Liputan6.com, Cilacap - Ulama kondang asal kota yang dijuluki sebagai kota garam, Rembang, Jawa Tengah, KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) membahas perihal orang kuat.
Dengan perspektif yang berbeda dengan pemahaman orang pada umumnya, Gus Baha menjelaskan secara gamblang perihal hakikat orang kuat.
Advertisement
Baca Juga
Beliau pun mengisahkan bantahan-bantahan orang-orang yang tidak sefaham dengannya perihal definisi orang kuat.
“Saya sering dibantah, dalam tata negara Gus, presiden itu orang kuat,” kata Gus Baha, yang juga santri Mbah Moen ini, dikutip dari @alqalbumutayyam89, Rabu (14/08/2024).
Simak Video Pilihan Ini:
Ternyata Ini Orang Kuat yang Sebenarnya
Gus Baha pun membeberkan bantahan tatkala menghadapi orang-orang yang menganggap bahwa orang yang memiliki jabatan itu sebagai orang kuat.
Memang dalam konteks dunia secara, orang-orang yang memiliki jabatan seperti presiden dan menteri merupakan orang yang kuat.
Namun jika dalam konteks akhirat, tidaklah demikian. Orang-orang kuat ialah orang-orang sholeh yang mendapatkan keberuntungan di akhirat yang merupakan kehidupan yang hakiki, bukan yang memiliki jabatan.
“Ya tapi dalam tata akhirat itu orang kuat ya orang sholeh paham?,” tandas kiai yang merupakan santri kesayangan Mbah Moen ini.
“Coba sekarang andaikan sampeyan ketemu Allah, enggak usah nanti di akhirat, sekarang pun sampean yakin bahwa nafas Anda terserah Allah, rezeki Anda kehidupan anda semua tergantung Allah, kamu akan mensifati yang lain itu dlaif kan, sehingga kita dilatih Allahu Akbar,” terangnya lagi.
“Maknanya Allahu Akbar itu selain Allah itu kecil (dlaif). Tapi kita terbiasa ikut teori-teori kapitalistik teori orang-orang, Presiden itu hebat, menteri itu hebat, Pangab itu hebat," sambungnya.
“Wah uang itu penting sekali kalau ndak ada uang ndak bisa hidup. Zaman Nabi Adam di surga tidak ada uang, tapi ya tetap hidup, iya tidak?” ujarnya.
Advertisement
Cara Agar Menjadi Orang Sholeh
Menukil islami.co, dalam Risalah al-Qusyairiyyah, Imam Qusyairi mengutip kisah Ibrahim bin Adham yang menasehati seseorang yang sedang melakukan tawaf.
“Kamu tak akan mencapai derajat orang-orang shaleh sebelum kamu merubah enam hal ini” Tuturnya. Kemudian dia menjelaskan hal itu dengan jelas.
Pertama, hendaknya kamu menghindari berlebihan dalam menikmati kenikmatan dunia, serta mempersiapkan diri dalam menghadapi segala kesusahan hidup, baik dalam ibadah maupun dikala menimpa ujian.
Kedua, hendaknya dirimu waspada dari kedudukan, jabatan yang mulia, serta membuka diri dengan kerendahan hati.
Ketiga, hendaknya menggunakan waktu senggang, serta membuka pintu kesungguhan demi mencapai tujuan.
Keempat, hendaknya kamu mengurangi nikmatnya tidur, serta membuka pintu agar selalu terjaga, karena orang yang kebanyakan tidur, segala urusannya menjadi diundur-undur.
Kelima, hendaknya menggunakan kekayaan sebaik-baiknya bukan untuk berfoya-foya, serta mencoba merasakan nasib orang yang merasakan kekurangan. Hal ini bertujuan agar kita mampu merasakan seperti yang mereka rasakan, sehingga timbul kesadaran akan kepedulian terhadap mereka dengan membantu bantuan yang mereka miliki.
Keenam, hendaknya membatasi dan menutup pintu yang selalu ingin berangan-angan, dengan membuka pintu persiapan kematian yang akan dihadapi.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul