Liputan6.com, Jakarta - Media sosial (medsos) tidak hanya memudahkan seseorang dalam mendapatkan informasi peristiwa, kejadian viral, atau lowongan pekerjaan. Kehadiran medsos banyak dimanfaatkan sebagai sarana dakwah oleh kalangan muslim.
Dakwah di medsos bisa dikatakan cukup mudah. Jangkauan audiensnya sangat luas. Tak perlu datang ke tempat kajiannya langsung, orang yang ingin menyimak ceramah salah satu ustadz bisa melalui medsos.
Konten dakwah di medsos tidak selalu membahas hukum tertentu. Dalam beberapa kesempatan, terlebih momennya pas, banyak konten tentang amalan dengan tujuan khusus.
Advertisement
Baca Juga
Dakwah di medsos tidak melulu dikemas dalam bentuk video. Ada kalanya sekadar infografis yang menjelaskan topik tertentu dan mudah dipahami oleh pembaca. Ada juga yang sekadar rekaman suara dari potongan ceramah ustadz.
Meski dakwah menjadi mudah, tidak menutup kemungkinan kemudahan ini juga menjadi masalah. Sering ditemukan konten-konten dakwah di medsos yang sumbernya tidak jelas, terlebih lagi yang menyampaikan atau materi yang disampaikannya dari ustadz kredibel.
Lantas, jika ada amalan yang dibagikan di medsos, bolehkah umat Islam mengamalkannya? Untuk menjawab pertanyaan ini, simak penjelasan ulama sekaligus Pengasuh LPD Al Bahjah, KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya berikut.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Cek Sumber Amalannya
Hal pertama yang perlu diperhatikan sebelum mengamalkan amalan dari medsos adalah mengecek terlebih dahulu sumbernya dari mana. Buya Yahya mengimbau umat Islam jangan asal mengerjakan amalan jika sumbernya tidak jelas.
“Kalau ada orang share kepada Anda harus tahu dari mana itu sumbernya, kan begitu. Kalau tidak, gak bener ibadah semacam itu. Harus ada dong (sumbernya),” kata Buya Yahya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV.
Buya Yahya mengatakan, benar atau tidaknya amalan yang dibagikan di medsos harus dinilai oleh orang yang punya ilmu. Bisa saja hadis yang digunakan oleh pembuat konten tidak benar alias palsu.
“Tapi kembali kepada sumbernya. Kalau sumbernya yang ma'ruf, yang sudah selama ini dikenal, dia seorang alim, sholeh, memberi share, oke (boleh diamalkan). Tapi kalau asal (harus) waspada. Jadi jangan sampai asal mengamalkan bahkan jangan asal menge-share,” imbuhnya.
Advertisement
Sumbernya Jelas
Buya Yahya mengingatkan, di era medsos umat Islam jangan gampang menerima amalan secara mentah-mentah. Sebab, katanya, saat ini banyak juga orang yang berlomba mengajarkan kesesatan di medsos.
“Jadi makanya waspada. Maka pentingnya berguru, sambung dengan guru yang menyelamatkan Anda. Jika itu yang di-share dari guru Anda, maka boleh diterima,” katanya.
“Kalau bukan, nggak dulu, bentar dulu. Banyak hadis palsu seperti di amalan Rajab (yang dibagikan). Amalan ini pahalanya begini, sementara hadisnya palsu yang gak boleh diamalkan. Tapi kalau sumbernya jelas, ulamanya jelas, oke. Guru yang sudah Anda kenal boleh Anda amalkan,” lanjutnya.
Berdasarkan penjelasan Buya Yahya, dapat disimpulkan bahwa mengerjakan amalan dari medsos diperbolehkan asalkan sumbernya harus jelas dan orang yang menyampaikannya adalah ustadz-ustadz yang seakidah. Apabila sumbernya tidak jelas dan tidak diketahui siapa yang menyampaikannya, lebih baik tidak mengamalkannya. Wallahu a’lam.