Liputan6.com, Jakarta - Indonesia jadi negara pertama di Asia yang menggelar Cup of Excellence (COE) 2021, kompetisi bergengsi pencarian kopi berkualitas di dunia. Penyelenggaraannya disebut tidak hanya soal finansial bagi petani atau seluruh pemangku kepentingan kopi di sebuah negara.
Kompetisi ini menciptakan warisan abadi di setiap negara yang berpartisipasi. Di samping, Ketua Pelaksana COE Indonesia 2021, Andi Widjaja, menyebut pelaksanaan perdana COE juga tentang menciptakan pasar kopi Indonesia yang berkelanjutan.
Advertisement
Baca Juga
Langkah-langkahnya tercermin dalam syarat keikutsertaan kompetisi tersebut. "Pertama, peserta diharuskan menyerahkan sampel yang memenuhi standar grading ACE (Alliance for Coffee Excellence, Inc.). Dari situ, para petani kopi mendapat pelajaran menyiapkan barang (kopi)," paparnya dalam konferensi pers, Rabu, 22 Desember 2021.
Tahap selanjutnya, mereka diwajibkan mengirimkan lot yang sama dengan sampel. Tahap ini disebut membuat para petani belajar berproses. Andi menyambung, 115 sampel set kopi peserta COE juga disebar ke seluruh dunia.
"(Dari sampel set kopi) identitas petani, sumbernya dari mana, itu sudah diinformasikan ke seluruh buyer dan calon bidder," tuturnya. "Kami hanya membuka pintu, supaya para pembeli bisa punya akses langsung ke koperasi atau petani."
Sistem ini, menurut Andi, akan menggerakkan pembeli dari luar negeri datang ke negara produsen, dalam hal ini Indonesia. "Dari yang sudah-sudah, ketertarikan ini biasanya akan sejalan dengan peningkatan fasilitas di sektor processing, dengan biaya ditanggung para pembeli," ucapnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Stimulus Kunjungan Langsung
Karena itu dalam pendaftaran kopi, COE menegaskan kejelasan kepemilikan tanah dan lokasi kebun. Harapannya, informasi ini jadi jembatan bagi para pembeli menunjungi langsung daerah-daerah penghasil kopi di Indonesia.
Selain keberlanjutan kopi Indonesia secara lebih baik ini juga menyasar pembibitan, perawatan, dan pascapanen pada sisi hulu. Jika tata kelola dibenahi, Andi percaya dampak turunannya bisa ikut terdongrak seperti peningkatan kualitas dan kuantitas produksi.
"Misal awalnya satu hektare hanya produksi satu ton bisa naik jadi tiga ton. Dengan demikian, harga kopinya bisa lebih murah untuk kemudian ke hilirnya. Jadi efek berantai hingga ke konsumen," tuturnya.
Advertisement
Lelang Kopi-Kopi Indonesia
Di gelaran perdana COE, setelah proses penjurian yang ketat, terjaring 36 sampel kopi Indonesia. Dari jumlah tersebut, sebanyak 26 sampel mendapat cupping score di atas 87 poin, sementara 6 kopi mencatatkan cupping score di atas 85 poin, yang kemudian didaulat sebagai National Winner.
Penilaian COE Indonesia 2021 tertinggi jatuh pada kopi asal Aceh (89,28) yang diproses Dileh Ali Gogo, disusul kopi asal Jawa Barat dari Ita Rosita (89,04), dan kopi asal Aceh (88,89) oleh Roberto Bagus.
Kopi-kopi tersebut akan mengikuti lelang virtual yang didominasi calon pembeli dari luar negeri. Pemegang lisensi dan pengoperasian COE, Alliance for Coffee Excellence, Inc. (ACE), mengelola dua jenis lelang peserta COE: National Winner Auction dan COE Auctions.
Lelang nasional berlaku untuk kopi-kopi yang lolos ke babak internasional dan kopi peserta dengan poin 85,00 sampai 86,99. Pelaksanaannya berlangsung pada 24 Januari--4 Februari 2022. Sementara lelang COE untuk kopi-kopi yang lolos ke babak internasional dengan nilai minimal 87 poin akan dilaksanakan pada 27 Januari 2022.
Lelang COE hanya dibuka satu malam, atau tepatnya pukul 21.00 hingga selesai, dengan syarat tidak ada penawaran baru hingga batas waktu tiga menit. Harga pembukaan untuk kopi dengan poin 87,00--87,99 adalah lima dolar AS per pound. Sementara kopi dengan poin 88,00--89,99 dibuka mulai enam dolar AS per pound.
Setiap kenaikan penawaran adalah minimal 10 sen per pound. Untuk lelang National Winner, harga dasar ditetapkan senilai empat dolar AS per pound.
Infografis Kopi-Kopi Indonesia yang Jadi Primadona
Advertisement