Cerita Akhir Pekan: Menyusui Bukan Hanya Tanggung Jawab Ibu

Menyusui adalah hak ibu dan bayi. Lebih jauh lagi, menyusui adalah tanggung jawab bersama.

oleh Putu Elmira diperbarui 07 Agu 2021, 09:01 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2021, 08:30 WIB
Ilustrasi Ibu Menyusui
Ilustrasi ibu menyusui. (dok. Unsplash.com/sickhews)

Liputan6.com, Jakarta - Pekan Menyusui Sedunia diperingati mulai 1--7 Agustus setiap tahunnya. Perayaan tahunan yang menyebarkan kesadaran pentingnya menyusui ini, di 2021 mengusung tema global, yakni "Protect breastfeeding: a shared responsibility (Perlindungan menyusui: tanggung jawab bersama).

Tema itu sekaligus menggaungkan bahwa menyusui bukan hanya tanggung jawab ibu semata, tetapi tanggung jawab bersama. Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Nia Umar menyampaikan, tema tersebut sebagai pengingat kembali ke masyarakat sebenarnya menyusui adalah hak ibu dan anak.

"Ketika ada hak, ada kewajiban yang mengikuti. Kewajiban bukan ada pada ibu, tapi ada pada orang-orang yang ada di sekitar ibu mulai dari pasangan, keluarga, tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan, tempat ibu melahirkan dan memeriksa, tempat kerja, sampai pada pemerintah," kata Nia saat dihubungi Liputan6.com, Kamis, 5 Agustus 2021.

Dikatakan Nia, pemerintah berperan paling besar untuk mengatur peraturan-peraturan agar melindungi hak ibu dan anak untuk menyusui. Mengingat banyak pihak yang terlibat dalam proses menyusui, maka dari itu disebut sebagai tanggung jawab bersama.

"Kalau ada seorang ibu yang gagal menyusui, sebenarnya itu bukan kegagalan dia seorang, tapi kegagalan orang-orang yang ada di sekitar ibu karena tidak bisa mendukung dia untuk berhasil mencapai tujuan menyusuinya," tambahnya.

Menurut Nia, menyusui itu bermanfaat kesehatan jangka pendek dan panjang, tidak hanya untuk anak, tetapi juga ibu. Ini juga hak seorang ibu yang sudah melalui proses reproduksi, mulai dari haid, hamil, melahirkan, dan hak reproduksi selanjutnya adalah menyusui.

"Secara fisiologis dan kodrati badannya didesain sedemikian, tapi pada kenyataannya sering kali ibu-ibu tidak mendapatkan dukungan yang tepat untuk menyusui di fasilitas kesehatan, bayinya dipisah sama ibunya, tidak dapat kesempatan untuk inisiasi menyusui ini," jelas Nia.

Ia menambahkan, bahkan jauh sebelum hamil, tak sedikit perempuan tidak diinformasikan mengenai manfaat menyusui, pentingnya menyusui, hingga risiko susu formula. Nia menyebut, untuk seseorang mau melakukan sesuatu, pertama-tama dia harus mengetahui terlebih dahulu, baru dilanjutkan dengan kemauan.

"Mau saja enggak cukup. Mau untuk bisa mampu harus dilengkapi dengan informasi, cara, dan belajar, supaya rangkaian tahu, mau, dan mampu itu bisa membawa ibu-ibu untuk berdaya bisa menyusui anaknya," ungkap Nia soal ibu menyusui.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tantangan Ibu Menyusui di Indonesia

Ilustrasi Menyusui
Ilustrasi menyusui. (dok. Hanna Balan/Unsplash)

Tema Pekan Menyusui Sedunia tahun ini dikatakan Nia sangat berkaitan dengan tantangan yang dihadapi ibu-ibu menyusui di Indonesia saat ini. Namun, salah satu tantangan terbesar adalah masif dan agresifnya pemasaran produk pengganti ASI di Indonesia, termasuk susu formula, botol, dan dot.

"Karena masif dan luar biasa menggunakan banyak channel dari media sosial sampai kemitraan dan konflik kepentingan dengan banyak pihak produsen-produsen ini sehingga bisa memengaruhi kepercayaan diri ibu untuk mau dan mampu menyusui, karena di mana-mana mereka masuknya dengan cara yang sangat tidak terasa sampai yang benar-benar terang-terangan dirasakan," tutur Nia.

Tantangan kedua adalah tidak semua fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan memiliki kompetensi membantu seorang ibu menyusui dengan baik dan komperhensif. "Tidak semua puskesmas memiliki poliklinik untuk membantu ibu menyusui, padahal penting sekali," terangnya.

Selanjutnya dari sisi pekerjaan, dikatakan Nia banyak perempuan bekerja yang tidak mendapat kesempatan cuti maternitas yang layak. Kondisi ini ditambah pula dengan mitos seputar menyusui yang beredar di masyarakat.

"Belum lagi mitos-mitos yang beredar di masyarakat seputar menyusui, banyak pengaruh hingga memengaruhi kepercayaan diri ibu dan itu dirasakan oleh banyak ibu," tutupnya.

Manfaat Menyusui

Ilustrasi Ibu Menyusui
Ilustrasi ibu menyusui. (dok. Unsplash.com/Nikolay Osmachko)

Dokter spesialis anak sekaligus konselor laktasi dr. Wiyarni Pambudi, Sp.A., IBCLC menjelaskan, manfaat menyusui yang harus dipahami adalah menyusui bukan hanya untuk bayi, tetapi untuk ibu dan keluarga. Menyusui untuk bayi karena ia memiliki properti untuk pemberian nutrisi untuk pertumbuhan.

"Kedua, properti untuk memberikan stimulasi psikologis ada bonding di situ kalau disusui, skin to skin dengan ibunya, saling eye contact itu ada stimulasi sendiri. Ketiga, properti untuk rangsangan untuk persarafan, jadi anak akan lebih terampil motorik kasar, motorik halus, rangsangan untuk dia bisa menerima dan mengeskpresikan bahasa dengan berbicara, itu satu keuntungan proses menyusui," kata dr. Wiyarni saat dihubungi Liputan6.com, Kamis, 5 Agustus 2021.

dr. Wiyarni melanjutkan, efek penting menyusui di pandemi saat ini adalah sebagai properti imunologi. Ada beragam zat penting yang terkandung dalam ASI.

"Di dalam ASI itu ada zat antiinfeksi, zat antiradang, zat pembentuk sistem imun yang ternyata jika lirik lebih dalam penelitiannya bahkan dia punya aktivitas untuk menghambat virus. Korelasinya dengan kondisi pandemi bayi yang disusui itu punya daya tahan lebih tinggi untuk menghalangi virus," tambahnya.

Sedangkan manfaat menyusui bagi ibu, dikatakan dr. Wiyarni, secara fisik, ibu akan cepat kembali ke status tubuhnya sebelum melahirkan, meski tidak 100 persen. "Kalau perempuan hamil ada perubahan bentuk tubuh, emosi saat hamil yang bisa reset lagi dengan menyusui. Biasanya, berat badan berkurang lebih cepat kembali ke berat badan awal," jelasnya.

Selain itu, manfaat lainnya adalah menstruasi tidak akan cepat terjadi. Hal tersebut berarti ibu ini punya waktu cukup lama untuk dapat memulihkan rahimnya.

"Makanya kita punya istilah MAL (Metode Amenore Laktasi) yaitu menyusui sebagai alternatif ber-KB. Kalau ibunya menyusui eksklusif, dia tidak dapat mens, artinya dia belum subur. Secara emosional, ibu yg menyusui akan lebih gampang mengatasi stres dan perilaku keibuannya akan lebih baik dengan menyusui," tutur dr. Wiyarni.

Infografis Syarat Lansia, Komorbid hingga Ibu Menyusui Disuntik Vaksin Covid-19

Infografis Syarat Lansia, Komorbid hingga Ibu Menyusui Disuntik Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Syarat Lansia, Komorbid hingga Ibu Menyusui Disuntik Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya