Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 di Hong Kong kembali melonjak. Hingga Kamis 14 Juli 2022 kasus Covid-19 mencapai 2.943 kasus. Saat ini, Hong Kong berada di gelombang 5 sejak Desember 2021.
Pada 7 Juli 2022, para ahli kesehatan memprediksi bahwa angka kasus harian bisa naik hingga 6.000 dalam dua minggu ke depan karena efek pelonggaran aturan travel ke China Daratan. Sejumlah langkah dilakukan otortitas Hong Kong untuk menekan kasus Covid-19.
Melansir South China Morning Post (SCMP), 15 Juli 2022, salah satunya adalah memperkenalkan gelang pelacak elektronik untuk warga yang memutuskan untuk karantina di rumah setelah dinyatakan positif Covid-19.
Advertisement
Baca Juga
Gelang ini wajib digunakan bagi penduduk yang telah dites dan hasilnya positif Covid-19 serta mereka yang sedang menjalani karantina di rumah untuk memastikan mereka tidak meninggalkan tempat karantina selama masa isolasi. Pelanggar aturan isolasi menghadapi denda besar dan bahkan mungkin hukuman penjara.
Menteri Kesehatan Hong Kong Lo Chung-mau, mengumumkan langkah tersebut mengatakan gelang itu dimaksudkan untuk menghentikan orang yang terinfeksi agar tidak menyebarkan penyakit lebih jauh. Gelang akan beroperasi pada aplikasi 'Tinggalkan Rumah Aman' yang diluncurkan tahun 2021.
"Kami harus memastikan isolasi rumah lebih tepat sambil tetap manusiawi," ungkao Lo. Ia juga menambahkan bahwa gelang pelacak diperkenalkan pada 15 Juli 2022.
Mereka yang melanggar perintah karantina Hong Kong dapat dikenakan denda hingga 3.200 dolar AS atau sekitar Rp 48 juta dan maksimum enam bulan penjara. Individu yang dapat mengisolasi di rumah harus melakukannya selama dua minggu, meskipun akan diizinkan untuk pergi jika mereka dites negatif selama dua hari berturut-turut dan memiliki pasangan dosis vaksin pertama mereka.
Â
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Teknologi Pelacakan
Sementara wilayah itu sebelumnya mengharuskan orang yang datang dari luar negeri untuk menggunakan gelang dengan kode QR unik untuk check-in dan memperhitungkan pergerakan mereka, gawai itu Gelang itu kemudian akan diganti dengan teknologi pelacakan asli.
Sistem ini akan diperluas, meskipun pemerintah belum mengatakan jenis gelang apa yang akan digunakan untuk inisiatif terbaru. Kementerian Kesehatan juga mencatat bahwa Hong Kong akan menerapkan sistem kode warna yang mirip dengan yang ada di Tiongkok daratan, yang memberi label berbagai tingkat risiko infeksi sebagai kuning atau merah.
Mereka yang memiliki sebutan merah akan menghadapi pembatasan berat pada pergerakan mereka, termasuk larangan langsung memasuki tempat-tempat umum. Sedangkan warna kuning memerlukan batasan yang lebih rendah.
Namun sistem lampu lalu lintas hanya akan berlaku untuk "sejumlah kecil orang," tetapi pemerintah tetap bersikeras bahwa Hong Kong memerlukan "beberapa metode identifikasi" untuk membedakan warga dengan infeksi aktif dari mereka yang dikarantina sebagai tindakan pencegahan.
Advertisement
Takut Langgar Aturan
Pejabat lokal terus memperingatkan bahwa wabah Covid-19 Hong Kong tetap "sangat serius," mendesak penduduk untuk meminimalkan perjalanan dan mematuhi aturan jarak sosial, yang baru saja diperpanjang selama dua minggu pada hari Selasa.
Presiden kehormatan Federasi Informasi dan Teknologi Hong Kong , Francis Fong Po-kiu, mengatakan gelang elektronik akan membuat mereka yang menjalani karantina di rumah jadi lebih disiplin dan takut melanggar aturan. Namun kalau kasus Covid-19 kembali menanjak seperti di awal tahun ini, akan sulit memproduksi dan menyebarkan gelang tersebut dalam jumlah banyak..
Departemen Kesehatan menyatakan pihaknya mencatat 2.558 kasus virus corona lokal baru pada Selasa, serta 211 infeksi lainnya di antara pelancong dari luar negeri. Pihak Kemenkes tidak menawarkan pembaruan harian untuk kematian, tetapi mencatat bahwa wilayah itu telah menghitung total 9.420 kematian selama pandemi. Sebagian besar dari kasus kematian tersebut terjadi pada tahun ini.
Sementara itu, pihak Centre for Health Protection menyatakan masih ada kemungkinan bahwa akan ada penabahan kasus. Namun, dijelaskan kasus ini bukan karena ada acara khusus, melainkan merata di Hong Kong.
Desakan Melonggarkan Karantina
Ada kasus klaster terkait bar FLM di Sheung Wan. Selain itu, ada 18 kasus terkait bar Racks City. Dua sekolah di Hong Kong mensuspens kelas selama dua minggu akibat penyebaran di dalam kelas.
Aturan vaksin di Hong Kong kini adalah tiga dosis di klinik spesialis dan pusat kesehatan terpadu pemerintah. Pasien harus mendapat tiga dosis vaksin atau mendapat hasil PCR negatif agar bisa mengakses layanan.
Sementara, Kamar Dagang Internasional di Hong Kong meminta agar pemerintah setempat melonggarkan karantina COVID-19. Wakil Ketua Kamar Dagang Internasional, George Cautherley, mendorong agar Hong Kong memiliki kebijakan COVID-19 yang independen dari China Daratan. Ia pun menggemakan ucapan Pemimpin Hong Kong Carrie Lam bahwa pemerintahannya punya otonomi untuk melawan COVID-19 dan tidak ikut-ikutan kebijakan nol COVID-19.
"Saya pikir itu adalah sesuatu yang ingin diketahui bisnis internasional: apakah kita mengikuti apapun yang Beijing katakan kita harus lakukan terkait membuka atau menutup perbatasan kita," ujar Cautherley," dilansir dari kanal Global Liputan6.com.
Lebih lanjut, Cautherley mendukung agar Hong Kong mengikuti negara-negara lain yang mulai membuka diri. "Saya pikir mayoritas bisnis-bisnis internasional akan bilang: buka perbatasan-perbatasanmu secepat mungkin. Adopsi hidup dengan Covid seperti seluruh dunia sedang lakukan," tambahnya.
Advertisement