Sistem Pemeriksaan Dokumen Covid-19 di Bandara Masih Manual, IATA Ingatkan Potensi Kekacauan

Kalau jumlah perjalanan sudah sama dengan sebelum pandemi Covid-19, penumpang bisa menunggu sampai delapan jam di bandara.

oleh Henry diperbarui 10 Jun 2021, 09:02 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2021, 09:02 WIB
Sejumlah Negara Antisipasi Penyebaran Virus Corona
Penumpang yang tiba dengan salah satu penerbangan terakhir dari kota Wuhan China berjalan melalui stasiun pemeriksaan kesehatan di bandara Narita di prefektur Chiba, di luar Tokyo (23/1/2020). (AFP Photo/Charly Triballeau)

Liputan6.com, Jakarta - Di masa pandemi Covid-19 ini, melakukan perjalanan udara harus melalui beragam prosedur yang terkadang memakan banyak waktu. Dengan berbagai protokol pemeriksaan yang ada, penumpang harus menghabiskan lebih banyak waktu di bandara. Hal itu disampaikan IATA atau International Air Transport Association (Asosiasi Pengangkutan Udara Internasional).

IATA memperingatkan akan adanya potensi kekacauan dan keributan di bandara, kecuali segera diterapkan sistem digital dalam pemeriksaan protokol kesehatan, seperti tes Covid-19 dan pemeriksaan sertifikat vaksin. Penggunaan sistem digital dinilai sudah mendesak saat ini.

Sebelum terjadi pandemi, rata-rata waktu yang dihabiskan penumpang saat keberangkatan dari bandara adalah sekitar 1,5 jam. Itu termasuk untuk proses check-in, pemeriksaan perbatasan dan pengurusan bagasi.

Dilansir dari laman Japan Today, Rabu, 9 Juni 2021, saat ini rata-rata waktu yang dihabiskan penumpang untuk mengurus proses perjalanan bisa sampai tiga jam di waktu-waktu sibuk, dengan jumlah perjalanan hanya sekitar 30 persen dibandingkan sebelum pandemi. Penambahan waktu sangat terasa di saat check-in dan pemeriksaan perbatasan atau imigrasi karena sebagian besar dokumen yang berhubungan dengan protokol kesehatan dalam bentuk cetak atau kertas.

Kalau tidak ada perubahan dan level perjalanan dengan pesawat udara semakin meningkat, penumpang bisa menghabiskan waktu 5,5 jam di bandara saat perjalanan naik menjadi 75 persen dibandingkan saat pandemi. Bahkan, kalau jumlah perjalanan sudah 100 persen sama dengan saat sebelum pandemi, bisa bertambah drastis menjadi delapan jam.

"Tanpa ada sistem otomasi untuk prosedur pemeriksaan Covid-19, kita akan melihat bandara jadi sangat ramai dan kacau," kata Willie Walsh, Direktur Jenderal IATA. 

Walsh menyarankan agar masalah ini segera diatasi, karena waktu tiga jam saja untuk proses pemeriksaan di bandara sudah terasa sangat lama, apalagi kalau jumlah perjalanan udara akan semakin meningkat. Ia pun meminta para pemerintah di tiap negara untuk menerapkan sistem digital dalam pemeriksaan beragam dokumen, dan harus diputuskan secepat mungkin.

Saksikan Video Pilihan Berikut:

Kontak Fisik Berkurang

Apa Saja yang Harus Disiapkan Sebelum Terbang di Masa Pandemi Covid-19?
Antrean pemeriksaan eHAC Indonesia di Bandara Soekarno Hatta. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Sebelum terjadi pandemi, sistem digital sudah diterapkan di banyak bandara. Hal itu membuat penumpang merasa lebih nyaman dan tak butuh waktu lama untuk menunggu penerbangan. 

Semua itu berubah sejak pandemi melanda. Itu lantaran kebanyakan dokumen yang berkaitan dengan Covid-19 masih berbentuk dokumen cetak sehingga pemeriksaan kembali ke sistem manual.

Namun kalau semua dokumen diubah menjadi bentuk digital, ia meyakini hal itu akan menghemat waktu. Selain itu, ada beragam keuntungan lain, salah satunya menghindari kemungkinan pemalsuan dokumen. Selain itu, bisa lebih meningkatkan keamanan di bandara dan mengurangi risiko transmisi virus Covid-19 karena antrean berkurang dan kontak fisik juga lebih sedikit.

Lebih Nyaman dan Aman

soetta
Pemeriksaan kesehatan calon penumpang oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Bandara Internasional Soekarno Hatta. (Liputan6.com/Pramita Tristiawati)

Walsh berharap pertemuan para pemimpin dunia dalam KTT G7 yang akan berlangsung di Inggris pada 11 Juni besok bisa membuahkan solusi terbaik dalam hal aturan perjalanan udara.

"Masalah ini harus segera diatasi. Semakin banyak orangyang sudah divaksinasi, maka akan lebih banyak perbatasan negara yang akan dibuka," ucap Walsh.

IATA meminta negara-negara yang tergabung dalam G7 bekerja sama dengan industri penerbangan dan memulai langkah baru di bidang perjalanan global.

"Kalau mereka bisa membuat cara yang lebih dalam pelaksanaan pemeriksaan di bandara, maka negara-negara lain besar kemungkinan akan mengikuti sehingga perjalanan udara akan terasa lebih nyaman dan aman," pungkas Walsh.

6 Cara Hindari Covid-19 Saat Bepergian dengan Pesawat

Infografis 6 Cara Hindari Covid-19 Saat Bepergian dengan Pesawat. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 6 Cara Hindari Covid-19 Saat Bepergian dengan Pesawat. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya