Liputan6.com, Jakarta - Setiap Ramadan, banyak orangtua yang mengajarkan anaknya untuk berpuasa. Mereka bermaksud membiasakan anaknya berpuasa sejak dini. Namun begitu, para orangtua juga harus mempertimbangkan kemampuan anak.
"Mengajarkan anak untuk berpuasa itu termasuk pembelajaran yang baik. Sama seperti mengajarkan kewajiban lain, seperti salat, menutup aurat, berjilbab bagi anak perempuan, dan lain-lain," ujar pengajar Pondok Pesantren Babul Hikmah, Lampung Selatan, Ahmad Hilmi, Lc., M.H, saat dihubungi Liputan6.com, Selasa, 30 Maret 2021.
Advertisement
Baca Juga
Meski begitu, kata Hilmi, mengajarkan kewajiban-kewajiban seperti itu harus dengan cara yang benar. Menurut lulusan Universitas Al-Imam Muhammad Ibnu Suud Kerajaan Saudi Arabia ini, faktanya, ada orangtua yang mengajarkan kewajiban pada anak, tapi malah seperti menerapkan kewajiban itu sendiri.
"Mestinya, yang namanya mengajarkan itu tidak sama dengan menerapkan," tutur Hilmi. "Ya, namanya pembelajaran harus dimulai sebelum masuk usia akil balig. Kalau bisa memang sedini mungkin. Tapi, tetap harus disesuaikan dengan usia dan kemampuan anak," imbuh lulusan Program Pascasarjana Universitas Negeri Raden Intan, Lampung ini.
Anak berusia lima tahun, seperti anaknya, kata pemilik kanal YouTube Mas Hilmi Ngaji Fiqih ini, diajarkan puasa dengan tidak makan dan minum di luar rumah atau tidak jajan di pinggir jalan. Namun, kalau anak sudah di rumah, ia bisa makan dan minum seperti biasa.
"Kalau anak sudah tujuh tahunan, diajarkan puasa dengan cara puasa setengah hari atau puasa bedug. Waktu zuhur buka (makan minum secukupnya), setelah itu diajak nahan makan lagi sampai magrib. Ini juga bisa dilibatkan ketika santap sahur. Bangun sebelum subuh," papar lelaki kelahiran Rembang, Jawa Tengah, tersebut.
Untuk anak sembilan tahun, lanjut Hilmi, sudah bisa diajarkan puasa full sehari. Walau dalam hitungan satu bulan Ramadan masih ada beberapa hari yang bolong atau tidak puasa.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tahapan dan Cara yang Baik
Hilmi mengungkap, ia termasuk yang tidak sependapat dengan orangtua yang memaksakan anak puasa full sehari, tanpa tahapan dan cara yang baik. Contoh pembelajaran yang kurang baik, misalnya, kata peneliti di Rumah Fiqih Indonesia tersebut, anak usia kelas 1 SD harus puasa full sampai menangis karena kelaparan dan kehausan.
"Kalau sudah seperti ini, kesannya bukan lagi pembelajaran, tapi sudah masuk kategori penerapan kewajiban seperti orang dewasa," kata Hilmi.
Kata Hilmi, tidak ada dalil eksplisit tentang anjuran atau perintah agama pada orangtua untuk mengajarkan anak berpuasa. Namun, tapi berdasarkan qiyas, perintah untuk mengajarkan anak salat dan itu pun ada tahapannya.
"Hadis tentang perintah pada orangtua yang harus mengajarkan anak salat kan ya ada tahapannya. Tujuh tahun suruh salat (maksudnya diajarkan). 10 tahun suruh memukul (dengan pukulan yang mendidik) kalau tidak mau salat," kata Hilmi.
"Jangan terlalu ekstrem pembelajarannya," tegasnya.
Advertisement