Liputan6.com, Jakarta - Seorang santri tentu ingin satu surga dengan gurunya. Bahkan, di akhirat nanti mereka sangat berharap diakui oleh sang guru menjadi salah satu muridnya. Ketika gurunya masuk surga, maka ia pun bisa diajak melalui wasilahnya.
Namun berbeda dengan pengakuan KH Ahmad Bahauddin Nursalim alias Gus Baha. Ulama asal Rembang, Jawa Tengah itu berkelakar tak ingin surganya sekelas gurunya sendiri, KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen.
Pengakuan itu diungkap Gus Baha saat menghadiri suatu majelis sholawat yang dihadiri Habib Zainal Abidin, Ganjar Pranowo, dan Taj Yasin. Kala itu, Ganjar dan Gus Yasin masih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah.
Advertisement
Baca Juga
Di majelis sholawat tersebut, Gus Baha mengaku pernah menjadi korban nasihat dari temannya. Pengakuan Gus Baha berhasil membuat jemaah tertawa terbahak-bahak.
“Gus, ojo sholeh nemen-nemen ora enak (Gus, jangan terlalu jadi orang yang sholeh banget, gak enak) Kenapa? Engko swargane Mbah Moen (Nanti jadi satu surga dengan Mbah Moen). Bidadari sungkan,” tutur Gus Baha yang disambut tawa jemaah, dikutip dari YouTube Rachart Channel.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Memilih Jadi Kiai Paling Awam
Sebab nasihat itu, Gus Baha memilih menjadi kiai yang paling awam, yang jarang sholat sunnah, dan pagi-pagi jalan ke pasar. Itu karena takut sesurga bersama Habib Zainal Abidin, pasti merasa sungkan.
“Jadi, sampean gak usah berdoa minta sekelas dengan Habib Zainal Abidin nggih. Jangan sama Pak Ganjar yang ada banyak ajudannya. Maka semua ajudannya saya minta surganya beda kelas sama Pak ganjar, atau satu kelas beda ruangan supaya gak sungkan,” tambah Gus Baha sambil disambut tawa lagi.
Advertisement
Hanya Guyon
Gus Baha menegaskan bahwa semua itu hanya guyon, termasuk dirinya yang tak ingin satu surga bersama Mbah Moen. Alasannya sama, agar tidak sungkan ketika ingin melakukan sesuatu di surga, terutama yang tak dibolehkan di dunia.
“Karena di surga itu nanti dihalalkan minum khamar. Terus istri juga gak dibatasi. Semuanya cantik. Kebayang gak kalo bersama guru sampean?” imbuh Gus Baha seraya bertanya kepada jemaah.
Nasihat dari temannya itu begitu membekas bagi Gus Baha hingga sekarang. Ia mengaku ingin menjadi kiai yang paling biasa saja dalam hal ibadah, tetapi kalau soal ilmu sangat fanatik.
“Saya masih ngajar kitab-kitab yang besar, yang sulit. Sampean tahu kenapa alasannya? Karena sulit kalau gak bisa itu orang maklumi, tapi kalau mudah ora iso kebangetan. Jadi ini agak agak politik sebetulnya,” kata Gus Baha.