Liputan6.com, Jakarta - Tahun ini, penyelenggaraan sederet event diberdayakan sebagai salah satu cara jitu dalam menggeliatkan kembali pariwisata Indonesia yang sempat terdampak pandemi COVID-19. Rangkaian acaranya beragam, termasuk festival budaya yang diharapkan tidak hanya dilirik wisatawan nusantara (wisnus), namun juga wisatawan mancanegara (wisman).
Direktur Event Nasional dan Internasional Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Dessy Ruhati, menyebut, dengan lebih dari 300 suku, 742 bahasa dan dialek, serta segala ekspresi budaya dan adat tradisi, Indonesia memiliki modal pengembangan daya tarik wisata yang sangat potensial.
Advertisement
Baca Juga
"Festival budaya merupakan salah satu aktivasi produk wisata yang berlandaskan pada khazanah budaya masyarakat yang sangat beragam," katanya melalui pesan pada Liputan6.com, Jumat, 24 Februari 2023. "Dengan nilai dan keunikan khas masing-masing daerah, festival budaya memiliki posisi yang kuat dalam menarik kunjungan wisnus maupun wisman."
Sebagai sebuah daya tarik wisata, Dessy menyambung, festival budaya harus memiliki nilai jual yang unik dan autentik. "Wisatawan mancanegara berkunjung untuk mendapatkan pengalaman budaya khas Indonesia, sehingga festival budaya yang mengedepankan autentisitas dan berbeda dari negara originasi wisatawan akan semakin menarik bagi mereka," ia mengatakan.
"Namun demikian, tidak menutup kemungkinan (bahwa) wisatawan juga memiliki motif untuk melihat kekerabatan budaya yang dipengaruhi faktor sejarah, alam, dan lainnya," imbuhnya.
Di antaranya, Dieng Culture Festival merupakan festival budaya yang terpancang sebagai salah satu andalan dalam menarik kunjungan wisatawan, baik lokal maupun internasional. Manajer kreatif, sekaligus humasnya, Ape, mengatakan bahwa pihaknya selalu berupaya menjaga kualitas dari seluruh aspek pendukung DCF.
Promosi di Luar Negeri
Ape melanjutkan, pihaknya selalu berusaha mempersembahkan atraksi kolaborasi antara budaya dan suguhan bernuansa modern. "Kami selalu membuka diskusi dengan beberapa pihak untuk mengevaluasi penyelenggaraan kami. Di sini, kami juga melibatkan pengunjung untuk aktif dalam memberi masukan," ucapnya melalui pesan, Jumat, 24 Februari 2023.
Sementara media sosial merupakan ujung tombak promosi Dieng Culture Festival, penyelenggara juga melibatkan sponsor dan pihak-pihak terkait untuk turut mempromosikan DCF. Ape berbagi, "Namun, ada satu hal yang memperkuat promosi kami selama ini: keterlibatan masyarakat lokal."
Secara tidak langsung, Ape berkata, mereka mempromosikan DCF pada mitra dan jaringan mereka. "Karenanya, kami sangat terbantu dengan promosi yang mereka lakukan secara mandiri," sebutnya.
Sedangkan, Kemenparekraf mengaku memaksimalkan kanal-kanal promosi di dalam maupun luar negeri melalui owned media dan paid media. "Keikutsertaan Kemenparekraf di pameran pariwisata di luar negeri juga dimanfaatkan untuk mempromosikan sejumlah event, termasuk festival budaya di Indonesia," tuturnya.
Ia menyambung, "Adapun promosi dilakukan secara menyeluruh mulai pra, on, dan post event, sehingga tercapai eksposur yang maksimal."
Advertisement
Gaet Wisman
Dalam upaya khusus menggaet wisman, Ape berkata bahwa pihaknya berusaha mengikuti perkembangan industri hiburan dan pariwisata di Tanah Air. "Kami terlibat aktif di beberapa forum komunikasi pariwisata yang melibatkan banyak sekali ahli di dalamnya, sehingga (itu) jadi sesuatu yang selalu mendorong kami tetap berinovasi," ujarnya.
Dengan itu, pihaknya mengetahui kondisi kunjungan wisman dan wisnus, yang secara langsung mengubah strategi pemasaran mereka setiap tahunnya. "Tentunya banyak perbedaan untuk menarik wisman dan wisnus. Kami berkoordinasi dengan jaringan kami yang bisa menghubungkan kami dengan target kami," ucap Ape.
"Selain itu, (kami juga) menggandeng sponsor dari Eropa yang sudah dua kali aktif membantu kami dalam penyelenggaraan DCF," imbuhnya.
Percaya dengan potensi lokal, mereka selalu mengutamakan keterlibatan masyarakat setempat dalam penyelenggaraan DCF. Keterlibatan warga lokal merupakan "roh DCF," karena itu merupakan "modal paling utama."
"SDM tentu jadi urat nadi festival kami," tuturnya. "Kami selalu mengajak kawan-kawan lokal untuk belajar dan mengikuti perkembangan teknologi, event di luar kawasan kami, termasuk di kota-kota besar."
Kolaborasi dengan Daerah
Karisma Event Nusantara (KEN), sebut Dessy, merupakan salah satu strategi kolaborasi Kemenparekraf dengan daerah melalui penyelenggaraan event berkualitas yang bertujuan mempromosikan destinasi pariwisata, meningkatkan kunjungan wisatawan, serta pemberdayaan potensi lokal yang akhirnya berdampak positif terhadap ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan dengan "prinsip pembangunan berkelanjutan."
Tahun ini, Dieng Culture Festival rencananya akan berlangsung secara luring. Saat ini, pihaknya masih dalam tahap koordinasi dengan pihak terkait dan beberapa stakeholders yang masuk dalam jaringan utama mereka, yakni Kemeparekraf, Pemprov Jawa Tengah, pemda, dan sejumlah sponsor.
Soal kapan tiket DCF bisa dipasarkan, Ape menyebut "kemungkinan pertengahan tahun ini." "Kami sedang mempersiapkan konsep-konsep baru dan merevisi beberapa event pendukung yang sudah berjalan di tahun penyelenggaraan sebelumnya," ia mengatakan.
"Jumlah SDM yang kami libatkan sebagai lini depan kepanitiaan ada 100 orang. Lalu, kami juga melibatkan 500 relawan dan 200 tenaga professional," ujarnya. "Untuk keterlibatan panitia inti, kami memang memprioritaskan anak muda lokal di kawasan Dataran Tinggi Dieng. Namun, dalam keterlibatan relawan dan tenaga professional, kami membuka pintu untuk umum."
Berdasarkan pengalaman mereka di penyelenggaraan DCF sebelumnya, keterlibatan tenaga profesional dan relawan berasal hampir dari seluruh provinsi di Indonesia.
Advertisement