Liputan6.com, Cilacap - Alumnus Ponpes Al-Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah Gus Baha mengisahkan pertemuannya dengan salah satu sahabatnya. Sahabatnya ini merasa dirinya sudah setaraf wali Allah.
Kisah ini beliau sampaikan di sela-sela ceramahnya. Namun yang perlu kita ketahui ialah perihal kisah ini bukan kisah yang luar biasa, namun terkategori sebagai kisah lucu dan unik.
Advertisement
Baca Juga
Sebagai informasi, wali ialah hamba Allah yang sholeh yang merupakan kekasih Allah SWT. Biasanya seorang wali dianugerahi karomah oleh Allah SWT.
Adapun karomah adalah suatu kejadian atau peristiwa luar biasa yang di luar batas kewajaran akan manusia yang terjadi pada seseorang yang mendaparkan gelar waliyullah.
Simak Video Pilihan Ini:
Merasa Jadi Wali Akhirnya Mati Kutu
Gus Baha mengisahkan cerita lucu perihal salah seorang temannya yang sama sekali tidak berani bertemu dengan wanita cantik.
Anehnya dia justru berani bertemu dengan perempuan yang jelek. Alasannya memang sangat masuk akal, sebab jika bertemu dengan wanita cantik akhirnya bisa syahwat dan tentu saja mendapatkan dosa.
Sebab ia telah terbiasa dengan yang ia lakukan tersebut, maka muncul rasa ujub pada dirinya sampai-sampai merasa telah menjadi waliyullah.
“Saya juga pernah punya teman khusyu, bertemu perempuan cantik tidak berani,” cerita Gus Baha sebagaimana dikutip dari tayangan YouTube Short @SudarnoPranoto (02/08/2024).
“Tapi bertemu perempuan jelek berani, lalu ia merasa bahwa dirinya seorang wali,” sambungnya.
Tatkala temannya menjawab alasannya enggan bertemu wanita cantik tapi bersedia bertemu dengan yang jelek, sindiran Gus justru memuatnya mati kutu.
Alasan menghindari dosa menurut Gus Baha keliru, sebab, bertemu dengan wanita jelek pun berpotensi berbuat dosa. Hanya dosanya menghina.
“Bertemu orang jelek itu enak Gus tidak berdosa karena tidak syahwat," terang Gus Baha menirukan alasan sahabatnya ini.
“Saya bilang begini: Lah mulutmu itu, bertemu orang jelek dosanya itu menghina.. ngawur saja,” kata Gus Baha membantah alasan sahabatnya itu.
Advertisement
Tanda-tanda Waliyullah menurut Ibn 'Athaillah as-Sakandari
Menukil NU Online, Syekh Ibnu Athaillah mengatakan bahwa Allah menyatakan sebagian wali-Nya dan menyembunyikan sebagian lain di tengah masyarakat. Tetapi semua wali-Nya menjadi tanda bagi masyarakat atas kehadiran-Nya.
قال رضي الله عنه سبحان من لم يجعل الدليل على أوليائه إلا من حيث الدليل عليه ولم يوصل إليهم إلا من أراد أن يوصله إليه
Artinya, “Mahasuci Allah yang tidak menjadikan tanda bagi para wali-Nya selain tanda yang menunjukkan ada-Nya. Mahasuci Allah yang tidak ‘mempertemukan’ kepada para wali selain orang yang dikehendaki sampai kepada-Nya.”
Lalu bagaimana kita dapat mengerti kehadiran wali Allah? Ini yang sulit. Pasalnya, para wali juga manusia biasa seperti hamba Allah lainnya. Hal ini tercantum pada keterangan Syekh Ibnu Abbad berikut ini.
وسمعته يقول يعنى شيخه أبا العباس رضي الله عنه يقول معرفة الولي أصعب من معرفة الله فإن الله معروف بكماله وجماله وحتى ومتى تعرف مخلوقا مثلك يأكل كما تأكل ويشرب كما تشرب وقال فيه وإذا أراد الله أن يعرفك بولي من أوليائه طوى عنك وجود بشريته وأشهدك وجود خصوصيته اهـ
Artinya, “Aku (Syekh Ibnu Athaillah) mendengarnya (maksudnya adalah gurunya), Syekh Abul Abbas Al-Mursi berkata, ‘Mengenal wali lebih sulit dari mengenal Allah. Allah dapat dikenali dengan kesempurnaan dan keindahan-Nya. tetapi kapan kau bisa mengenali tanda wali, makhluk sepertimu. Ia makan sebagaimana kamu makan, ia minum sebagaimana kamu minum.’ Ibnu Athaillah berkata di Latha’iful Minan, ‘Kalau Allah menghendakimu kenal dengan salah satu walinya, Allah melipat unsur manusiawinya di matamu dan Allah memperlihatkanmu keistimewaannya,’” (Lihat Syekh Ibnu Abbad, Syarhul Hikam, Semarang, Maktabah Al-Munawwir, tanpa catatan tahun, juz II, halaman 2).
Meskipun demikian, secara umum para wali dapat teridentifikasi. Minimal mereka mengandung tiga sifat berikut ini sebagaimana keterangan Syekh Zarruq.
ثم الولي يعرف بثلاث: إيثار الحق، والإعراض عن الخلق، والتزام السنة بالصدق
Artinya, “Tetapi waliyullah itu dapat dikenali dengan tiga tanda: mengutamakan Allah, (hatinya) berpaling dari makhluk-Nya, dan berpegang pada syariat Nabi Muhammad SAW dengan benar,” (Lihat Syekh Zarruq, Syarhul Hikam, As-Syirkatul Qaumiyyah, 2010 M/1431 H, halaman 133).
Meskipun Syekh Zarruq menyebutkan demikian, kita tetap sulit menunjuk hidung siapa wali Allah di tengah kita. Mereka beribadah sebagaimana kita. Mereka juga kadang berbuat khilaf seperti kita. Mereka berpakaian seperti kita. Mereka juga entah apa profesi kesehariannya.
Hanya bedanya, mereka terjaga dari penyakit batin dan mereka menjaga adab kepada Allah saat berbuat taat maupun saat berbuat maksiat karena kuasa-Nya atas bimbingan-Nya. Mereka sama sekali tak terduga. Karena sulitnya menentukan mereka, kita hanya bisa berlaku husnuzzhan (berbaik sangka) kepada setiap orang. Semoga dengan menghormati para kekasih Tuhan itu, kita dapat kelimpahan rahmat-Nya.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul