Liputan6.com, Jakarta - Denyut kehidupan masyarakat desa di Nusantara tak sedikit yang bertumpu pada pertanian. Konsep tradisional ini lantas dikemas menarik nan seru dalam sentuhan pariwisata yang menawarkan pengalaman berbeda bagi wisatawan atau yang lebih dikenal dengan agrowisata.
Refleksi agrowisata sebagai nadi desa tecermin di Desa Wisata Detusoko Barat, Kecamatan Detusoko, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur atau NTT. Salah satu desa di bawah Penyangga Danau Kelimutu ini 95 persen warganya bermata pencaharian sebagai petani.
Advertisement
Baca Juga
"Dalam dua tahun terakhir memiliki visi dan misi menjadikan Desa Detusoko sebagai desa berkarakter lokal, berdaya saing berbasis pertanian terpadu dan ekowisata dengan mengedepankan teknologi dan informasi," kata Kepala Desa Wisata Detusoko Barat Ferdinandus Watu saat dihubungi Liputan6.com, Rabu, 30 Maret 2022.
Ferdinandus melanjutkan sebagai implemetasi dukungan program pariwisata yang ada di desa ini, pihaknya memiliki lembaga pengelolaan BumDes Au Wula. Potensi unggulan desa ini adalah alam dan budayanya terkait wisata edukasi dalam wisata alam.
Desa Wisata Detusoko Barat disebut Ferdinandus, letaknya sangat strategis di bawah gunung penyangga Kelimutu sekitar 33 kilometer dari Kota Ende. Desa ini juga dapat ditempuh sekitar 40 menit dari Bandara Ende dan satu jam ke Kelimutu.
"Dalam wisata alam hubungan dengan agrowisata ini bisa menikmati area persawahan, susur sawah, kegiatan berhubungan dengan pertanian tradisional, contoh proses menanam padu, membajak sawah, dan lebih kepada mengangkat kehidupan masyarakat lokal," tambahnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Paket Wisata hingga Upaya Pelestarian
Desa Wisata Detusoko Barat juga memiliki paket wisata kopi yang konsepnya melihat panen kopi, proses penanaman secara tradisional, proses sangrai kopi tumbuk hingga diminum. Wisatawan juga dapat berbelanja oleh-oleh di sekretariat BumDes.
"Ada produk lokal, kopi bubuk, sangrai biji kopi, gelang kopi, beras merah, beras hitam, produk-produk dari desa tetangga, melalui BumDes kita menampung dari desa lain juga," kata Ferdinandus.
Ia menerangkan, "Pariwisata sebagai bonus yang menarik semua kegiatan, dari pertanian yang sebelumnya murni menanam padi dan sayur, tapi hadirnya pariwisata ada nilai tambah secara ekonomi."
Ferdinandus menyebut juga terkait konservasi budaya melalui atraksi tarian hingga nyanyian mengenai pertanian serta cerita lokal dan seni. Pola pertanian tradisional juga dihidupkan kembali dalam upaya melestarikan kearifan lokal.
"Misalnya menggunakan kerbau, yang lebih ramah lingkungan, ada dampak nilai ekonomi dengan hadirnya pariwisata. Ada gerakan untuk menyadarkan budaya dan serentak gerakan selaras dengan alam," tuturnya.
Ferdinandus mengatakan, "Kami menyajikan kehidupan masyarakat lokal jadi satu hari sebagai petani. Datang sebagai tamu, pulang sebagai keluarga."
Advertisement
Desa Wisata Pujon Kidul
Potensi alam yang kaya di Desa Wisata Pujon Kidul juga digarap dan dieksplorasi oleh warganya. Ada empat dimensi pengembangan pariwisata di desa yang terletak di Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur ini, mulai dari agrowisata, budaya, alam dan ekonomi kreatif.
"Yang ada di desa salah satunya agro yang kami miliki atraksi di Pujon Kidul, mayoritas masyarakat bermata pencaharian sebagai petani. Kami coba kemas itu menjadi sebuah atraksi wisata yang dikombinasikan dengan alam karena alam kami sangat mendukung," kata Kepala Desa Pujon Kidul Udi Hartoko saat dihubungi Liputan6.com, Kamis, 31 Maret 2022.
Udi melanjutkan kini agrowisata begitu terdampak akibat masa pandemi Covid-19. Namun dengan adanya desa wisata, banyak wisatawan yang datang secara otomatis menaikkan harga agro atau pertanian yang ada di Pujon Kidul.
"Karena tidak semua petani menjual ke tengkulak atau ke luar desa, banyak stand yang menjual hasil pertanian warga secara langsung di wisata kami, khususnya di kaki sawah," ungkap Udi.
Dampak Ekonomi
Udi menuturkan dari kunjungan, wisatawan dapat memetik hasil pertanian langsung di ladang atau sawah. "Ini sangat berdampak pada ekonomi peningkatan harga yang saat ini sayur dan buah sangat murah karena daya beli masyarakat sangat rendah," tambahnya.
"Contoh di bawah Cafe Sawah ada petani jeruk, saya ketemu dengan pelaku wisata yang cerita ke saya beberapa rombongan wisatawan datang bukan hanya ke Cafe Sawah menikmati masakan khas desa, tetapi mereka juga petik jeruk," kata Udi.
Udi menerangkan, "Padahal saat ini harga jeruk di pasaran kalau dijual ke tengkulak hanya Rp8 ribu, tetapi ketika wisatawan datang, memetik sendiri itu bisa kami jual per kilonya itu Rp15 ribu, ini kan dampaknya signifikan dari agrowisata ini."
Advertisement
Sokongan Utama
Pertanian dikatakan Udi menjadi sokongan utama wilayahnya. Pertanian dikemas sedemikian rupa menjadi kemasan wisata dan pihaknya lebih banyak menjual paket dari sisi agrowisata karena menjadi nadi kehidupan Pujon Kidul.
"Kearifan lokal menjadi dukungan luar biasa, kami mencoba menggerakkan potensi kelompok masyakat, baik itu pertanian dan peternakan juga terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang bersinergi dengan pemerintah desa, BumDes, dan pelaku wisata untuk sajikan kepada wisatawan," terang Udi.
Ia menjelaskan, "Sehingga ada value, bukan hanya bertani yang menjual hasilnya tapi kegiatan sehari-hari menjadi rutinitas dan budaya terkait pertanian dan peternakan jadi atraksi sajian utama di Pujon Kidul."
Di desa wisata ini, wisatawan dapat menikmati atraksi berkunjung ke Cafe Swah, menikmati kuliner khas desa, kampung budaya yang menyuguhkan budaya hingga adat istiadat. Wisatawan juga diajak berpetualang keliling hutan, mendaki, hingga edukasi pertanian dan peternakan.
Infografis Tempat-Tempat Agrowisata di Indonesia
Advertisement