Khawatir Kehilangan Jabatan dan Harta? Ini yang Harus Ditanam Menurut Ustadz Adi Hidayat

Ustadz Adi Hidayat menekankan bahwa dengan mengingat Allah SWT dalam setiap kondisi, baik saat bahagia maupun sedih, seorang muslim akan mendapatkan ketenangan. Dengan demikian, rasa takut akan kehilangan jabatan atau harta akan tergantikan dengan rasa tawakal yang mendalam kepada Allah.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Nov 2024, 02:00 WIB
Diterbitkan 12 Nov 2024, 02:00 WIB
uah 222
Ustadz Adi Hidayat (UAH) (TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam kehidupan yang serba penuh ketidakpastian ini, banyak orang yang merasa cemas dan takut kehilangan jabatan atau harta yang telah diperoleh. Perasaan ini sering kali muncul, terutama ketika harus membuat keputusan yang berisiko, seperti jujur tentang suatu masalah atau memilih untuk berbuat baik meski ada konsekuensi materiil.

Ustadz Adi Hidayat (UAH) memberikan panduan bagaimana seharusnya seseorang menyikapi perasaan tersebut. Menurutnya, yang perlu diingat dan ditanam dalam hati ialah "Punya Allah" sebagai dasar untuk menghilangkan rasa takut tersebut.

"Saya punya Allah, maka Anda tidak akan takut kehilangan jabatan," kata UAH dalam sebuah ceramahnya. "Jika harus jujur, jangan takut, karena kita punya Allah. Demikian pula, jika Anda harus bersedekah, jangan takut kehilangan harta, karena kita punya Allah."

Pesan ini memberikan pemahaman bahwa, pada akhirnya, segala sesuatu yang kita miliki, baik jabatan maupun harta, adalah milik Allah. Kita hanya sebagai pemegang amanah yang harus menjaga dan mengelolanya dengan baik.

Pandangan ini juga mengingatkan kita untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dengan menjalani hidup berdasarkan keyakinan bahwa Allah adalah pemberi segala rezeki, seseorang akan merasa tenang dalam menghadapi segala ujian hidup. Ketakutan akan kehilangan akan berkurang, digantikan dengan rasa tawakal dan kepercayaan penuh kepada Tuhan.

Dikutip dari video ceramah dari kanal YouTube @Jedasesaat, Ustadz Adi Hidayat menyarankan agar setiap individu menanamkan dalam hati keyakinan bahwa "Punya Allah" adalah segala-galanya. Begitu seseorang menyadari bahwa Allah-lah yang memiliki segala sesuatu, rasa takut akan kehilangan akan tergantikan dengan rasa ikhlas dan tawakal yang mendalam.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Cukuplah Allah SWT sebagai Penolong

nama allah
Cukuplah Allah sebagai pelindung dan tempat berserah. (foto: Unsplash)

Sementara itu, dalam artikel yang dipublikasikan di Muhammadiyah.or.id, dibahas bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu memberikan banyak warna dalam kehidupan manusia, baik suka maupun duka. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang mengajarkan umatnya untuk menghadapi berbagai masalah hidup dengan kesabaran dan doa. Sebagai manusia, sudah sewajarnya kita menghadapi berbagai ujian, dan terkadang ujian-ujian tersebut datang dalam bentuk rasa takut, kelaparan, bahkan kehilangan.

Dalam situasi semacam itu, seorang muslim diajarkan untuk berdoa dan berdzikir. Dalam kitab al-Faraj Ba’da asy-Syiddah karya at-Tanukhi, dijelaskan bahwa al-Hasan al-Bashri pernah mengatakan bahwa seorang muslim yang menghadapi musibah perlu mengingat lima ayat Al-Qur'an yang mengandung dzikir tertentu yang sangat bermanfaat. Dzikir ini dapat membantu seseorang untuk tetap tegar dan beriman saat ujian datang.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 155-157 yang artinya: "Dan sungguh Kami akan menguji kalian dengan sebagian rasa takut, kelaparan, dan kekurangan dari harta, jiwa, dan buah-buahan. Maka berilah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang jika ditimpa musibah, mereka berucap, 'Inna lillahi wa inna ilayhi raji'un.' Maka untuk merekalah doa keselamatan dari Rabb mereka dan juga rahmat-Nya, dan merekalah orang-orang yang diberi petunjuk."

Kalimat "Inna lillahi wa inna ilayhi raji'un" sudah tidak asing lagi di kalangan umat Islam, terutama ketika menghadapi musibah. Namun, sebenarnya kalimat ini juga sangat relevan dalam kehidupan sehari-hari, terutama saat seseorang merasa takut akan kehilangan sesuatu yang sangat berharga bagi dirinya, seperti jabatan atau harta. Pengucapan kalimat ini mengingatkan umat Islam bahwa segala yang ada di dunia ini adalah milik Allah dan kita semua akan kembali kepada-Nya.

Kalimat dzikir lain yang juga sangat penting adalah "Hasbunallah wa ni'mal wakiil", yang terdapat dalam Surat Ali Imran ayat 173-174. Ayat ini menceritakan tentang situasi sulit di mana sekelompok orang mengatakan kepada orang beriman bahwa musuh telah berkumpul untuk menyerang mereka. Namun, orang-orang beriman ini justru semakin yakin dan berkata, "Cukuplah Allah sebagai pelindung dan tempat berserah." Kalimat ini mengajarkan umat Islam untuk menyerahkan segala urusan kepada Allah, terutama saat menghadapi tantangan besar dalam hidup.

Menurut Ustadz Adi Hidayat, setiap muslim yang menghadapi ketakutan atau kesulitan dalam hidup, baik itu terkait pekerjaan, keluarga, atau harta, harus selalu mengingat dan mengucapkan kalimat ini. Ketika seseorang mengucapkan "Hasbunallah wa ni'mal wakiil", itu adalah tanda penyerahan penuh kepada Allah atas segala takdir yang diberikan-Nya.

Selain itu, dalam Surat Ghafir ayat 44-45, Allah berfirman mengenai kisah Nabi Musa yang menghadapi penentangan dari kaumnya. Dalam ayat tersebut, Allah menyatakan, "Dan aku serahkan urusanku ini kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui (kondisi) hamba-Nya." Ustadz Adi Hidayat mengutip ayat ini untuk menjelaskan bahwa dalam menghadapi ketakutan dan ujian hidup, seseorang perlu menyerahkan segala urusan kepada Allah dan percaya bahwa Allah akan melindunginya dari segala keburukan.

 

Dengan Doa dan Dzikir, Hanya Bergantung Kepada Allah SWT

Melakukan Tadarus dan Memperbanyak Dzikir
Ilustrasi Al-Qur’an Credit: pexels.com/Tayeb

Serupa dengan kisah Nabi Yunus yang terdapat dalam Surat Al-Anbiya ayat 87-88, yang merasa putus asa karena kaumnya menolak ajarannya dan akhirnya berdoa kepada Allah di tengah kesulitan. "Laa ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadz dzalimin" (Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang yang zalim). Kalimat ini adalah bentuk penyesalan dan doa dari Nabi Yunus yang meminta pertolongan Allah untuk menyelamatkannya dari kesulitan.

Ustadz Adi Hidayat menambahkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang bisa mengalami situasi di mana segala usaha terasa sia-sia dan segala jalan tampak buntu. Dalam kondisi tersebut, doa Nabi Yunus sangat relevan untuk dibaca, karena ia mengajarkan bahwa penyerahan diri kepada Allah adalah jalan untuk keluar dari kesulitan.

Sementara itu, dalam Surat Ali Imran ayat 148-149, Allah mengajarkan umatnya untuk memohon ampunan ketika menghadapi masalah yang besar. "Rabbanaghfir lana dzunubana wa israfanaa fii amrina wa tsabbit aqdamana wanshurna 'alal qaumil kaafirin" (Wahai Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan sikap kami yang berlebihan dalam urusan kami, kuatkanlah pijakan kaki kami, dan menangkanlah kami atas orang-orang kafir). Ayat ini mengajarkan pentingnya memohon ampunan kepada Allah agar diberi kekuatan dalam menghadapi ujian.

Melalui doa dan dzikir ini, umat Islam diajarkan untuk tidak hanya bergantung pada kekuatan dan upaya pribadi, tetapi juga selalu berharap kepada Allah sebagai sumber kekuatan dan pertolongan. Inilah inti dari apa yang disampaikan oleh Ustadz Adi Hidayat: Tanamkan dalam hati bahwa kita memiliki Allah, maka kita tidak akan takut kehilangan apapun dalam hidup ini.

Ustadz Adi Hidayat juga menekankan bahwa dengan mengingat Allah dalam setiap kondisi, baik saat bahagia maupun sedih, seorang muslim akan mendapatkan ketenangan. Dengan demikian, rasa takut akan kehilangan jabatan atau harta akan tergantikan dengan rasa tawakal yang mendalam kepada Allah. Sebagai hasilnya, hidup menjadi lebih bermakna, penuh dengan kedamaian, dan terhindar dari perasaan cemas yang berlebihan.

Ketika seseorang sudah memupuk keyakinan tersebut, maka apapun yang terjadi dalam hidup, baik kehilangan atau tantangan, akan diterima dengan lapang dada, karena ia percaya bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah milik Allah. Ini adalah kunci untuk hidup yang lebih tenang dan penuh berkah.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya