Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 membuat banyak aktivitas beralih secara online. Meski terkesan memudahkan, beraktivitas online yang terlalu lama justru tak baik untuk kesehatan mental. Studi terbaru menemukan alasan online terlalu lama dapat menyebabkan stres.
Sebuah studi yang dipublikasikan di Human Communication Research ini menganalisis sikap waspada seseorang saat online. Sikap ini dikenal dengan kewaspadaan online atau online vigilance.
Advertisement
Baca Juga
Kewaspadaan online membuat seseorang terus menerus mengecek email, WhatsApp, Instagram, media sosial lain, situs web, dan bahkan situs belanja online. Tanda-tanda orang yang sudah terperangkap dalam kewaspadaan online ini adalah selalu memikirkan dunia online, membuka banyak tab, dan langsung bereaksi saat menerima pemberitahuan.
Hasil studi ini menunjukkan terdapat hubungan antara waktu yang dihabiskan seseorang secara online dengan tingkat stres mereka. Semakin lama online, semakin tinggi pula stres yang dialami.
Menurut peneliti, kebiasaan online yang berpindah dari satu situs, media sosial, dan aplikasi membanjiri pusat perhatian otak sehingga otak bekerja secara multitasking dan menimbulkan stres yang berlebihan.
"Multitasking secara konsisten terkait dengan tingkat stres yang dirasakan lebih tinggi. Hasil ini mereplikasi temuan sebelumnya yang menunjukkan hubungan antara multitasking media dan stres yang dirasakan," tulis peneliti, dikutip dari Metro UK, Sabtu, 23 Januari 2021.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Solusi Pertama
Selain itu, suara dari notifikasi juga memberikan tekanan lebih pada otak. Jika tidak merespons terhadap pemberitahuan tersebut, tubuh cenderung akan merasa bersalah.
Oleh karena itu, peneliti menyarankan agar seseorang dapat fokus melakukan satu kegiatan saat beraktivitas online. Luangkan pula waktu tanpa menyentuh ponsel.
Matikan pula tanda pemberitahuan dari berbagai aplikasi agar Anda bisa rehat sejenak dari segala kegiatan online. Stres berlebihan di tengah situasi pandemi tidak akan menguntungkan Anda karena akan menurunkan imunitas tubuh. Padahal, ketahanan tubuh paling dibutuhkan untuk melawan infeksi Covid-19. (Melia Setiawati)
Advertisement