Liputan6.com, Jakarta - Kisah Gus Iqdam dengan jemaah Majelis Ta'lim Sabilu Taubah seolah tidak habis-habis untuk dikupas. Bahkan di antaranya banyak kisah-kisah yang lucu dan kadang membuat senyum kecut pembacanya.
Salah satunya adalah kisah apes Margono, salah satu jemaah Gus Iqdam. Rupanya Margono sangat akrab sehingga bisa juga disebut sebagai penderek Gus Iqdam.
Sosok jemaah ini seing sekali disebut namanya oleh Gus Iqdam saat pengajian. Sering sekali dijadikan contoh-contoh, khussnya contoh lucu dan kurang baik.
Advertisement
Nama panggilannya Margono, sering disebut Mbah No, padahal nama aslinya Marno Setia Widodo. Selain sering mengikuti Gus Iqdam ke berbagai daerah saat pengajian, ia juga salah satu tim hadrohnya Sabilu Taubah Pusat.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Margono Ngaji Sejak Jemaah Masih 25 Orang
Kedekatan dengan Gus Iqdam wajar saja terjadi. Kkarena Mbah No ini gabung dengan jemaah Sabilu Taubah saat jemaahnya baru 25 orang.
Sementara, saat ini jemaaah ST sudah puluhan ribu orang.
"Mbah No, jujur saja ikut ngaji ST ini kapan?," tanya Gus Iqdam, seperti yang tayang pada unggahan TikTok @paijone klepu.
"Jemaah taksih 25 orang," kata Margono.
Dalam obrolan tersebut gus Iqdam berkisah jika dirinya dan Margono memiliki cerita yang jika diingat-ingat bisa bikin perut sakit terkocok-kocok. Lantaran keisengan Gus Iqdam yang berujung Margono dimarahi Ibu Nyai (Ibunya Gus Iqdam).
Â
Advertisement
Detik-detik Margono Dimarahi Bu Nyai
Saat itu, Margono datang ke pondok mengendarai sepeda motor trail. Karena jiwa muda Gus Iqdam, penasaran ingin mencoba kendaraan tersebut.
Maka dinaikilah kendaraan berciri khas ban tahu tersebut. Tak lama berselang, apes tak dapat ditolak, Gus Iqdam menabrak pohon sengon di sekitar pondok. Patahlah pohon tersebut.
Dalam kejadian tersebut Gus iqdam tidak alami cidera, namun yang sakit justru Margono.
Karena ia tidak tahu apa-apa justru dia yang dimarahi Bu Nyai.
"Margono diseneni Bu Nyai dikiro nabrak wit sengon pas numpak trail," kata Gus Iqdam.
Awal mula santri bertato kalajengking di punggung ini datang ke Sabilu Taubah diawali adanya insiden seringnya Mbah No ini setting motor balapnya di perempatan, di mana Gus Iqdam sering jaga toko saat itu.
"Awal mula datang kesini gimana mbah buat motivasi jemaah yang lain ini," tanya Gus iqdam.
"Ceritanya panjang Gus. Intinya awal-awal itu saya setting motor balap di perampatan itu Gus, tempate njenengan cangkruk itu," ujar Margono.
Pernah Jatuh Dalam Usaha, Kini Mulai Bangkit
Gus Iqdam kemudian menjelaskan, jika dirinya biasa nongkrong di perempatan kala itu, nah disekitar itu Margono dan kawan-kawannya sering seting motor balap. yang dingat Gus Iqdam, itu saat setting motor tidak pernah pakai baju.
"Margono itu dulu kalau seting motor ote ote, tau ote ote? Gak pernah pakai baju, kelihatan tato kalajengkingnya. Kalau gas pasti jumping-jumpingiqdam mengisahkan salah satu santrinya itu, yang kini sudah rajin ikut pengajian dengan tampilan yang baik.
Dia bersama Gus Iqdam, sebelum anaknya sekolah TK, hingga kini sudah masuk Madrasah Ibtidaiyah. Soal jatuh dan hancurnya waktu ia mengalami jatuh secara ekonomi, terus-terusan ambruk usahanya.
Minta solusi ke gus Iqdam soal jatuhnya usahanya, akhirnya oleh gus Iqdam diberi nasihat agar tetap istiqomah ngaji, dan usah tetap dijaani, akhirnya bengkelnya tetap buka, dan kini justru ia masuk tim hadroh pusat Sabilu Taubah.
"Margono alhamdulillah ngaji terus, sekarang hidupnya mulai tertata, bengkelnya jalan. Sekarang Margono juga jadi tim hadrohnya kita, pegang bas hadroh," tandas Gus Iqdam.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Â
Advertisement