Logikanya Air Itu Seharusnya Hilang Terserap Tanah, tapi Kenapa Masih Ada Terus? Ini Kata Gus Baha

Gus Baha menegaskan bahwa keberadaan air adalah salah satu bentuk pengelolaan Allah SWT atas bumi. Air tidak hanya tetap ada, tetapi juga tersedia dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Jan 2025, 10:30 WIB
Diterbitkan 27 Jan 2025, 10:30 WIB
Gus Baha
Gus Baha (TikTok)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Air merupakan salah satu nikmat Allah SWT yang sering terlupakan oleh manusia. KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha, pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an Lembaga Pembinaan, Pendidikan, dan Pengembangan Ilmu Al-Qur'an (LP3IA) Rembang, menjelaskan fenomena unik ini dari perspektif logika dan agama.

Dalam ceramahnya, Gus Baha mengingatkan betapa air adalah karunia yang seharusnya lebih disyukuri dibandingkan harta benda lain.

"Logikanya, air itu nggak ada," ujar Gus Baha.

Ia menjelaskan bahwa tanah, dengan tekstur yang menyerap, seharusnya membuat air terus meresap ke dalam lapisan bumi. Apalagi di bawah tanah terdapat magma, yang secara teori bisa menyebabkan air hilang.

Seperti dirangkum dari tayangan video di kanal YouTube @ngajisantri93, Gus Baha memberikan perumpamaan sederhana untuk menyadarkan manusia. “Coba kamu pikirkan, air itu kan di tanah, teksturnya menyerap. Kudune meresap terus, mudun ngisor terus. Tapi nyatanya, Allah SWT mengelola agar air tetap ada. Itu yang kadang kita lupakan," tuturnya.

Ia menekankan bahwa keberadaan air adalah salah satu bentuk pengelolaan Allah SWT atas bumi. Air tidak hanya tetap ada, tetapi juga tersedia dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia. Mulai dari konsumsi, memberi minum ternak, hingga menyirami tanaman, semuanya adalah bukti pengaturan ilahi yang luar biasa.

Namun, sayangnya, manusia sering lupa akan hal ini. "Normalnya, air itu hilang kalau kita pakai teori logika," kata Gus Baha. "Tapi karena kasih sayang Allah, air tetap ada. Ironisnya, banyak orang yang justru lebih memikirkan hal-hal duniawi seperti mobil atau kekayaan, dibandingkan menghargai keberadaan air."

Gus Baha pun memberikan perbandingan yang mencolok. "Sekarang ini, kalau orang nggak punya Alphard atau Innova, merasa nggak keren. Padahal, kalau nggak ada air putih, kita bisa mati. Gak punya mobil nggak bikin mati, tapi nggak punya air, bisa bikin sengsara," ujarnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Sitir Surah Al-Mulk Ayat 30, Ini Penjelasannya

Ilustrasi air terjun  (sumber: Pixabay)
Ilustrasi air terjun (sumber: Pixabay)... Selengkapnya

Dalam kesempatan tersebut, Gus Baha mengutip Surah Al-Mulk ayat 30 untuk menegaskan pesan ini. Ayat tersebut berbunyi: "Qul ara'aitum in ahbaha mā'ukum gauran famay ya'tīkum bimā'im ma'īn(in)." Artinya, "Katakanlah (Nabi Muhammad), 'Terangkanlah kepadaku jika (sumber) air kamu surut ke dalam tanah, siapa yang akan memberimu air yang mengalir?'"

Menurut Gus Baha, ayat ini mengingatkan bahwa hanya Allah SWT yang mampu memberikan air, nikmat yang sangat vital untuk kehidupan manusia. Dengan ayat tersebut, manusia diingatkan agar senantiasa bersyukur dan tidak mengabaikan nikmat yang sering dianggap sepele.

Surat Al-Mulk sendiri merupakan surat Makkiyah yang terdiri dari 30 ayat. Nama Al-Mulk diambil dari kata Al-Mulk pada ayat pertama, yang berarti kerajaan atau kekuasaan. Surat ini menegaskan kebesaran Allah sebagai penguasa segala sesuatu, termasuk pengelolaan air di bumi.

"Allah mengatur semuanya dengan detail. Bahkan, air yang ada di sekitar kita adalah bukti nyata bagaimana Allah menjaga keseimbangan alam," jelas Gus Baha. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan air bukanlah sesuatu yang kebetulan, melainkan hasil dari pengelolaan Allah SWT yang penuh hikmah.

Lebih lanjut, Gus Baha mengingatkan bahwa manusia sering lalai ketika diberi nikmat. "Kadang sudah diingatkan pun tetap saja lupa," ujarnya dengan nada prihatin. Padahal, kesadaran terhadap nikmat seperti air seharusnya menjadi prioritas utama dalam kehidupan manusia.

Ia juga mengajak para pendengarnya untuk merenungkan makna ayat tersebut. Jika air benar-benar surut ke dalam tanah, siapa yang bisa menjamin kita tetap memiliki air bersih? Pertanyaan ini, menurut Gus Baha, adalah refleksi mendalam yang seharusnya membuat manusia lebih rendah hati.

Perbanyak Bersyukur

Ilustrasi air putih panas, hangat
Ilustrasi air putih panas, hangat. (Image by freepik)... Selengkapnya

Selain itu, Gus Baha juga menekankan bahwa kesadaran terhadap nikmat air bisa menjadi pembelajaran penting bagi umat manusia. Dengan menyadari pentingnya air, manusia akan lebih bijak dalam menggunakan sumber daya yang ada.

Ia juga mengajak umat untuk lebih sering bersyukur. "Bersyukur itu tidak hanya ucapan, tetapi juga tindakan. Gunakan air dengan bijak, jangan sampai mubazir," pesannya.

Melalui ceramahnya, Gus Baha mengingatkan bahwa kehidupan manusia sangat bergantung pada nikmat-nikmat kecil seperti air. Tanpa air, semua hal yang kita anggap penting akan kehilangan maknanya.

Pesan ini relevan di tengah fenomena gaya hidup modern yang sering kali menempatkan harta benda di atas kebutuhan mendasar seperti air. Gus Baha mengajak untuk kembali merenungi esensi kehidupan, di mana kebutuhan dasar harus lebih dihargai dibandingkan keinginan duniawi.

Sebagai penutup, Gus Baha mengingatkan, "Kalau kita kehilangan air, kita baru sadar betapa berharganya nikmat ini. Jangan tunggu sampai saat itu tiba. Belajarlah bersyukur mulai sekarang." Pesan ini diharapkan bisa menggugah hati banyak orang untuk lebih menghargai nikmat Allah SWT, terutama air.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya