Liputan6.com, Jakarta - Hari besar umat Islam nyaris selalu diwarnai polemik perbedaan waktu. Misalnya, soal kapan Hari Raya Idul Fitri 2023 ini.
Muhammadiyah, misalnya, telah jauh-jauh hari menetapkan bahwa 1 Syawal jatuh pada Jumat (21/4/2023).
Sementara, pemerintah dan ormas terbesar di dunia, Nahdlatul Ulama (NU) baru menetapkan 1 Syawal setelah rukyatul hilal, dengan hasil lebaran jatuh pada Sabtu (22/4/2023).
Advertisement
Baca Juga
Seringkali umat bingung dengan dua putusan berbeda tersebut. Pada akhirnya, sebagian mengikuti berlebaran Jumat, sebagian lainnya Sabtu.
Bahkan, ada pula yang tidak mengikuti kedua arus utama ini. Ada umat Islam yang sholat Id pada Kamis (20/4/2023), ada pula yang Minggu (23/4/2023).
Soal perbedaan waktu jatuhnya awal Syawal ini, ulama cerdas yang hafidz Al-Qur'an, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha membagikan tips agar orang awam bisa mengetahui kapan 1 Syawal dengan cara sederhana.
Simak Video Pilihan Ini:
Tips Mudah Ketahui Awal Syawal Menurut Gus Baha
Mengutip laman NU, Gus Baha memberikan cara mudah bagi orang awam untuk mengetahui siapa yang benar ketika ada perbedaan penentuan awal bulan Syawal.
Konsep ini pernah didiskusikan oleh Gus Baha dengan abdi ndalem buyutnya yang bernama Mbah Abdurrahman (kakek kelima dari Gus Baha).
Abdi ndalem tersebut bercerita, jika orang dulu kan semuanya pakai bulan, melihat bulan. Jika ada polemik awal Syawal, apakah besok sudah Syawal atau tidak? Maka nanti melihat tanggal 15, apakah bulan sudah sempurna atau belum.
"Kata abdi ndalem buyut saya, sebenarnya mudah saja bab penentuan awal Syawal. Orang yang meributkan awal bulan tadi nanti diminta melihat bulan di tanggal 15 (bulan hijriah). Sekarang dihitung saja. Jadi cobalah mencintai ilmu, jangan suka bertengkar. Perkara awal Syawal saja kok bertengkar," katanya dalam tayangan Youtube Santri Gayeng, dikutip dari NU Online, Jumat (21/4/2023).
Secara rinci Gus Baha menjelaskan, semisal Mustofa itu berpendapat bahwa awal Syawal itu hari Ahad, sedangkan menurut Rukhin awal Syawal itu jatuh hari Senin dan menurut Mas Abu hari Selasa. Mas Abu masuk kategori, karena perbedaan pemerintah Indonesia dengan Naqsyabandi itu bisa sampai tiga hari.
Berarti Mustofa dengan Mas Abu perbedaannya sampai 3 hari, Ahad, Senin, Selasa. Biasanya yang awal itu Naqsabandi, yaitu Naqsabandi yang di Medan.
Sekarang cara mengetahui mana yang benar di antara ketiga orang di atas dengan model awam saja, tidak perlu belajar Ilmu Falak yaitu dengan mengecek bulan di tanggal 15. Semisal diyakini awal Syawal dimulai dari Ahad, hitung saja.
Advertisement
Perbedaan Adalah Sunatullah
Nanti akan terlihat, ternyata pas tanggal 15 posisi bulan belum terlalu sempurna. Kemungkinan seharusnya hari itu tanggal 13. Kalau bulan belum sempurna. Berarti Mustofa hoaks, kata Gus Baha.
"Lucunya debat penentuan awal Syawal di Indonesia itu kampungan, termasuk yang sering muncul di TV. Memang secara Falak, Allah membuat tebakan bahwa bulan bisa saja 29 atau 30. Berarti sejak awal potensi itu memang ada," tegasnya.
Gus Baha menambahkan, melihat bulan di tanggal 15 itu adalah cara Allah tetap bikin ilmu menurut orang awam. Orang awam itu tidak paham ilmu falak. Namun, mereka tetap bisa menguji kebenaran awal Syawal dari Mustofa, Rukhin, dan Mas Abu lewat tanggal 15.
Jika tanggal 15 di bulan tersebut belum purnama, ternyata sempurnanya baru Senin, berarti kira-kira yang benar dari pihak Rukhin. Kalau Pak Abu keyakinannya tadi Selasa, ketika dihitung tanggal 15 hari itu, ternyata bulan sudah mulai menyusut. Bisa juga sebaliknya.
Kata Gus Baha, sebenarnya ini perangkat awam, yang bisa memperlihatkan siapa di antara ketiga pihak di atas yang benar. Hanya saja mau tidak orang Indonesia seperti itu. Maunya hanya berpikiran bahwa negara sekarang membela Nahdlatul Ulama, ini menyebabkan pertengkaran rutinan setiap tahun.
Sebenarnya tidak masalah menurut teori Falak, kata Gus Baha. Bagi orang yang tidak menekuni ilmu Falak biasanya suka ngomong, sesama Islam kok beda lebarannya.
"Memang kalau sama-sama Islam pikirannya harus sama? Orang yang berpikir seperti ini secara ilmu demokrasi saja sudah salah. Kan tidak harus sama meskipun agamanya sama. Itu sunnatullah. Cobalah percaya ilmu, jangan banyak bicara," kritik Gus Baha.
Tim Rembulan