Cerita Akhir Pekan: Seputar Sekolah Bayi dan Balita, Catat Plus Minusnya

Cari tahu apa saja pertimbangan memasukkan anak ke sekolah bayi dan balita, serta gambaran biayanya.

oleh Asnida Riani diperbarui 05 Mar 2023, 08:30 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2023, 08:30 WIB
8 Game Edukatif yang Menyenangkan Untuk Pertumbuhan Balita Tiga Tahun
Ilustrasi sekolah balita. (Sumber foto: Pexels.com)

Liputan6.com, Jakarta - Sekolah bayi dan balita, menurut Principal Early Childhood Education Tentang Anak, Gianti Amanda, sebenarnya sudah eksis sejak lama. "Tapi, sekarang memang lebih dipentingkan agar bayi dan balita mendapat stimulasi yang cukup. Karena itu,  banyak kelas dan sekolah bermunculan untuk mendukung hal tersebut," katanya melalui pesan suara pada Liputan6.com, Sabtu, 4 Maret 2023.

Seperti banyak hal, keberadaan sekolah bayi dan balita pun punya plus minus. Karenanya, Gianti berpendapat, orangtua harus "mengecek kebutuhan dan tujuan menyekolahkan anak kita." Misalnya, ia mencontohkan, orangtua bekerja. Dalam kondisi ini, anak-anak bisa bersekolah untuk mendapat stimulasi yang mungkin tidak dapat di rumah.

"(Dengan bersekolah) anak-anak balita bisa bermain sensori, menyiapkan diri untuk nanti perkembangan practicum mereka, dan bersosialisasi," imbuhnya. "(Maka itu), sekolah harus memperhatikan perkembangan anak, memahami kebutuhan anak, (serta) bisa memfasilitasi, menjaga, dan membangun komunikasi dengan anak juga orangtua."

Gianti melanjutkan, "Minusnya (sekolah bayi dan balita adalah) ketika anak mendapat pelajaran tidak sesuai usia. Misalnya, baru usia di bawah tiga tahun, tapi sudah mengerjakan terlalu banyak worksheet. (Di usia itu) anak perlu banyak aktivitas sensori, koordinasi mata dan tangan, serta mengenal benda konkret."

Ia pun mengingatkan bahwa sekolah pertama anak adalah di rumah dengan orangtuanya. "Tetap perlu tahu perkembangan anak (dulu), kebutuhannya apa, baru mencari sekolah yang sesuai dengan anak," ucapnya.

Sekolah bayi dan balita, sambung Gianti, juga harus menerapkan nilai-nilai yang selaras dengan di rumah. "Kemudian, pertimbangkan jarak, karena anak butuh tidur cukup. Sebaiknya tidak memilih sekolah yang terlalu jauh, jadi anak tidak harus bangun terlalu pagi untuk berkendara."

Stimulasi Anak di Rumah

Buku Bergambar
Ilustrasi sekolah bayi dan balita. (Sumber foto: Pexels.com)

Di rumah, anak-anak pun bisa terstimulasi. "Misalnya dengan mengajak mereka bermain, tapi sambil mengenalkan ini warna apa, ada berapa mainannya, lalu membacakan buku. Ini sudah harus jadi bagian dari rutinitas untuk menstimulasi anak," Gianti menyebut.

Ia berkata, "Bukan berarti anak yang bersekolah lebih baik daripada yang tidak bersekolah. Ini tidak untuk dibandingkan. Kembali lagi ke kondisi, kebutuhan masing-masing keluarga. Tempat belajar anak tetap lebih banyak di rumah, dan pendidikan anak merupakan tanggung jawab orangtua."

Fungsi sekolah anak usia dini lebih kepada stimulasi, latihan, eksplorasi, mengenal, dan mempersiapkan anak untuk jenjang lebih lanjut. Karenanya, orangtua bertanggung jawab mengenali dan memaksimalkan manfaat yang bisa diterima anak.

"Caranya, kita bisa persiapkan anak sebelum sekolah. Biasanya saat pisah dengan orangtua, anak akan sedih. Kita informasikan dulu bahwa nanti akan sekolah. Kemudian, harus ada komunikasi antara orangtua dan sekolah yang mendukung anak mendapat manfaat tersebut," imbuhnya.

Di samping itu, para orangtua juga bisa menggunakan aplikasi Tentang Anak untuk mengenali perkembangan anak melalui fitur "Stimulasi." "Ini kemudian bisa diinformasikan ke guru di sekolah," ucapnya.

Ia menyambung, "Lalu, jika sudah pulang sekolah, tidak berarti di rumah tidak melalukan kegiatan yang menstimulasi perkembangan anak karena perkembangan bahasa, sensorik, dan emosi sosial anak itu pesat di usia ini. Sore hari harus diajak stimulasi, main keluar, dibacakan buku, ajak menggambar, atau membuat kue."

Di aplikasi Tentang Anak, sambung Gianti, ada banyak contoh kegiatan yang bisa dilakukan anak dan orangtua di rumah.

Sekolah Bayi dan Balita

anak bermain
Ilustrasi sekolah bayi dan balita/cophyright freepik.com

Jakarta Montessori School jadi satu dari sekian banyak opsi sekolah bayi dan balita. Dengan moto "Bantu Aku Menolong Diriku," sekolah yang berdiri pada 5 Oktober 1986 ini punya kelas "Moms & Tots" untuk anak-anak usia 6--18 bulan yang telah dibuka pada 2016/2017.

"Namun karena pandemi, kami berhentikan sementara," kata Montessori Teacher - Early Childhood Level Jakarta Montessori School, Cut Reza Ramadhani, melalui pesan pada Liputan6.com, Sabtu, 4 Maret 2023.

Sementara untuk kelas "Toddlers," yakni anak usia 18 bulan--3 tahun, telah dibuka sejak 2002, sambungnya. "Untuk sekarang, maksimal anak di dalam kelas Toddler adalah 15 anak dengan tiga guru yang terdiri dari satu guru Montessori tersertifikasi, satu Montessori trained assistant, dan satu helper," katanya.

Di dalam kelas Moms & Tots, anak dan salah satu orangtuanya dapat belajar bersama guru Montessori tersertifikasi. "Kelas ini khusus dipersiapkan untuk para bayi yang merangkak, belajar berjalan, dan baru mengenal lingkungan sekitarnya," katanya.

Di sini, ia menyambung, bayi dapat mengembangkan langkah, gerak, rasa ingin tahu, konsentrasi, dan membangun kebebasan mereka dalam bergerak. "Setting kelas pun disiapkan untuk memadai pergerakan ini, seperti dengan adanya changing station, napping station, serta alat-alat peraga Montessori yang dapat menstimulasi," katanya.

Misalnya, ada aktivitas sensorik dengan makanan maupun alat-alat dari kayu. Juga, terdapat Circle Time untuk bernyanyi dan mendengarkan musik. "Orangtua yang hadir pun mendapat arahan dari guru Montessori tersertfikasi (terkait) cara-cara menangani bayi, serta edukasi dalam filosofi Montessori," ia menyebut.

Kelas Toddler dan Biayanya

7 Rekomendasi Mainan Anak Laki-laki Umur 7 Tahun untuk Optimalkan Tumbuh Kembangnya
Ilustrasi sekolah bayi dan balita. (Pexels/Scott McNiel)

Sementara itu, kelas Toddler dilengkapi material-material dan furnitur yang khusus dirancang sesuai kebutuhan mereka. "Meja, kursi, wastafel, kloset, dan lainnya dibuat pendek agar mereka dapat menjangkaunya," kata Cut.

Ia menyambung, "Material yang tersedia adalah material Montessori yang menstimulasi sensori, motorik kasar dan halus, bahasa, koordinasi mata dan tangan, konsentrasi, critical thinking, perawatan diri, interaksi sosial, serta kemandirian anak."

Di kelas ini, anak-anak diberi kebebasan untuk mengeksplorasi kemampuan diri mereka sambil didampingi guru Montessori tersertifikasi. Salah satu contohnya, sebut Cut, anak diberi kebebasan untuk makan kudapan dengan diajarkan table setup dan table manners terlebih dulu.

"Di usia ini pula, batita dapat menyerap banyak bahasa di sekitarnya. Maka, setting dalam kelas pun kaya akan bahasa, di mana guide memberi instruksi dan penjelasan dalam bahasa sederhana. Kurikulum yang kami gunakan adalah kurikulum Montessori khusus anak usia 0--3 tahun," paparnya.

Secara general, kurikulum Montessori berpusat pada anak secara individu dan membangun pondasi berdasarkan minat belajar mereka. Selama hampir 40 tahun, sekolah Montessori pertama di Indonesia yang mempunyai akreditasi dari lembaga Montessori internasional: MEAB - Montessori Evaluation and Accreditation Board ini berusaha memberikan edukasi dan pengalaman belajar berbasis anak.

Juga, menjaga keaslian filosofi edukasi montessori. "Kami bertujuan menginspirasi anak-anak dan remaja agar jadi pembelajar dan pemikir yang ceria, mandiri, serta berempati dalam masyarakat global," sebut.

Biaya untuk kelas Toddlers adalah Rp15 juta untuk registrasi dan Rp37 juta per semester.

Infografis Tahapan Tumbuh Kembang Bayi
Infografis Tahapan Tumbuh Kembang Bayi. (Dok: Liputan6.com/Trisyani)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya