Liputan6.com, Jakarta - Persaingan produk antara berbagai negara di dunia tak bisa dihindarkan. Negara-negara berusaha mendorong produk lokal mereka tembus ke pasar global, tak terkecuali Indonesia.
Kualitas tentu menjadi faktor penting agar produk dalam negeri mampu mencuri perhatian pasar global. Namun, banyak orang yang penasaran seperti apa kualitas produk dalam negeri kita sekarang ini.
"Produk lokal saat ini mulai merajai pasar lokal, khususnya produk kreatfi anak muda. Selain itu, masih membutuhkan upaya penguatan untuk bersaing di pasar global agar tidak diekspor dalam bentuk komoditas," kata Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop dan UKM), Victoria Simanungkalit, secara tertulis kepada Liputan6.com, Jumat malam, 14 Agustus 2020.
Advertisement
Baca Juga
Kata Victoria, peluang pemasaran global UMKM Indonesia dari sektor ekonomi kreatif, berdasarkan data Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) pada 2016, ada tiga sektor besar ekspor ekonomi kreatif berturut-turut. Tiga sektor tersebut adalah fashion sebesar 54,54 persen, kriya 39,01 persen, dan kuliner sebesar 6,31 persen.
"Untuk fashion, sebagai negara muslim terbesar di dunia, UMKM Indonesia juga berpeluang sebagai produsen terpenting di sektor fashion muslim. Hal ini diperkuat dengan data Global Islamic Economy Report tahun 2019/2020 yang menyebutkan Indonesia berada pada peringkat ketiga dalam sektor fashion muslim dunia. Dalam report ini juga diprediksi pertumbuhan pasar fashion muslim pada 2024 akan mencapai 402 miliar dolar AS," papar Victoria.
Berdasarkan data tersebut, produk lokal dapat bersaing di pasar global. Namun, lanjut Victoria, semua itu diperlukan akselerasi, standardisasi, dan sertifikasi global agar dapat lebih mudah diterima secara internasional.
Lebih jauh Victoria menjelaskan, saat ini ekspor nonmigas Indonesia didukung oleh tiga sektor, yaitu pertanian, pengolahan, dan pertambangan. Ekspor nonmigas terbesar dari sektor pertanian, yaitu kopi, teh, dan rempah.
Selain itu, buah dan kacang–kacangan, ikan dan produk laut, dan minyak dari biji-bijian. Ekspor nonmigas terbesar dari sektor pengolahan, yaitu lemak dan minyak hewan dan nabati, mesin dan peralatannya, kendaraan dan bagiannya, serta karet.
"Produk lokal yang diminati di pasar global antara lain produk pertanian organik dan olahan dan turunannya, hasil perikanan dan olahan maupun turunan, buah tropis dan olahan, produk makanan minuman kemasan, furniture, handicraft, serta moslem fashion," tutur Victoria.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tembus ke Pasar Global
Upaya untuk tembus ke pasar global, Victoria Simanungkalit menjelaskan, UKM perlu meningkatkan kualitas produk dan manajemen untuk dapat mencapai standar global. Beberapa upaya yang perlu dilakukan di antaranya peningkatkan pemahaman terhadap standarisasi dan sertifikasi global.
Selain itu, memilih bahan baku dengan kualitas terbaik dengan memberdayakan sumber daya lokal, memastikan proses produksi dari hulu ke hilir sesuai standar.
"Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mendukung hal ini antara lain, perluasan ke pasar produk dan jasa, peningkatan daya saing produk dan jasa, fasilitasi standarisasi dan sertifikasi global," ujar Victoria.
Di samping itu, lanjut Victoria, pengembangan produk disesuaikan dengan kebutuhan pasar (market inteligent), akselerasi pembiayaan dan investasi, pengembangan kapasitas manajemen SDM, kemudahan dan kesempatan berusaha, koordinasi lintas sektor.
"Negara yang banyak menerima produk lokal Indonesia, di antaranya Tiongkok, Amerika Serikat, Jepang, India, Korea, Taiwan, Australia," ujar Victoria.
UMKM Indonesia memiliki peluang untuk dapat bersaing di pasar global dengan beberapa upaya, di antaranya memahami dan mengoptimalkan potensi yang kita miliki, menguasai informasi pasar, menggunakan tools yang sejalan dengan tren perubahan global, inovasi produk.
"Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mendukung hal ini antara lain, yaitu digitalisasi UMKM, promosi dan eksibisi, local brand, Go Global, layanan market intelligence, konsolidasi sistem logistik, dan membangun trading house produk UMKM," kata Victoria.
Advertisement
Masalah Mindset
Dihubungi secara terpisah, pendiri bisnis oleh-oleh Malang Strudel sekaligus Presiden Komunitas Tangan Di Atas (TDA), Donny Kris Puriyono mengungkapkan produk lokal Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat. Sekitar tiga tahun belakangan ini bahkan, spirit tentang produk lokal Indonesia sangat luar biasa, terutama anak-anak muda.
"Mereka mendorong dan bangga dengan produk daerahnya dan dan mengangkat bran-bran nasional. Dengan kualitas baik, tentu membuat produk-produk lokal dapat bersaing di pasar global," ujar Donny kepada Liputan6.com, Sabtu, 16 Agustus 2020.
Namun, kata Donny, peran pemerintah kurang all out mendukung bran-bran lokal supaya eksis di mancanegara. Hal itu yang mungkin hanya beberapa korporasi saja yang bisa besar di luar negeri.
"Namun, pertumbuhannya sangat besar, bran-brand lokal yang secara independen mereka menjual produknya ke luar negeri. Hal itu terjadi karena globalisasi yang terjadi lewat e-commerce," ujar Donny.
Sejak dulu kala, sumber daya alam Indonesia yang menjadi daya tarik pasar global. Namun, saat ini mulai bergeser ke industri kreatif Indonesia mulai banyak masuk ke kancah internasional. "Ini harus kita genjot karena ini adalah salah satu industri yang bisa dijadikan unggulan yang bisa menyaingi industri kreatif negara lain," lanjut Donny.
Tantangan terbesar produk lokal tembus ke pasar global itu, kata Donny, bila di level UMKM itu, yaitu mindset. Ia memperhatikan, UMKM itu terlalu nyaman dengan market di Indonesia. Karena market Indonesia itu sangat luas sehingga mereka berpikir hanya melayani market lokal saja sudah bisa hidup.
"Kalau pun ada, masih sangat sedikit untuk berpikir global. Kita bisa membedakan dengan UMKM di China, mereka dari awal sudah berpikiran global," tegas Donny.