Survei: 50 Persen Perempuan Muda di Perkotaan China Tak Mau Nikah

Sebuah survei baru menemukan bahwa hampir setengah dari wanita muda perkotaan China tidak berencana untuk menikah,

oleh Komarudin diperbarui 13 Okt 2021, 18:02 WIB
Diterbitkan 13 Okt 2021, 18:02 WIB
Ilustrasi warga China
Ilustrasi warga China (dok.unsplash/Yoel Peterson)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah survei di China menyebutkan hampir 50 persen perempuan muda di China tak mau menikah. Dari jumlah itu adalah mereka yang tinggal di perkotaan.

Survei tersebut dilakukan oleh sayap Liga Pemuda Komunis China. Kesimpulan tersebut diperoleh berdasarkan survei terhadap 2.905 perempuan yang belum menikah yang tinggal di kota-kota China dengan usia 18 hingga 26 tahun, dikutip dari laman Insider, Rabu(13/10/2021).

Sebanyak 44 persen responden perempuan tak berniat untuk menikah. Sementara 25 persen responden pria menyatakan hal yang sama.

Alasan Gen Z China tak ingin menikah, 34,5 persen mengatakan "tidak punya waktu atau energi untuk menikah". Sementara itu, 60,8 persen Gen Z China yang disurvei mengatakan mereka merasa "sulit untuk menemukan orang yang tepat."

Peserta menyebutkan beberapa alasan lain untuk tidak menikah, termasuk biaya keuangan pernikahan dan beban ekonomi memiliki anak. Sepertiga responden juga mengatakan mereka tidak percaya pada pernikahan, dan persentase yang sama mengatakan mereka tidak pernah jatuh cinta.

Hasil survei ini merupakan pertanda buruk bagi China, yang tahun ini berusaha menerapkan kebijakan baru untuk meningkatkan angka kelahirannya. Negara tersebut melaporkan penurunan 70 persen dalam tingkat perceraiannya pada kuartal pertama 2021 setelah memberlakukan undang-undang "pendinginan".

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Kebijakan Tiga Anak

Libur Hari Nasional, Warga China Padati Lokasi Wisata di Beijing
Seorang wanita berfoto dengan seorang anak di dekat bunga yang mekar di taman umum di Beijing, Sabtu (2/10/2021). Pengunjung memadati taman dan lokasi wisata di Beijing saat China merayakan hari kedua masa libur Hari Nasional. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Undang-undang tersebut mengamanatkan bahwa pihak berwenang setempat menunggu satu bulan sebelum menyetujui perceraian pasangan. Undang-undang itu diterapkan dalam upaya untuk meningkatkan tingkat kelahiran China yang lesu dengan mencegah perceraian impulsif.

Mei 2021, China juga meluncurkan kebijakan baru tiga anak, yaitu mencabut larangan sebelumnya untuk memiliki lebih dari dua anak per pasangan. Penghapusan kebijakan dua anak adalah yang kedua kalinya dalam lima tahun di mana China membuat perubahan signifikan pada pedoman pengendalian populasinya.

Pada 2016, pemerintah China membalikkan kebijakan satu anak, yang diterapkan pada 1979 untuk menekan ledakan populasi negara itu. Pergeseran penting dalam kebijakan kependudukan China tahun ini terjadi setelah laporan bahwa negara itu mencatat tingkat pertumbuhan populasi paling lambat sejak 1950-an.

Tak Memililki Efek

FOTO: China Izinkan Warganya Punya Tiga Anak
Anak-anak bermain selama Hari Anak Internasional di sebuah mal di Beijing, China, Selasa (1/6/2021). Dengan melonggarkan batas kelahiran anak, China berharap dapat memperlambat penuaan cepat populasinya yang menambah beban ekonomi dan masyarakat. (AP Photo/Ng Han Guan)

Angka-angka ini terungkap dalam sensus penduduk sekali dalam satu dekade. Sensus tersebut mencatat bahwa tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata penduduk China turun menjadi 0,53 persen selama sepuluh tahun terakhir, turun dari 0,57 persen antara 2000 dan 2010.

Dalam sebuah perbincangan, para milenial China  mengatakan pada Juni 2021 bahwa kebijakan tiga anak tidak mungkin memiliki efek yang diinginkan. Mereka mengatakan, tingginya biaya membesarkan anak-anak, ditambah dengan gaya hidup "9-9-6" mereka yang serba cepat

Angka tersebut bermakna, di mana orang bekerja 12 jam sehari dari jam 9 pagi sampai jam 9 malam, enam hari seminggu merupakan penghalang mereka. Saat ini total populasi China masih mencapai 1,41 miliar orang.

Infografis Kejahatan Vaksin Covid-19 Palsu di China

Infografis Kejahatan Vaksin Covid-19 Palsu di China
Infografis Kejahatan Vaksin Covid-19 Palsu di China (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya