Liputan6.com, Jakarta - Berawal dari sering menjadi fasilitator UMKM dalam membangun bisnis, Puji F. Susanti akhirnya mendirikan brand miliknya sendiri. Ia lalu memberanikan diri mempraktikkan bisnisnya melalui Rempah Karsa yang menjual racikan jamu segar botolan pada 2018 lalu.
"Aku pikir karena sering ngajarin orang banyak, jadi kenapa ilmu nggak dipraktekin," ungkap Puji, pemilik Rempah Karsa menceritakan awal usahanya kepada Liputan6.com melalui telepon pada Senin, 22 Mei 2023.
Baca Juga
Sejak berdiri, Rempah Karsa langsung mendapat pelanggan, bahkan sebelum masyarakat kembali marak konsumsi jamu karena pandemi Covid-19. Ketika pandemi menghantam pada awal 2020, produknya kian laris karena praktis.
Advertisement
Selain menjual produknya secara langsung ke konsumen akhir, Rempah Karsa juga memiliki mitra business to business (B2B). Mereka mendistribusikan produk jamu dalam bentuk sirup rempah ke kafe dan hotel-hotel yang membuat menu resfreshment ke tamunya.
Dua brand terkenal yang sempat bekerja sama adalah Mangkokku dan saat ini sedang dalam pembicaraan kerja sama dengan brand kopi asal Indonesia, Excelso. Produknya juga dilirik pembeli dari Australia untuk didistribusikan ke sana setelah sempat mengisi booth di Pekan Budaya Nasional (PKN) 2022 .Â
"Baru proses kurasi di Kedutaan Canberra, penjajakan matching business dengan mereka apakah siap dengan produknya dan mereka sudah meminta price list," jelas Puji.
Puji mengaku produk jamu Rempah Karsa sudah menjangkau konsumen di luar negeri. Tapi, wujudnya masih dalam bentuk hand carry. Sementara, spesifikasi ekspor skala besar mengarah ke ukuran yang lebih masif untuk dikemas di kontainer. "Kami belum sampai ke tahap itu," ujarnya.
Lika-liku Ekspor Produk Jamu
Puji mengungkapkan ada banyak kendala ketika akan mengekspor produk jamunya meskipun banyak diminati. Salah satunya ketika ia diminta mengganti kemasannya dengan huruf hangul Korea, maupun jika jumlah minimum produk yang dipesan kurang dari kuota untuk ekspor menggunakan kontainer.Â
"Jujur, UMKM nggak akan bisa kecuali ada suntikan investor atau yang berinvestasi," katanya lagi.
Ia menjelaskan bahwa banyak syarat perizinan, sertifikasi, dan berbagai macam prosedur harus dilewati dan membutuhkan dana tak sedikit jika hendak mengekspor produk menggunakan kontainer. Ia merasa sejauh ini lebih mudah menjual produknya dengan sistem pembelian hand carry.
Salah satu permintaan langsung yang pernah datang dari sebuah toko retail kebutuhan orang Indonesia di Swiss. Ada pula permintaan dari Turki, namun lagi-lagi dibawa langsung.
Pihak toko biasanya menilai lebih mudah karena tidak terlalu menuntut sertifikat lengkap perizinan, seperti cukup dengan PIRT. Mereka juga tidak meminta untuk mengubah kemasan, sebab biaya mencetak kemasan baru untuk level usaha UMKM tak murah. Selain itu ada batas minimal mencetak di percetakan.
Advertisement
Produksi Jamu Rempah Karsa
Puji mengatakan produksi jamunya kini sedang dipindahkan ke wilayah Bogor untuk menurunkan Harga Pokok Penjualan (HPP). Ia berusaha untuk lebih dekat dengan sumber bahan bakunya sehingga bisa didapat dengan kualitas bagus dan harga yang lebih murah.
Dengan cara itu, sambung dia, margin keuntungannya bisa ditingkatkan. Namun, ada biaya distribusi tambahan yang juga diperhitungkan karena diangkut dari Bogor ke Jakarta.
Produk jamu di Rempah Karsa terdiri dari jamu segar yang dijual Rp15 ribu per botolnya, kemudian sirup rempah yang dijual sekitar Rp45 ribu hingga Rp129 ribu tergantung ukuran. Rempah Karsa juga menjual tisani rempah dan rempah bubuk yang dijual sekitar Rp30 ribu.
Saat ini meski zaman sudah online, Puji tidak fokus pada penjualan secara daring di marketplace. Ia lebih fokus mengembangkan pemasaran secara B2B, karena penjualan online dinilai belum maksimal untuk Rempah Karsa. Tak hanya itu, Rempah Karsa sebetulnya masih berusaha bangkit setelah ikut terhantam pandemi.Â
Manfaat Rempah untuk Kesehatan Tubuh
Rempah-rempah atau bahan herbal memiliki banyak kegunaan untuk kesehatan tubuh. Hal ini dikarenakan rempah-rempah bebas kalori hingga bebas lemak membuat perbedaan yang begitu signifikan dibandingkan makanan kemasan.
Mengutip dari kanal Hot Liputan6.com, 24 Mei 2023, sejumlah penelitian menemukan adanya manfaat dari rempah dan bahan herbal untuk kesehatan otak manusia. Mempertajam memori, mampu mengurangi rasa kecemasan yang melanda pikiran manusia, bahkan berkemungkinan untuk melindungi otak dari jenis tumor otak.
Salah satunya ginseng yang merupakan salah satu tanaman paling populer untuk pengobatan herbal. Hal ini dikarenakan ginseng mengandung bahan kimia anti-inflamsi yang disebut ginsenosides. Para ilmuwan mengamati bahwa ginsenoside dapat membantu mengurangi tingkat beta-amiloid otak. Selain itu, kombinasi ginseng dan guarana memiliki manfaat besar untuk meningkatkan tugas memori paling banyak.
Kemudian, ada kunyit yang mengandung senyawa curcumin di dalamnya yang memiliki efek antioksidan dan anti-inflamasi. Kedua senyawa ini bermanfaat bagi kesehatan otak. Hal ini sudah ditunjukkan pada sebuah penelitian yang diterbitkan pada 2010 bahwa kunyit dapat meningkatkan kesehatan otak dan mencegah penyakit Alzheimer. Kunyit bekerja dengan membersihkan otak beta-amiloid (fragmen protein).
Advertisement