Liputan6.com, Jakarta - Nama Gus Miftah kembali menjadi perbincangan setelah video yang menampilkan dirinya diduga mengolok-olok seorang penjual es teh viral di media sosial. Dalam video tersebut, sang pendakwah tampak berbincang dengan penjual es teh, namun ucapannya dianggap merendahkan martabat orang lain.
Kejadian ini memicu reaksi beragam di kalangan masyarakat. Banyak yang mempertanyakan, apakah tindakan seperti ini pantas dilakukan oleh seorang pendakwah. Dalam suasana media sosial yang serba cepat, video ini pun memunculkan diskusi luas tentang adab dalam berinteraksi.
Advertisement
Belakangan, Gus Miftah meminta maaf dan mengklarifikasi tindakannya. Dia juga mendatangi si penjual es teh tersebut.
Advertisement
Merujuk pada ajaran Islam, perbuatan merendahkan orang lain merupakan sesuatu yang sangat dilarang. Dalam Al-Qur'an, Surat Al-Hujurat ayat 11, Allah SWT berfirman:
"يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰ أَن يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِّن نِّسَاءٍ عَسَىٰ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُوْلَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ."
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan-perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu memanggil dengan gelar-gelar yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman. Dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim."
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Panduan Akhlak Mulia
Ayat ini menekankan pentingnya menjaga kehormatan sesama manusia, tanpa memandang latar belakang atau status sosial mereka. Dalam tafsir Al-Maraghi, ayat ini turun berkenaan dengan kelompok Bani Tamim yang mengejek para sahabat Nabi yang miskin, seperti Bilal, Shuhaib, Salman al-Farisi, dan lainnya.
Mengutip nu.or.id, KH A Mustofa Bisri (Gus Mus) dalam salah satu dawuhnya pernah mengingatkan umat Islam untuk sering-sering membaca dan merenungkan Surat Al-Hujurat. Menurutnya, surat ini menjadi panduan akhlak mulia dalam kehidupan bermasyarakat, khususnya di era media sosial saat ini.
Dampak media sosial memang sangat luar biasa. Seperti disampaikan dalam ulasan nu.or.id, media sosial kerap menjadi ajang untuk saling mengolok-olok, baik kepada tokoh agama maupun masyarakat biasa. Sayangnya, tindakan seperti ini sering kali dilakukan tanpa memikirkan dampak buruknya bagi pihak yang dihina.
Kasus seperti ini mengajarkan umat Islam untuk lebih berhati-hati dalam berucap, baik secara langsung maupun di media sosial. Dalam ajaran Islam, mengolok-olok orang lain bukan hanya melukai perasaan, tetapi juga termasuk dosa besar.
Buya Yahya, pengasuh LPD Al Bahjah, pernah menekankan pentingnya introspeksi diri atau muhasabah untuk menjaga lisan dan tindakan. Menurutnya, “Mencela atau merendahkan orang lain bisa jadi menunjukkan kekurangan diri kita, bukan orang yang kita hina.”
Gus Miftah sendiri dikenal sebagai pendakwah yang kerap menyampaikan pesan-pesan toleransi dan keberagaman. Namun, dengan adanya insiden ini, warganet berharap agar kejadian serupa tidak terulang lagi di masa depan.
Advertisement
Pentingnya Menjaga Lisan
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ"
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam." (HR. Bukhari dan Muslim).
Pelajaran dari kasus ini adalah pentingnya menjaga lisan sebagai cerminan akhlak mulia. Sebuah ucapan, sekecil apa pun, dapat memberikan dampak besar bagi orang lain, baik positif maupun negatif.
Di tengah hiruk pikuk media sosial, umat Islam diajak untuk lebih bijak dalam bertindak dan berbicara. Pesan Al-Qur’an dan hadis Rasulullah SAW mengingatkan kita bahwa kehormatan manusia adalah sesuatu yang harus dijaga.
Kejadian ini juga memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk belajar, bahwa kritik terhadap tokoh atau seseorang harus dilakukan dengan adab, tanpa menjatuhkan kehormatan pihak lain.
Pada akhirnya, kejadian ini menjadi pengingat bersama untuk terus meneladani akhlak Rasulullah SAW dalam setiap aspek kehidupan.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul