Liputan6.com, Jakarta The Body Shop tengah menjadi sorotan karena akan menutup gerainya di Sutton Coldfield Gracechurch Center, Inggris, pada Februari 2018. Hal itu mengundang pertanyaan, apakah berpengaruh penutup gerai di Inggris berpengaruh dengan The Body Shop lainnya, termasuk Indonesia.
Bisnis ritel di Indonesia memang tengah dinamis saat ini, termasuk The Body Shop yang memutuskan untuk tidak ketinggalan mengatisipasi perkembangan teknologi. Salah satunya adalah dengan channel e-commerce. The Body Shop sendiri telah melakukan penjualan melalui e-commerce sejak 2012 dan di Indonesia dimulai tahun berikutnya, 2013.
Baca Juga
Membesarkan channel e-commerce untuk label perawatan kulit yang telah memiliki 147 gerai di Indonesia ini penuh tantangan. PR Manager the Body Shop Indonesia Ratu Ommaya menyatakan para costumer masih lebih nyaman untuk datang ke toko The Body Shop dan mencoba langsung produk yang diinginkan.
Advertisement
Tren belanja pengguna The Body Shop Indonesia
Hal ini membuktikan bahwa interaksi di gerai The Body Shop sendiri masih berjalan dengan baik sampai sekarang. Namun hal tersebut lumrah terjadi, karena dua sistem penjualan harus dapat berjalan dengan baik. Ia juga membeberkan strategi yang dipakai untuk menjalani kedua sistem tersebut.Â
"Untuk menggaet lebih banyak customer, The Body Shop Indonesia mengaktifkan 360 degrees marketing. Mulai dari penampilan toko sampai kolaborasi untuk acara off air. Kami membidik generasi milenial sebagai target market yang potensial bagi The Body Shop saat ini," ujar PR Manager the Body Shop Indonesia, Ratu Ommaya.
Advertisement
Tren belanja pengguna The Body Shop Indonesia
Mungkin Anda juga penasaran, apa saja produk andalan The Body Shop yang paling populer untuk penjualan online?
"Rangkaian Tea Tree, Body Mist, dan Himalayan Charcoal Purifying Glow Mask," sebut Ratu ketika dihubungi oleh TIm Liputan6.com, Selasa (30/1/2018).
Â