Berulangkali Taubat tapi Maksiat lagi, Apakah Masih Dapat Ampunan Allah? Simak Nasihat Adem Ustadz Adi Hidayat

Ustadz Adi Hidayat menjelaskan perihal seseorang yang berulang kali tobat dan berulang kali juga kembali bermaksiat

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Des 2024, 05:30 WIB
Diterbitkan 26 Des 2024, 05:30 WIB
Ustadz Adi Hidayat (UAH) mengisi kajian Islam di Uluu Camii Moskee, Utrecht. (Foto: Liputan6.com/Istimewa)
Ustadz Adi Hidayat (UAH) mengisi kajian Islam di Uluu Camii Moskee, Utrecht. (Foto: Liputan6.com/Istimewa)

Liputan6.com, Cilacap - Taubat dari maksiat sudah seyogyanya dilakukan oleh manusia yang telah melakukan kesalahan kepada Allah SWT.

Baik kesalahan itu sifatnya horizontal dengan makhluk-Nya ataupun vertikal, seperti lalai dalam beribadah.

Namun jika tobat dilakukan berulang kali sebab telah berkali-kali melakukan maksiat kepada Allah SWT, apakah mendapatkan ampunan dari Allah SWT?

Perihal berulang kali tobat dan kembali melaksanakan perbuatan maksiat ini menjadi salah satu topik dalam ceramah ustadz muda asal Banten, yakni Ustadz Adi Hidayat (UAH).

Lantas bagaimana pendakwah lulusan Kulliya Dakwah Islamiyah menanggapi seseorang yang berulang kali taubat dan berulang kali juga kembali bermaksiat, apakah dia mendapat ampunan Allah?

 

Simak Video Pilihan Ini:

Jangan Putus Asa

uah adi hidayat
Ustadz Adi Hidayat (UAH) (SS TikTok)

UAH menerangkan bahwa seseorang itu tidak boleh putus asa dari tobat alias berhenti tobat setelah berulang kali melakukan kemaksiatan kepada Allah SWT.

“Jangan putus asa dari tobat,” demikian komentar UAH dikutip dari tayangan YouTube Short @askartdr9440, Rabu (25/12/2024).

Hal yang paling baik dilakukan menurut pendakwah muda ini ialah mengikuti maksiat dengan tobat atau mengikuti keburukan dengan kebaikan.

“Kalau sekarang di tobati ada maksiat lagi, tobat lagi,” imbuhnya.

Tobat yang dilakukan terus menerus ini akhirnya membawa kita ke titik puncak kejenuhan sehingga maksiat yang kita lakukan ini tak luput dari tobat.

Pun demikian halnya jika kita terus menerus tobat kepada Allah SWT menjadikan akhir hidup kita dalam kondisi bertobat kepada Allah SWT.

“Terus tobat terus, sampai hati anda merasa lelah dan mulai kemudian tunduk untuk bertobat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala,” demikian saran UAH.

“Jangan putus asa dari tobat ya, mudah-mudahan saat wafat, ajal tiba dalam keadaan sedang bertobat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala,” pungkasnya.

Syarat Tobat yang Benar dan Diterima Allah

Ilustrasi berdoa, bacaan doa tobat nasuha
Ilustrasi berdoa, bacaan doa tobat nasuha. (Photo on Freepik)

Melansir arsyadislamicschool.sch.id, ada empat syarat taubat agar diterima Allah SWT.

1. Mengakui dosa

2. Harus memiliki rasa penyesalan

Menyesali serta merasa sedih atas dosa yang pernah dilakukan, sebagai bukti penyesalan yang sesungguhnya kepada Allâh dan luluh dihadapan-Nya serta murka pada hawa nafsunya sendiri yang terus membujuknya untuk melakukan keburukan. Taubat seperti ini adalah taubat yang benar-benar dilandasi akidah, keyakinan dan ilmu.

3. Memiliki keinginan yang kuat

Jika maksiat atau dosa itu disebabkan karena ia melakukan sesuatu yang diharamkan, maka dia langsung meninggalkan perbuatan haram tersebut seketika itu juga. Jika dosa atau maksiat akibat meninggalkan sesuatu yang diwajibkan, maka dia bergegas untuk melakukan yang diwajibkan itu seketika itu juga.

4. Memohon ampun kepada Allah

Tanda-Tanda Tobat Diterima

1. Setelah bertaubat ia melihat dirinya tidak suci dan tidak bersih dari maksiat

“Janganlah kalian menganggap diri kalian suci dan sholeh”. Hanya nabi dan rasullah yang terjaga dari maksiat. Jadi, jika ingin bahagia ingatla selalu dosa dan maksiat, jangan sampai diri kita takabur dan merasa sholeh dari orang lain. Sesungguhnya orang yang bertakwa adalah orang yang berburuk sangka kepada dirinya.

2. Hatinya lebih banyak sedih dari pada gembiranya

3. Kita senantiasa memikirkan bagaimana pertanggung jawaban kepada Allah swt. Orang yang beriman jika mendapat nikmat ia bersyukur dan mendapat ujian ia bersabar. Sesungguhnya tidak ada nikmat dan ujian yang kekal.

4. Berkumpul dengan orang-orang sholeh, yaitu Menjaga dirinya dari maksiat dengan cara mengikuti kajian dan majelis ilmu.

5. Melihat nikmat sebagai nikmat yang besar

6. Menyibukkan dirinya dengan kebaikan

7. Tahu bagaimana cara menjaga lisan.

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya