Liputan6.com, Jakarta - Sekolah daring alias online kembali diberlakukan selama periode PSBB Level 4, demi mengendalikan kasus Covid-19 yang meningkat. Bagi sebagian orangtua, terutama ibu, masa-masa ini bisa menjadi momok yang menguras tenaga dan emosi. Banyak faktor yang melatarbelakanginya.
Terdorong tanggung jawab maupun keinginan memberikan yang terbaik, orangtua terkadang terjebak dalam peran yang tak semestinya. Misalnya, memaksa jadi guru untuk putra-putrinya yang belajar dari rumah.
Advertisement
Baca Juga
"Orangtua tak usah paksakan diri menjadi guru, apalagi orangtua kan ada yang kerja, harus ngurus rumah, dan lain-lain. Jadi, enggak usah memaksakan diri jadi guru. Kalau ada kesulitan, kerja sama dengan gurunya, gurunya pun akan bantu. Toh, biaya sekolah kan tidak diskon selama belajar online," ujar psikolog anak dan keluarga Vera Itabiliana, P.si, dalam webinar 'Lewat Membaca, Tenangkan Ibu dan Anak Selama Pandemi', Kamis, 22 Juli 2021.
Menurut Vera, yang perlu dilakukan orangtua selama proses sekolah daring itu adalah menjadi pendamping bagi anak. Artinya, orangtua membantu menciptakan situasi kondusif sembari menemani anak melalui kesulitan yang dihadapi.Â
"Iya (belajar online) susah, yuk Mama dampingi. Kalau mau enggak sekolah dulu, ya enggak usah dipaksakan," ujar dia.
Maka itu, penting bagi orangtua untuk menyiapkan mental dalam proses tersebut. Orangtua juga perlu menurunkan ekspektasi terkait pencapaian anak-anak mereka di sekolah. Bagaimana pun, pembelajaran secara online dan offline berdampak berbeda pada anak.
Jika memaksakan standar seperti kondisi normal, efek buruknya akan menimpa anak. Vera pun sempat menyebutkan satu contoh kasus yang menimpa anak usia tujuh tahun yang menjadi kliennya pada tahun lalu. Si anak disebut berulangkali mencoba melompat dari apartemen tempatnya tinggal di lantai 30, sampai mengucap keinginan bunuh diri.
"Anak ini ternyata stres. Setiap kali sekolah online, dia duduk di meja makan, ibunya ikut di sampingnya. Mulai dari gebrak meja sampai lempar handphone, itu terjadi setiap hari, padahal sekolah online baru sebulan berjalan," ia menuturkan.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Sekolah Online bagi Anak Usia Dini
Untuk menekan stres anak di masa pandemi, Vera juga tak menyarankan anak usia dini mengikuti sekolah online. Lagi-lagi hal itu berkaitan dengan kesulitan belajar online.
"Sekolah online bukan untuk usia prasekolah," kata dia.
Kalau pun tetap ingin mendaftarkan anak belajar online, anak tak boleh dipaksa duduk lama di depan laptop. Bebaskan mereka melakukan yang dimaui mengingat pada usia itu, bermainlah yang terpenting bagi mereka.
"Sering kan terjadi, saat sekolah online, anak tiba-tiba hilang entah ke mana, laptopnya kebalik. Ada yang sambil tiduran, sambil ngedot. Itu enggak apa-apa, yang penting mau aja dulu," ucap Vera.
Â
Â
Advertisement
Manfaatkan untuk Bangun Ikatan
Vera mengingatkan para ibu adalah jangkar di keluarga masing-masing. Bila ibu bahagia, satu keluarga bisa ikut bahagia. Maka itu, penting bagi ibu untuk menjaga kesehatan mental mereka, sebelum menjaga anggota keluarganya yang lain.
"Dalam situasi sulit, anak bisa tumbuh baik-baik saja, ada figur kuat yang bisa memberi kasih sayang tanpa syarat, dan itu tentunya ibu," ujar dia.
Momen pandemi bisa dimaksimalkan untuk memperkuat ikatan bersama anak. Kuncinya dua, yakni aktivitas bersama yang dilakukan rutin dan konsisten, serta sentuhan fisik. Aktivitas bersama itu harus dipastikan yang benar-benar menyenangkan bagi kedua belah pihak.
"Yang sama-sama rileks, sama-sama ketawa-ketiwi, selain bahwa aktivitas bersama itu menciptakan keteraturan yang membuat anak lebih tenang," jelas Vera.