Liputan6.com, Cilacap - KH Hamim Djazuli atau lebih kondang dengan sapaan Gus Miek ini diyakini banyak orang sebagai salah seorang wali Allah SWT. Segmen dakwahnya pun tergolong unik. Gus Miek memilih lahan dakwah di dunia gelap seperti diskotik dan tempat-tempat maksiat lainnya.
Kepopuleran Gus Miek tak hanya disitu. Banyak kisah karomah Gus Miek yang begitu menakjubkan, dan terkadang sukar dicerna oleh akal.
Advertisement
Tanda-tanda kewaliannya ini sebenarnya sudah diketahui semenjak dirinya masih kecil yakni baru berumur 9 tahun. Saat usia kanak-kanak inilah Gus Miek pernah membuat takjub ayahnya atas karomah yang dimilikinya ini.
Advertisement
Baca Juga
Lantas karomah apa yang membuat ayah Gus Miek, KH. Djazuli Usman ini dibuatnya takjub. Simak kisahnya berikut ini sebagaimana dikutip dari tayangan YouTube Short @SPORTS_30626, Sabtu (14/12/2024).
Simak Video Pilihan Ini:
Masih Kecil Sudah Bikin Takjub Ayahnya
Gus Miek yang kala itu berumur 9 tahun sudah menunjukkan bahwa beliau kelak akan menjadi seorang waliyullah yang memiliki banyak karomah.
Pada peristiwa yang berkaitan dengan wafatnya KH. Romli, Peterongan, Jombang yang merupakan mursyid tarekat Qadiriyah dan dikenal sebagai ulama besar.
Kala itu, utusan keluarga KH. Romli menyampaikan kabar wafatnya kepada KH. Djazuli Usman. Setelah mendengar kabar ini KH. Djazuli beserta keluarga bersiap-siap berangkat untuk melayat ke Peterongan.
Kala itu Gus Miek sedang tiduran di kamarnya. “Miek semua mau takziah ke Kia Romli Peterongan, kamu ikut tidak?” tanya KH. Djazuli.
Menjawab tawaran ayahnya Gus Miek hanya menjawab singkat. “Malas bah,” jawab Gus Miek.
Akhirnya mereka menuju Peterongan, kecuali Gus Miek. Begitu tiba di Peterongan disambut oleh Nyai Romli.
KH Djazuli Usman berkata, “Miek tidak ikut, tadi diajak tidak mau,”
“Lah Gus Miek sudah seminggu di sini, menunggu KH. Romli sampai meninggal, barusan sudah diantar pulang,” jawab Nyai Romli.
Singkat cerita sampai di Ploso, KH. Djazuli Usman memanggil Juwirin dan bertanya, “Selama aku di Peterongan Amik pergi ke mana saja?”
Juwirin menjawab, “Gus Miek tidak ke mana-mana, sejak Kiai pergi sampai sekarang, Gus Miek masih tidur di kamar,” Mendengar itu KH. Djazuli Usman pun dibuat kebingungan.
Advertisement
Sekilas tentang Biografi Gus Miek
Gus Miek lahir pada 17 Agustus 1940 dengan nama Hamim Tohari Djazuli, Gus Miek merupakan putra KH. Jazuli Utsman, yaitu seorang ulama sufi dan ahli tarekat pendiri Ponpes Al Falah Mojo, Kediri dengan Nyai Rodhiyah.
Gus Miek merupakan putra ketiga dari enam bersaudara. Sejak kecil Gus Miek telah dikenal dengan suaranya yang merdu dan fasih saat membaca Al Quran.
Gus Miek juga merupakan seorang hafidz atau penghafal Al-Quran. Gus Miek percaya bahwa Al-Qur'an adalah tempat mengadukan segala permasalahan hidupnya yang tidak bisa dimengerti orang lain.
Dengan mendengarkan dan membaca Al-Quran, Gus Miek merasakan ketenangan dan tampak dirinya berdialog dengan Tuhan, walaupun membentuk sema’an alquran dan jama’ah Dzikrul Ghofilin.
Pendidikan awal Gus Miek ditempuh dengan masuk di Sekolah Rakyat (SR), namun tidak sampai selesai karena sering membolos. Dalam pendidikan belajar membaca al-Qur'an, Gus Miek dibimbing langsung oleh ibunya, kemudian ia diserahkan kepada Ustadz Hamzah. Sedangkan dalam pendidikan belajar kitab, Gus Miek beserta para saudaranya diajar langsung oleh ayahnya.
Saat usianya menginjak umum 9 tahun, Gus Miek telah mengenal ulama-ulama besar. Beberapa ulama tersebut yang sering dikunjungi Gus Miek adalah K.H. Mubasyir Mundzir (PP. Ma'unah Sari) , Kediri; K.H. Ali Mas'ud (Gus Ud) Pagerwojo, Sidoarjo; dan K.H. Hamid, Pasuruan. Ketika berkunjung ke rumah Gus Ud di Sidoarjo, untuk pertama kalinya Gus Miek bertemu dengan K.H. Ahmad Shiddiq yang pada saat itu menjadi sekertaris pribadi K.H. Wahid Hasyim.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul