membutuhkan, tahu hasil produksi sehari bisa habis terjual, tapi jika tidak tahu tersebut disimpan di gudang  sebagai cadangan. Bisa kita bayangkan bagaimana keadaan gudang itu jika selama beberapa bulan banyak sisa tahu yang tidak terjual belum lagi jika pabrik mengalami over suply, kacang kedelai yang diterima lebih dari jumlah yang dibutuhkan. Pasti gudang itu akan dipenuhi oleh sampah yang kadang-kadang bisa mebahayakan.

Begitu pula dengan tubuh kita. Makanan dan minuman yang kita makan belum tentu seluruhnya diperlukan oleh tubuh kita. Meskipun demikian, perut kita akan mencerna seluruh makanan yang masuk kepadanya. Jika ada makanan yang tidak diperlukan oleh tubuh karena melebihi batas kebutuhannya, makanan itu akan disimpan sebagai cadangan berupa asam dan lemak. Selanjutnya, jika cadangan itu tidak digunakan dalam waktu yang lama, ia akan berubah menjadi racun yang berbahaya bagi tubuh jika tidak segera didaur ulang atau dibuang. Sehingga timbul beragam penyakit akibat hal seperti ini seperti darah tinggi, stroke, jantung, maag dll.

Dengan diwajibkannya puasa meskipun kadang diawali dengan keterpaksaan terhadap perintah Allah tersebut, selama sebulan penuh kita dipaksa untuk membersihkan tubuh kita. Karena ketika kita berpuasa, makanan yang kita makan saat sahur hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh selama 6 jam. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi selama ± 8 jam sampai waktu berbuka tubuh akan menggunakan cadangan makanan yang tersimpan. Dengan demikian gudang tempat timbunan makanan cadangan yang tersimpan berupa lemak dan yang lainnya sedikit demi sedikit dibersihkan sehingga tubuh kita menjadi sehat.

Puasa merupakan detoksifikasi (mengeluarkan racun) dari dalam tubuh kita. Hal ini sesuai dengan nama bulan dimana kita diwajibkan puasa yaitu bulan ramadhan yang artinya pembakaran. Karena selama sebulan penuh tubuh kita membakar timbunan cadangan makanan yang selama 11 bulan sebelumnya tersimpan digunakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi selama menjalankan puasa.

Orang yang rajin menjalankan ibadah puasa apalagi ditambah dengan puasa-puasa sunnah akan selalu sehat dan terhindar dari beragam penyakit. Berbeda dengan orang yang tidak biasa menjalankan puasa mudah sekali dihinggapi penyakit. Penyakit yang biasanya identik dengan kewajiban puasa ialah obesitas (kelebihan berat badan) yang beresiko terkena penyakit lainnya seperti darah tinggi, diabetes, stroke dan jantung.

Sehubungan dengan hal ini Rosululloh SAW bersabda dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Sunny dan Abu Nu’aim dari Abu Hurairoh :

عن ابى هريرة رضي الله عنه ان رسول الله صلى الله عليه و سلم قال صوموا تصحوا  (رواه ابن سنى و ابو نعيم )

DariAbu Hurairah ra. sesungguhnya Rosululloh SAW bersabda : “Berpuasalah kalian, maka kalian akan sehat.” Dalam hadits lain Rosululloh menyatakan : “Bagi tiap-tiap sesuatu itu ada pembersihnya. Dan pembersih badan kasar (jasad) ialah berpuasa.” (HR Ibnu Majah)

Hadits ini telah terbukti kebenarannya melalui penelitian ahli medis diantaranya :

1.            Fasten institute di Jerman menggunakan puasa untuk menyembuhkan penyakit yang sudah tidak dapat diobati lagi dengan penemuan-penemuan ilmiah di bidang kedokteran. Metode ini juga dikenal dengan istilah diet yang berarti menahan atau berpantang untuk  makanan tertentu.

2.            Dr.Alexis Carel seorang dokter kaliber internasional yang pernah meraih penghargaan Nobel dalam bidang kedokteran  menegaskan bahwa dengan berpuasa dapat membersihkan pernafasan.

3.            Mac Fadon seorang dokter berkebangsaan Amerika sukses mengobati pasiennya dengan anjuran berpuasa setelah gagal menggunakan obat-obat ilmiah.

4.            Dr. Abdul Azizi Ismail dalam bukunya ‘Al Islam Wat Thibbul Hadits’ menyatakan bahwa puasa merupakan obat dari bermacam-macam penyakit diantaranya diabetes, darah tinggi, ginjal dan lain-lain.

c.  Puasa merupakan perisai dari sifat-sifat yang negatif.

Kewajiban menjalankan ibadah puasa bukan berarti hanya menahan diri dari makan dan minum di siang hari. Tetapi puasa yang sesungguhnya adalah selain menahan diri dari makan dan minum juga menahan diri dari berbagai ucapan dan perilaku yang negatif.  Rosululloh SAW bersabda :

عن ابى هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم من لم يدع قول الزور والعمل به فليس لله حاجة في ان يدع طعامه و شرابه  ( رواه البخارى )

Dari Abi Hurairoh ra. berkata : “Rosululloh SAW bersabda : ‘Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta maka Allah tidak butuh seseorang meninggalkan makanan dan minumannya.” (HR Bukhori)

Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Thobroni Rosululloh menyatakan :

كم من صائم ليس من صيامه الا الجوع والعطش  ( رواه الطبرانى )

“Betapa banyak orang yang berpuasa tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga.

Dari kedua hadits tadi dapat kita fahami bahwa puasa bukan sekedar menahan rasa lapar dan haus. Melainkan menahan diri dari segala sesuatu yang menyimpang dari ketentuan Allah Swt.  Sehingga orang yang mampu melaksanakan puasa dengan sempurna akan mampu mendisiplinkan diri baik ucapan maupun perilakunya yang akhirnya terhindar dari sifat-sifat negatif dan mampu meraih kemuliaan.

Ketika kita sedang berpuasa sebenarnya kita sedang berlatih kesabaran, belajar disiplin terhadap peraturan Allah Swt. Contohnya, kita tidak berani makan sebelum waktunya meskipun lapar. Padahal makanan kita yang punya dan orang lain tidak ada yang tahu. Ketika ada keinginan untuk mengumpat atau mencaci orang lain kita tahan sekuat tenaga karena takut kehilangan  pahala puasa. Sehingga ketika kita selesai menjalankan ibadah puasa kita tampil menjadi manusia yang memiliki  kesabaran dan disiplin yang tangguh.

Jika masing-masing pribadi muslim mampu mengaplikasikan nilai-nilai puasa dalam kehidupannya sehari-hari dalam arti mendisiplinkan diri sesuai dengan peraturan Allah Swt niscaya akan terbentuk sebuah tatanan masyarakat yang sehat. Yaitu sebuah kehidupan bermasyarakat yang diliputi rasa aman, nyaman dan tertib karena masing-masing individu mampu menahan diri dari hal-hal yang dapat merugikan orang lain serta mampu mendisiplinkan diri terhadap aturan yang berlaku.  Sesuai dengan sabda Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dari Ibnu Umar :

عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم قال المسلم من سلم المسلمون من لسانه و يده  والمهاجر من  هاجر ما نهى الله عنه  ( رواه البخارى )

“Dari Abdulloh Bin Umar ra. dari Nabi SAW Beliau bersabda : “Orang muslim itu ialah orang yang kaum muslimin selamat dari lisan (perkataan) dan tangannya (perilakunya). Dan seorang muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.”  (HR Bukhari)

Rasa aman, nyaman dan tertib belum dapat kita rasakan dalam realitas kehidupan bermasyarakat kita saat ini. Padahal kita berdomisili di sebuah komunitas yang notabene hampir 90 % muslim. Ketika kita meninggalkan rumah untuk sementara waktu kadang kita diliputi rasa was-was takut kalau harta benda yang kita tinggalkan ada yang mengganggu.  Ancaman terhadap keselamatan diri dan harta benda yang kita miliki sering kali menghantui perasaan kita saat berada di daerah yang belum kita kenal. Kemudian sering kita saksikan berita di televisi yang membuat prihatin, misalnya tentang tawuran yang dipicu oleh masalah sepele.

Jalan untuk mengobati kondisi masyarakat yang seperti ini hanyalah dengan mengaplikasikan nilai-nilai puasa (sabar dan disiplin) dalam kehidupan tiap individu masyarakat.

Sebenarnya puasa bukanlah sesuatu yang asing bagi kita, tetapi nilai-nilai dari puasa itu sendiri justru masih merupakan sesuatu yang asing bagi kita. Puasa yang telah biasa kita laksanakan hanya merupakan sebuah ritual rutinitas yang tidak berdampak apa-apa. Hal ini terjadi mungkin karena niat dan motivasi   menjalankan ibadah puasa bukan ايمانا واحتسابا (iman dan karena mengaharap nilai di sisi Allah) tapi karena tuntutan lingkungan.

Hanya orang-orang yang motivasinya ايمانا واحتسابا lah yang puasanya akan memiliki dampak taqwa dan diampuni dosa. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW dari Abu Hurairah :

عن ابى هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال من قام تيتة القدر ايمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه  ومن صام رمضان ايمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه  ( رواه البارى )

“Dari Abu Hurairoh ra. dari Nabi SAW, beliau bersabda : “Barang siapa bangun (beribadah) pada malam Lailatul Qodar atas dasar iman dan karena Allah akan diampuni dosanya yang telah lalu. Dan barangsiapa yang puasa di bulan Ramadhan atas dasar  iman dan karena Allah akan diampuni disanya yang telah lalu.”

d.  Puasa mencetak pribadi dan masyarakat yang dermawan.

Selain menjadi perisai dari akhlak yang negatif, puasa juga merupakan sebuah sarana latihan untuk melahirkan sikap yang terpuji diantaranya kedermawanan. Kedermawanan sendiri  yang timbul setelah manusia mendapat taujih Robbany. Firman Allah dalam surat Al-Ma’arij ayat 19-25 :

إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا . إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا . وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا . إِلَّا الْمُصَلِّينَ . الَّذِينَ هُمْ عَلَىٰ صَلَاتِهِمْ دَائِمُونَ . وَالَّذِينَ فِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَعْلُومٌ . لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ

19. Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. 20. apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, 21. dan apabila ia mendapat kebaikan ia Amat kikir, 22. kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, 23. yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, 24. dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, 25. bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta),

Saat menjalankan ibadah puasa kita akan dapat merasakan bagaimana rasanya orang miskin yang kekurangan makanan sehingga lahir kepekaan dan rasa solidaritas sosial yang ditindak lanjuti dengan sikap kedermawanan dalam arti mau peduli dan membantu sesama merupakan suatu sikap yang sanagat penting dalam kehidupan bermasyarakat, karena dengan hal tersebut akan terbangun tatanan masyarakat yang kokoh. Jika sebagaian masyarakat yang status sosial ekonominya lebih tinggi memiliki kepekaan dan solidaritas terhadap masyarakat yang status sosial ekonominya lebih rendah, jurang pemisah di antara mereka akan semakin sempit maka terciptalah rasa persaudaraan yang kokoh sehingga tidak akan ada kecemburuan dan keretakan sosial di antara mereka yang membuat mereka tidak mudah terprovokasi.

Sebaliknya jika kepekaan dan solidaritas sudah lenyap dari kehidupan bermasyarakat, kesenjangan sosil akan semakin lebar yang akan mengakibatkan kecemburuan dan keretakan sosial. Dalam kondisi seperti ini masyarakat akan sangat mudah terprovokasi khususnya yang status sosial ekonominya berada di level bawah malah tidak mustahil terjadi gejolak sosial seperti kerusuhan dan penjarahan.

Pentingnya kepedulian terhadap sesama mendapat perhatian penting dalam agama islam.  Kita lihat dalam suatu hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh imam Bukhori :

ليس المؤمن بالذى يشبع وجاره جائع الى جنبيه  ( رواه البخارى )

“Bukanlah orang beriman orang yang merasa kenyang sementara tetangga di sebelahnya kelaparan.”

Demikianlah semoga bermanfaat

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Tim Rembulan

Saksikan Video Pilihan Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya