Liputan6.com, Jakarta - Upaya membumikan kembali kebaya tak bisa dilepaskan dari pembiasaan sejak dini. Untuk itu, Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) cabang Ambarawa menggelar acara Kebaya Kembali ke Sekolah, beberapa waktu lalu.
Acara tersebut merupakan salah satu upaya memperkenalkan dan mengajak generasi muda mencintai kebaya. Total sekitar seratus siswi dilibatkan dalam kegiatan yang memperkenalkan berbagai jenis kebaya dan batik.
"Gerakan Kebaya Kembali Ke Sekolah ini akan diadakan di sembilan sekolah, dimulai di SMPN 4 Ambarawa. Bagaimana pun yang namanya pelestarian harus melibatkan generasi muda. Kalau mereka tidak kita kenalkan, kita ajak berkebaya, dan kita yakinkan bahwa mereka lah para pelestari budaya berbusana kita ini, maka upaya kita menjaga keberadaan kebaya tidak akan membuahkan hasil sesuai harapan," kata Ketua PBI Ambarawa, Diana Satyarini, dalam rilis yang diterima Liputan6.com, Minggu (16/10/2022).
Advertisement
Baca Juga
Inisiatif itu direspons positif oleh sekolah. Kepala SMPN 4 Ambarawa, Maria A. Utami Eko Putranti menyebut gerakan pelestarian budaya itu sangat cocok diadakan di lingkungan sekolah karena siswa perlu mengenal budaya yang dimiliki bangsa sendiri.
"Dengan mengenal kebaya, para murid yang berusia belasan tahun ini akan memahami sejarah, filosofi dan secara psikologis akan bersikap lebih santun," ujarnya.
Anindita Nirmala Putri, siswi kelas 9 SMPN 4Â mengaku gembira bisa berkebaya ke sekolah. Selain penampilan jadi berbeda, Putri juga merasa menjadi perempuan asli Indonesia, meski di awal ia merasa kerepotan.
"Ssetelah dipakai berkali-kali, keruwetan itu menghilang dan terasa asyik-asyik saja. Kebaya saya lima, model kebaya kutubaru semua. Mudah-mudahan bisa nambah lagi," ujarnya sambil tersenyum lebar.
Tanggal 15
Di tingkat kabupaten, Ambarawa sejak lama mengharuskan para guru dan siswi untuk berkebaya setiap tanggal 15 setiap bulan. Hal itu mendahului Peraturan Mendikbudristek Nomor 50/2022 tentang Pakaian Seragam Sekolah yang memasukkan kewajiban berbusana adat sebagai salah satu seragam sekolah.
Aturan tersebut bertujuan untuk menanamkan dan menumbuhkan nasionalisme, kebersamaan serta memperkuat persaudaraan di antara peserta didik; menumbuhkan semangat persatuan dan kesatuan, meningkatkan kesetaraan tanpa memandang latar belakang sosial ekonomi orangtua atau wali, dan meningkatkan disiplin dan tanggung jawab peserta didik.
"Tujuan pengaturan pakaian seragam sekolah juga menjadi pedoman dalam menentukan peraturan tentang pakaian seragam sekolah. Dan dalam hal ini, kebaya sebagai busana nasional adalah pilihan yang sangat tepat," ujar Maria.
Diana menambahkan, pakem dan aneka model kebaya perlu diperkenalkan kepada generasi muda, khususnya peserta didik di sekolah. Hal ini mengingat masih banyak yang salah kaprah sehingga busana biasa pun disebut kebaya selama berbahan jenis brokat. Ada juga yang menyebut baju kurung dan baju bodo sebagai kebaya, padahal modelnya jelas berbeda.
Â
Advertisement
Masuk Kampus
Sebelumnya, PBI menggelar acara perdana Kebaya Goes To Campus di salah satu universitas di Indonesia. "Jangan sampai kita punya budaya berbusana yang bagus, tetapi karena tidak ada yang kenal, tidak ada yang pakai, akhirnya hilang begitu saja," ujar Rahmi Hidayati selaku Ketua Umum PBI saat acara Kebaya Goes To Campus di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI), Depok pada Jumat, 30 September 2022.
Rahmi menyebut orang-orang yang memakai kebaya sudah memudar. Organisasinya berkeinginan anak muda lebih lumrah berkebaya. "Karena yang namanya budaya harus diwariskan," tutur Rahmi.
"Kampus ini, mahasiswa ini adalah salah satu yang mungkin lebih mudah kita ajak berkebaya, daripada misalnya anak SD, SMP, SMA, makanya kita mulai bergerak ke generasi muda lewat kampus," sambungnya.
Acara Kebaya Goes To Campus yang diselenggarakan saat itu merupakan peluncuran perdana. Idenya berasal dari teman-teman PBI yang kini sudah memiliki cabang di berbagai daerah. Acara serupa akan direplikasi di daerah yang saat ini sudah mulai dipersiapkan.
Kebaya Goes to Unesco
Sejumlah komunitas saat ini gencar mengampanyekan Kebaya Goes to UNESCO. Pengajuan kebaya sebagai warisan budaya takbenda UNESCO itu sebagai langkah untuk melestarikan kebaya lebih masif lagi.
Namun, upaya itu diwarnai wacana pengajuan secara bersama dengan Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Menurut pemerintah melalui Kemendikbud Ristek, hal itu lantaran kebaya juga dipakai di negara tetangga tersebut.
Wacana itu direspons negatif sejumlah komunitas. Mereka mendesak untuk mengajukan kebaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO dilakukan secara mandiri atau single nomination oleh Indonesia bukan bersama sama dengan negara tetangga.
"Kebaya itu identitas dan jati diri bangsa Indonesia dan itu sesuai dengan apa yang disampaikan Bung Karno dalam Kongres Kowani tahun 1964," ucap Sidarto dalam Parade Kebaya Nusantara di Sarinah Thamrin, Jakarta Pusat, Sabtu, 13 Agustus 2022, dalam rilis yang diterima Liputan6.com.
Pendapat senada juga disampaikan oleh Menteri PPPA (Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak) Bintang Puspayoga. "Saya sependapat agar kita mengajukan kebaya single nomination dan kita harus berjuang untuk itu," ujarnya di acara tersebut. Keinginan yang sama juga disampaikan anggota DPR Tut Roosdiono dan Ketua Timnas Pengajuan Hari Kebaya Nasional, Lana T Koentjoro.
"Kajian Tim Riset Timnas menunjukkan bahwa kebaya digunakan perempuan Indonesia sejak abad ke-19 di Jawa dan luar Jawa sampai sekarang dengan beragam model kebaya sesuai kearifan lokal di masing masing daerah. Kebaya bukan sekadar busana tapi mengandung filososi dan identitas perempuan Indonesia," terangnya.
Advertisement