Liputan6.com, Jakarta - Industri wisata Timur Tengah sedang harap-harap cemas setelah Amerika Serikat mengakui pembunuhan pemimpin militer Iran, Qassem Soleimani, saat menumpang helikopter. Kasus itu memicu ketegangan dan ancaman keamanan bagi warga di kawasan.
Dilansir dari Independent.co.uk, Senin (6/1/2020), ketegangan itu menyebabkan Pemerintah Inggris dan AS memperingati warganya yang berwisata di Timur Tengah, khususnya Uni Emirat Arab dan Oman, agar waspada. Pada Sabtu, 4 Januari 2020, Kantor Luar Negeri Inggris memperbarui saran perjalanannya ke semua negara di kawasan itu.
Advertisement
Baca Juga
Pesannya berbunyi, "Setelah kematian Jenderal Iran Qasem Soleimani dalam serangan AS di Baghdad pada 3 Januari, warga negara Inggris di kawasan itu harus tetap waspada dan ikuti perkembangan terbaru, termasuk melalui media dan saran perjalanan ini."
Sementara, Kedutaan AS di Uni Emirat Arab mengeluarkan pernyataan, "Warga AS sangat didorong untuk mempertahankan tingkat kewaspadaan yang tinggi dan mempraktikkan kesadaran situasional yang baik."
Setiap peringatan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Inggris dan AS meningkatkan perasaan was-was pada mereka yang sedang menghabiskan waktu di Timur Tengah. Apalagi, Pemerintah Inggris dan AS juga membuat daftar tempat yang tidak disarankan untuk dikunjungi, yakni Iran, Irak, serta Yaman.
Meski begitu, bisnis perjalanan wisata masih berjalan seperti biasa, yakni belum adanya yang mengajukan perubahan atau pembatalan perjalanan secara signifikan.
Peringatan itu juga direspons oleh Kantor Luar Negeri Qatar dan Oman."Serangan teroris tidak dapat dikesampingkan. Serangan bisa dilakukan tanpa pandang bulu, termasuk di tempat-tempat yang dikunjungi oleh orang asing."
Simak Video Pilihan di Bawah Ini:
Konsekuensi Ketegangan
Jika Anda sudah punya rencana untuk berpergian ke kawasan Timur Tengah, ada baiknya Anda turut memperhatikan peringatan dari Kantor Luar Negeri. Namun jika masih ragu untuk melanjutkan keberangkatan, Anda bisa mengubah rencana tanpa khawatir terkena pinalti. Ketentuan itu berlaku untuk perjalanan ke Dubai, Abu Dhabi, Ras al Khaimah dan beberapa tempat lain.
Selain itu, sebuah perusahaan perjalanan yang mengatur liburan dari Inggris mengatakan bahwa penyelenggara perjalanan kali ini tidak memberikan pelayanan yang maksimal. Hal ini disebabkan 'keadaan yang tidak dapat dihindari dan luar biasa'. Beberapa wisatawan juga mendapatkan hak untuk pengembalian uang penuh atas ketidaknyamanan ini tersebut.
Tetapi saat ini, penerbangan ke Dubai dan di tempat lain di wilayah Timur Tengah berlanjut sesuai jadwal, dan infrastruktur pariwisata di Uni Emirat Arab berjalan secara normal.
Sementara untuk transportasi udara, sebagian penerbangan lalu lintas Eropa-Asia dialihkan melalui Teluk dari jalur penerbangan biasanya melintasi Irak atau Iran. Jika maskapai memutuskan untuk mengubah rute mereka, itu akan menyebabkan perjalanan yang lebih lama, koneksi yang tidak terjawab, dan biaya bahan bakar yang lebih tinggi. (Adhita Diansyavira)
Advertisement