Liputan6.com, Jakarta - Seorang blogger di China diinterogasi polisi. Ini merupakan buntut skandal video yang diduga menunjukkan seorang anak laki-laki dipaksa bekerja demi merawat saudara-saudaranya setelah orangtua mereka meninggal.
Klip, yang diunggah blogger bermarga Lu, menunjukkan bocah itu berdiri di depan sebuah gubuk rusak. Rekaman yang dimaksud telah menerima lebih dari 100 ribu likes, serta menarik puluhan ribu komentar, menurut Sichuan Daily, Selasa (26/10/021).
Di akhir video, Lu menyebut ia telah menyumbangkan beberapa sepatu, pakaian, dan perlengkapan belajar pada bocah itu. "Hanya ini yang bisa paman lakukan," tuturnya.
Advertisement
Baca Juga
Melansir SCMP, Pemerintah Prefektur Otonomi Liangshan Yi menyebut rekaman itu tidak berdasar. Pihaknya menuduh pria yang membuat video itu hanya ingin memenangkan simpati publik dan menarik atensi warganet ke videonya. Lu diminta untuk segera menghapus video itu dan meminta maaf pada publik.
Video itu jadi sensasi, terutama di daerah Meigu, tempat anak itu tinggal. Kabupaten tersebut telah disebut sebagai salah satu yang paling miskin di China di masa lalu karena akses yang sulit ke daerah pegunungan, tingkat pendidikan yang rendah, dan kepadatan etnis minoritas.
Faktanya, menurut otoritas setempat, anak laki-laki di video, beserta saudara laki-laki dan dua saudara perempuannya, tinggal bersama kakek mereka setelah ayah keempatnya meninggal dan si ibu menikah lagi. Masing-masing dari empat bersaudara menerima 631 yuan (Rp1,4 juta) setiap bulan per kepala dari pemerintah setempat.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Terima Subsidi Lain
Pengaturan itu merujuk pada skema dukungan bagi "anak-anak yang sangat miskin." Di samping, mereka juga diklaim menerima subsidi bulanan lain sebesar 900 yuan (Rp2 juta) per orang sebagai anak-anak yang dianggap "tanpa orang dewasa untuk merawat mereka."
Keluarga itu dilaporkan juga pindah ke rumah dua lantai tahun lalu berkat inisiatif pengentasan kemiskinan. "Jangan konsumsi simpati kami," tulis seorang pengguna di situs video Douyin.
"Tidak ada yang akan memberikan sumbangan di masa depan," kata yang lain. "Video palsu yang menjual cerita menyedihkan ini telah merugikan orang-orang yang benar-benar membutuhkan bantuan.”
Advertisement
Bukan Kali Pertama
Media-media China telah berulang kali melaporkan video palsu yang dibuat untuk menarik perhatian warga dunia maya. Polisi Hubei menahan seorang pria tahun lalu karena "merusak tatanan sosial."
Ini dilakukan setelah ia merilis klip video yang menunjukkan sebuah rumah runtuh di dekat sungai di wilayah tersebut. Ia kemudian mengaku pada polisi bahwa ia mengedit video itu "hanya untuk bersenang-senang."
Selain itu, pihaknya juga menemukan sejumlah konten media sosial yang berujung merenggut nyawa pembuatnya. Salah satunya adalah seorang vlogger bernama Sun yang meninggal selama sesi live streaming saat memakan tokek hidup dan serangga beracun.
Tubuhnya ditemukan di flat pribadinya di Hefei. Untuk menarik lebih banyak pengikut, Sun memang kerap menampilkan konten berbahaya, mulai dari makan cacing, hingga minum minuman berbahaya.
Infografis Mekanisme Virtual Police Awasi Pengguna Media Sosial
Advertisement